”Booming” Kelahiran Bayi di China di Tengah Biaya Supermahal Merawat Anak
”Booming” bayi di China diperkirakan terjadi tahun ini. Padahal, biaya merawat anak di negara itu termahal di dunia.
SHANGHAI, RABU — Di tengah tren keluarga kaum muda di China enggan memiliki anak karena beban biaya hidup yang tinggi untuk membesarkan anak, Tahun Naga yang jatuh sejak 10 Februari 2024 diperkirakan akan mencatat ledakan (booming) kelahiran bayi di negara itu. Koran ekonomi China, Yi Cai, Rabu (22/2/2024), melaporkan kenaikan angka kelahiran di China setidaknya dibandingkan dengan setahun lalu.
Di kalangan masyarakat China, tahun Naga menjadi momen penting untuk memiliki anak. Dalam tradisi Tionghoa, Naga merupakan zodiak paling disukai dan diyakini identik dengan rezeki bagus dan berkuasa. Terlebih, tahun ini adalah Tahun Naga Kayu.
Kayu dalam filosofi Tionghoa identik dengan pertumbuhan. Dalam konteks kelahiran anak, bisa diartikan bahwa anak-anak yang lahir dalam naungan zodiak Naga Kayu adalah anak-anak yang diyakini berpotensi menjadi penguasa kaya dan terus berkembang.
Seperti dilaporkan Yi Cai, semakin banyak bayi yang lahir di China sejak pukul 00.00 tanggal 10 Februari 2024. Keinginan untuk melahirkan bayi di Tahun Naga terjadi merata di seluruh negeri China.
Menurut laporan Global Times, hingga pukul 08.00 pagi pada Tahun Baru Imlek tanggal 10 Februari 2024, ada sembilan ”Bayi Naga” lahir di Rumah Sakit Bersalin Universitas Fudan di Shanghai. Rumah Sakit Bersalin Ibu dan Anak Nomor Satu di Shanghai juga membantu kelahiran tujuh ”Bayi Naga”, seperti dilaporkan situs berita setempat.
Masih di Shanghai, pada dini hari pukul 01.47, seorang bayi perempuan lahir di Rumah Bersalin dan Kesehatan Anak Perdamaian di Distrik Fengxian. Hingga pukul 08.00 hari itu, total lahir empat ”Bayi Naga” di sana.
Baca juga: Semua Ingin Punya ”Bayi Naga”
Sementara di Kota Wenzhou, Provinsi Zhejiang, di pantai timur China, Rumah Sakit Rakyat di Wenzhou membantu kelahiran ”Bayi Naga” perdana pada pukul 08.08 di hari Imlek. ”Banyak ibu sengaja mengatur waktu kelahiran pada Tahun Naga,” kata seorang direktur pada Unit Kehamilan dan Kandungan di RS Rakyat Wenzhou.
Warga menyaksikan dekorasi Naga menyambut Imlek di Beijing, 7 Februari 2024.
Di wilayah lain, demi keselamatan ”Bayi Naga” para tenaga medis di Unit Obstetrik dan Ginekologi Rumah Sakit Binhu di Provinsi Anhui berjaga sepanjang malam pada 9-10 Februari 2024 untuk menunggu kelahiran ”Bayi Naga”. ”Sebelum tengah malam lahir empat ”Bayi Kelinci”, kemudian selepas tengah malam ada empat 'Bayi Naga',”, kata Niu Yuwei, Wakil Direktur Layanan Medis pada rumah sakit tersebut.
Tren melahirkan ”Bayi Naga” terus berlanjut. Rumah sakit di Kota Wuxi, China timur, melaporkan kenaikan kelahiran sebesar 20 persen dibanding periode sama tahun 2023 sepanjang Februari 2024. Sementara di Provinsi Shanxi terdapat kenaikan 72 persen dibandingkan periode yang salam tahun lalu.
Zodiak favorit
Guru Besar Universitas Rakyat (Renmin Da Xue) dan juga Ketua Asosiasi Populasi China Zhai Zhenwu mengatakan, masyarakat China memiliki zodiak favorit, terutama Naga. Sebelumnya pada 2012, juga terjadi lonjakan kelahiran di bawah naungan zodiak Naga. Hal yang sama juga terjadi merata di Taiwan. Tahun 2012 adalah tahun Naga terakhir sebelum tahun 2024.
Menimbang faktor tersebut, diperkirakan akan terjadi kenaikan kelahiran sepanjang tahun 2024. Guru Besar Populasi dan Pembangunan di Universitas Nankai, Yuan Xin, kepada Global Times, mengatakan, lonjakan kelahiran diperkirakan terjadi sepanjang Tahun Naga.
Guru Besar Populasi dan Pembangunan di Universitas Nankai, Yuan Xin, kepada Global Times , mengatakan, lonjakan kelahiran diperkirakan terjadi sepanjang Tahun Naga.
Ada tiga faktor pemicu lonjakan kelahiran, yakni zodiak favorit (Naga), kembalinya pertumbuhan penduduk pascapandemi Covid-19, dan upaya menyesuaikan kehamilan pascainfeksi Covid-19. Terkait faktor terakhir, disarankan bagi penyintas Covid-19 untuk menunggu setidaknya tiga bulan untuk hamil. Pada akhir 2022 dan awal 2023, terjadi gelombang kasus Covid-19 di China.
Yuan Xin menambahkan, Pemerintah China juga mendorong pasangan muda untuk menikah dan memiliki keturunan demi menjaga kemajuan negara. Belum diketahui berapa banyak kelahiran pada 2024. Diperkirakan, angka kelahiran tahun ini melampaui angka tahun 2023, yakni 9,02 juta kelahiran.
Anak-anak dalam balutan pakaian tradisional China berkunjung ke Kuil Surga di tengah musim salju di Beijing, China, 21 Februari 2024.
Biro Statistik Pusat China mencatat jumlah penduduk China turun 2,08 juta jiwa pada tahun 2023, menjadi 1,41 miliar jiwa. Pada data tahun 2023, ada 9,02 juta bayi lahir, dengan rasio 6,39 kelahiran per 1.000 orang penduduk.
Angka pernikahan dan tingkat kelahiran di China biasanya berjalan pararel disertai adanya bantuan sosial dari negara. Ibu tunggal tidak mendapat bantuan sosial. Angka pernikahan melonjak di China tahun lalu karena sebelumnya banyak rencana perkawinan tertunda disebabkan pandemi Covid-19.
Pemerintah China khawatir angka kelahiran terus merosot, sedangkan penduduk tua bertambah banyak, mengakibatkan ketimpangan neraca demografi. Presiden China Xi Jinping pada 2023 memberi saran kepada warga negaranya untuk menikah muda dan memiliki anak demi pembangunan nasional China.
Namun, banyak kaum muda memilih melajang atau tidak menikah secara resmi karena sulitnya mendapat pekerjaan layak, angka pengangguran kaum muda, dan rendahnya indeks tingkat kepercayaan konsumen bersamaan dengan melambatnya ekonomi China.
Baca juga: Shio yang Untung dan Buntung dalam Karier pada Tahun Naga Kayu
Para pakar kependudukan memperkirakan tren lonjakan bayi Naga hanya berlangsung singkat. Penyebabnya, akan tetap banyak perempuan di China memilih untuk tidak memiliki anak karena mahalnya biaya merawat dan membesarkan anak. Banyak pula perempuan yang memilih tidak menikah demi menjaga kariernya, terkait kemungkinan mengalami diskriminasi jika mereka mengurus keluarga.
Termahal untuk rawat anak
China kini menjadi salah satu negara termahal untuk membesarkan anak. Posisi China di atas Amerika Serikat dan Jepang dengan kriteria tertentu, menurut lembaga riset populasi YuWa pimpinan Profesor Liang Jianzhang, pengusaha yang juga guru besar Universitas Beijing.
Dalam keterangan pers YuWa, Rabu (21/2/2024), disebutkan bahwa biaya rata-rata untuk membesarkan anak di China hingga usia 18 tahun mencapai 538.000 yuan (setara Rp 1,129 miliar) atau sekitar 6,3 kali pendapatan per kapita. Bahkan, di kota-kota besar negara itu biaya merawat anak mencapai 667.000 yuan (setara Rp 1,4 miliar).
China berada di posisi kedua negara termahal di bawah Korea Selatan dalam urusan biaya membesarkan anak.
Adapun di Amerika Serikat biaya membesarkan anak setara 4,11 kali pendapatan per kapita, di Jepang setara 4,26 kali pendapatan per kapita. Sementara di Australia biaya membesarkan anak adalah setara 2.08 kali GDP.
China berada di posisi kedua negara termahal di bawah Korea Selatan dalam urusan biaya membesarkan anak. Korea Selatan memiliki tingkat kelahiran terendah di dunia.
Laporan YuWa juga menyebutkan, antara tahun 2010 dan 2018, rata-rata waktu yang dihabiskan orang tua membantu anak mengerjakan pekerjaan rumah meningkat dari 3,67 jam menjadi 5,88 jam per pekan.
YuWa mencatat, para ibu di China juga akan kehilangan besaran upah di tempat kerja dan waktu untuk pribadi karena harus membesarkan anak. Sementara ayah hanya kehilangan waktu pribadi. Karena kondisi tersebut, tingkat kesuburan di China turun dan termasuk terendah di dunia.
Saat ini pasangan dan kaum muda di China berpikir untuk memiliki hanya satu anak karena pertimbangan mahalnya biaya. Angka kelahiran di China tahun 2023 hanya sedikit di atas 9 juta. Itu hanya separuh dari angka kelahiran tahun 2016.
Pada 2017, Pemerintah China sudah membebaskan pasangan untuk memiliki anak lebih dari satu orang. Presiden Xi Jinping juga terus menyarankan agar perempuan di negaranya memprioritaskan untuk melanjutkan tradisi berkeluarga. (REUTERS)