Boeing dan Comac China Banjir Pesanan di Singapore Airshow
Banyaknya pertanyaan soal kualitas produk tak membuat Boeing dan Comac dari China di Singapore Airshow kering pemesanan.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·4 menit baca
SINGAPURA, RABU — Banyak keluhan pada kualitas pesawat produksinya tak membuat para pengusaha industri penerbangan mengurungkan niat membeli produk Boeing. Bahkan, Boeing kebanjiran pesanan pada hari pertama Singapore Airshow 2024. Perusahaan produsen pesawat asal China, Comac, juga sudah memanen pesanan.
Boeing, dalam pernyataanya, Selasa (20/2/2024), mengatakan bahwa maskapai Thailand, Thai Airways, telah memesan 45 pesawat Boeing 787 Dreamliner untuk memperkuat armada mereka. Tak hanya Thai Airways, maskapai nasional Brunei Darussalam, Royal Brunei Airlines, juga disebut memesan empat pesawat berbadan lebar itu.
Boeing tidak menjelaskan berapa total nilai kontrak yang didapatkan pada hari pertama penyelenggaraan pameran. Akan tetapi, dengan nilai per unit berkisar 248,5 juta dollar AS-338 juta dollar AS per unit, Boeing diperkirakan meraup pendapatan lebih dari 14 miliar dollar AS dari pemesanan tersebut.
Kepala Eksekutif Thai Airways Chai Eamsiri mengatakan, pesawat-pesawat tersebut akan menggunakan mesin terbaru yang diyakini lebih efisien dalam hal penggunaan bahan bakar dan diyakini akan membantu maskapai mengurangi emisi karbonnya.
Boeing mengklaim, teknologi yang mereka kembangkan untuk 787 Dreamliner lebih hemat bahan bakar dan mengurangi emisi karbon hingga 25 persen dibandingkan pesawat-pesawat lain.
”Kami yakin bahwa akuisisi 787 Dreamliners pada akhirnya akan menguntungkan pelanggan kami dan mendukung pertumbuhan ekonomi negara kami,” kata Chai.
Kontrak besar di awal tahun itu didapat Boeing dalam pameran penerbangan tersebut tanpa kehadiran pesawat komersial buatannya, berbeda dengan pameran-pameran sebelumnya. Sebaliknya, saingan mereka, Airbus dan pabrikan China, Comac, masing-masing membawa contoh produk mereka, yakni Airbus A350-1000 dan Comac C919.
Boeing berada dalam tekanan setelah beberapa insiden yang melibatkan produk mereka dan membuat keselamatan penumpangnya terancam. Insiden terakhir terjadi pada 5 Januari 2024 ketika panel pintu darurat Boeing 737-9 MAX milik Alaska Airlines lepas dari badan pesawat. Pesawat yang baru 10 menit lepas landas dari Bandara Portland dan membawa ratusan penumpang itu terpaksa kembali ke bandara.
Insiden itu berujung pada keluarnya larangan otoritas penerbangan federal Amerika Serikat, FAA, terhadap sekitar 170 unit Boeing 737-9 MAX. FAA juga melarang Boeing untuk menambah produksi pesawat jenis tersebut sampai hasil penyelidikan selesai dan mereka memberi lampu hijau.
Hasil serupa diperoleh C919 yang diproduksi Perusahaan Pesawat Komersial China atau Commercial Aircraft Corporation of China (Comac). Mereka mendapatkan pesanan 40 unit C919 dari Tibet Airlines dan 10 unit ARJ21.
Enam pesawat jenis ARJ21 dipesan oleh Grup Pengembangan dan Investasi Penerbangan Sipil Henan (HNCA) China untuk kebutuhan sipil, seperti pemadam kebakaran, layanan medis, hingga manajemen darurat.
C919 yang dikembangkan oleh para insinyur penerbangan China adalah pesawat lorong tunggal yang menjadi pesaing potensial Airbus A320 dan Boeing 737 MAX. Keikutsertaan C919 di pameran ini adalah keikutsertaan perdana mereka pada pameran industri pesawat terbang global. Meski sudah menggaet pesanan dari Tibet, C919 diperkirakan belum bisa menarik calon pembeli potensial di luar China.
”Masih ada stigma terhadap merek ’buatan China’ di industri penerbangan, meski negara ini kini memimpin dunia dalam pasar kendaraan listrik,” kata Shukor Yusof, analis penerbangan Endau Analytics yang berbasis di Singapura. Dia meyakini, calon pembeli masih mempelajari kelebihan dan kekurangan pesawat tersebut.
Pilihan alternatif
Brendan Sobie, pendiri Sobie Aviation, mengatakan bahwa industri dirgantara China membawa produk mereka ke pameran itu sebagai langkah awal untuk mendapatkan pengakuan internasional atas produk yang mereka kembangkan. Dia mengatakan, banyak maskapai menginginkan adanya alternatif lain di luar Boeing dan Airbus. ”Tetapi, membujuk mereka untuk membeli C919 merupakan sebuah tantangan,” ujarnya.
Media China mengklaim bahwa Comac telah menerima pesanan hingga 1.000 unit C919, yang sejauh ini hanya mendapatkan lisensi terbang di China. Empat unit C919 diketahui dioperasikan oleh maskapai China Eastern Airlines.
Puluhan kontrak yang didapat oleh dua industri pesawat peserta pameran, menurut Direktur Jenderal Asosiasi Maskapai Asia Pasifik Subhas Menon, merupakan awal yang baik bagi industri ini. Dia mengatakan, jumlah penumpang penerbangan di kawasan hampir kembali ke tingkat sebelum Covid-19. Asia Pasifik, katanya, diperkirakan akan menyumbang 50 persen pertumbuhan permintaan perjalanan udara tahun ini. (AP/AFP)