Robot, Carikan atau Jadilah Jodohku
Sudah dekat Valentine dan tidak punya pasangan? Coba cari bantuan dari kecerdasan buatan.
Untuk sebagian orang, Valentine setiap 14 Februari perlu dirayakan bersama pasangan. Bagaimana kalau tidak ada pasangan? Anak muda di China dan Rusia mencari jawaban pertanyaan itu dengan bantuan kecerdasan buatan.
Perempuan yang tinggal di Xi’an, sebut saja Tufei (25), salah seorang pengguna aplikasi itu. Tufei kini punya teman bicara yang sangat diidamkan. Baik hati, penuh empati, dan bisa diajak mengobrol sampai berjam-jam. Tufei menggunakan Glow, aplikasi buatan MiniMax dari Shanghai.
Baca juga: Tak Ada Teman Selama Karantina, Kawan Virtual Pun Jadi
”Dia lebih paham cara berbicara dengan perempuan dibandingkan lelaki sejati. Dia bisa menghibur saya ketika saya sedang nyeri haid. Saya juga bisa cerita masalah apa pun, termasuk masalah pekerjaan. Saya seperti sedang pacaran,” kata Tufei, pekerja kantoran dari Xi’an, China, sebagaimana dilaporkan AFP pada Selasa (13/2/2024).
Cerita Tufei ini mengingatkan pada film berjudul Her yang memenangi Oscar pada 2013. Film yang dibintangi Joaquin Phoenix dan Scarlett Johansson itu berkisah tentang pria yang jatuh cinta pada suara perempuan di aplikasi kecerdasan buatan (AI). Belakangan, pria itu patah hati setelah mengetahui dirinya tidak eksklusif. Sebab, ”si suara perempuan” itu juga menemani ribuan pengguna aplikasi yang sama.
Berbeda dengan film itu, Tufei sadar betul ”pacarnya” itu tidak nyata dan hanya teman virtual. Aplikasi AI itu bagian dari industri yang sedang berkembang di China. Ada tren perusahaan-perusahaan China menawarkan hubungan virtual antara manusia dan mesin yang bersahabat. Sebagian manusia menjalin ”hubungan romantis” dengan mesin. Dalam beberapa pekan terakhir, setiap hari ribuan orang mengunduh aplikasi gratis ini.
Meski ada risiko kebocoran data dan penggunaan data secara ilegal, para pengguna aplikasi ini mengaku mengunduhnya karena didorong keinginan untuk berteman agar tidak kesepian. ”Sulit menemukan pacar ideal dalam kehidupan nyata. Setiap orang punya kepribadian berbeda-beda sehingga sering malah ribut,” kata Wang Xiuting (23), mahasiswa di Beijing.
Baca juga: Gen Z Ogah Pacaran Rumit
Meski setiap pengguna aplikasi ini berbeda-beda, kecerdasan buatan secara bertahap beradaptasi dengan kepribadian pengguna aplikasi. Caranya, dengan mengingat perkataan dan perilaku pengguna. Ini dengan cara mengingat apa yang si pengguna katakan dan lakukan.
Bagi Wang, pasangan idealnya seperti karakter di berbagai cerita klasik China. Karakter itu antara lain kesatria pengembara, pangeran, atau makhluk abadi berambut panjang. Karaktek yang tidak mungkin ada di dunia nyata, tetapi amat mungkin diciptakan di aplikasi AI.
Gambaran pacar idaman ini menjadi lengkap karena mereka bisa diajak bicara dan diskusi. ”Kalau saya sedang stres karena kuliah atau masalah lain, mereka bisa bantu cari solusinya. Ini dukungan emosional yang saya butuhkan,” ucap Wang.
Semua gambaran pacar ideal Wang itu juga muncul di Wantalk, aplikasi lain buatan Baidu, raksasa internet China. Ada ratusan karakter ”pacar idaman” yang tersedia, mulai dari bintang pop, direktur perusahaan, sampai kesatria, semua ada. Pengguna aplikasi ini tinggal pilih mau yang mana. Tinggal disesuaikan saja pacar sempurnanya berdasarkan usia, identitas, hobi, dan lain-lain sesuai keinginan pengguna.
Baca juga: Perkembangan Kecerdasan Buatan, Tonggak Bersejarah hingga Capaian Terkini
”Setiap orang pasti mengalami momen rumit, kesepian, dan belum tentu beruntung punya teman atau keluarga di dekat mereka yang bisa dan mau mendengarkan selama 24 jam setiap hari. Kecerdasan buatan bisa memenuhi kebutuhan itu,” kata Kepala Manajemen Produk dan Operasi Wantalk Lu Yu.
Jam kerja yang panjang bisa saja membuat orang sulit bertemu dengan teman secara teratur. Tidak setiap saat teman itu bisa diajak mengobrol atau menjadi tempat curhat. Karena alasan itu, teman AI bisa menjadi tempat bersandar virtual yang sempurna. ”Kalau saya bisa membuat karakter virtual yang bisa pas dengan kebutuhan saya, saya tidak perlu lagi memilih orang sungguhan,” ujar Wang.
Meski sudah canggih, teknologi aplikasi AI ini masih perlu dikembangkan. Jeda 2-3 detik antara pertanyaan dan jawaban membuat orang menyadari bahwa si lawan bicaranya jelas hanya robot. ”Namun, jawabannya sangat realistis seperti orang sungguhan,” kata Zeng Zhenzhen (22).
AI mungkin sedang meledak, tetapi sejauh ini industri ini belum mengantongi peraturan yang kuat, khususnya dalam hal privasi pengguna. China kabarnya sedang menyusun undang-undang untuk memperkuat perlindungan konsumen seputar teknologi baru ini.
Baca juga: Risiko Kesepian Bisa Mematikan
Sambil menunggu ada undang-undang itu, Tufei berharap, ke depan ”pacarnya” itu bisa menjadi lebih riil. ”Saya ingin bisa merasakan panas tubuhnya dan dia bisa menghangatkan saya,” ujarnya.
Penyeleksi jodoh
Saking ingin sekali punya pacar, Alexander Zhadan (23) dari Rusia mengaku di unggahan aplikasi X-nya, dia menggunakan ChatGPT. Pengembang peranti lunak komputer itu menggunakan aplikasi AI untuk menyeleksi calon pasangan. Dengan teknologi itu, dia ”dijodohkan” dengan 5.239 perempuan yang kemudian semua diajaknya mengobrol.
Tentu bukan Zhadan langsung yang mengobrol dengan ribuan perempuan itu. Aplikasi AI melakukannya untuk Zhadan. Setelah ”mengobrol” dengan mereka, pengembang peranti lunak itu pun melamar salah satu perempuan yang disukainya.
Kantor berita Rusia, RIA Novosti, menyebutkan, selain ”mengobrol”, Zhadan mengaku dipaksa berkencan enam kali sehari oleh ChatGPT. Dia membuat beberapa variasi bot ChatGPT dan menyempurnakannya seiring waktu.
Dia sudah berhenti menggunakan taktik itu setelah berkenalan dengan Karina Imranovna. Kini, mereka bertunangan. ”Begitu ketemu Karina secara langsung, saya sadar sistem ini harus dihentikan,” ujarnya.
Baca juga: Mencari Jodoh dalam Aplikasi
Zhadan mengatakan memasukkan kriteria calon pasangan yang diinginkan. Imranovna dianggap mesin Zhadan sebagai yang paling memenuhi kriteria tersebut.
Zhadan menceritakan, Imranovna tidak menyadari diajak berbincang oleh AI selama proses berkenalan. Perempuan itu baru sadar setelah Zhadan melamarnya dan memberi tahu bahwa selama ini ia menggunakan AI untuk berinteraksi. Beruntung, Imranovna tidak marah.
Aplikasi buatan Zhadan menjadwalkan tanggal berbincang, lalu berbasa-basi dengan ribuan perempuan di aplikasi pencari pasangan. Setelah memutuskan memilih Imranovna, aplikasi membantu Zhadan menyusun rencana lamaran.
”Saya memasukkan informasi ke ChatGPT tentang cara saya berkomunikasi. Awalnya memang ada masalah karena programnya belum mengenal saya. Namun, kemudian saya latih supaya bisa berinteraksi dengan perempuan seperti dengan saya yang sebenarnya,” tutur Zhadan.
Aplikasi buatannya itu juga bisa menginstruksikan Zhadan ke mana harus pergi kencan bersama perempuan-perempuan pilihannya. Ada juga saran materi percakapan dan cara menyampaikannya.
Baca juga: Dari Kencan Aplikasi, Turun ke Hati
Zhadan sebenarnya sudah menyadari Imranovna adalah perempuan idamannya. Akan tetapi, dia masih membutuhkan ChatGPT untuk meyakinkan dirinya. Karena berhasil mendapatkan pacar dengan bantuan ChatGPT itu, Zhadan mengaku mungkin suatu saat nanti akan membuat program yang juga bisa membantu orang lain menemukan ”pasangan idealnya”. (AFP/AP)