Raja Jordania dan Senator AS Desak Joe Biden Hentikan Perang Gaza
Sekutu AS makin geregetan. Jordania mendesak gencatan senjata penuh segera, AS menyarankan jeda pertempuran enam pekan.
WASHINGTON DC, SELASA — Presiden Amerika Serikat Joe Biden kembali didesak agar mendorong penghentian pertempuran di Gaza. Pengabaian Israel atas berbagai permintaan Amerika Serikat tidak boleh didiamkan lagi. Di sisi lain, Biden kembali menegaskan penolakan atas segala bentuk penggusuran warga Gaza.
Desakan terbaru kepada Biden disampaikan secara terpisah pada Senin (12/2/2024) sore waktu Washington DC atau Selasa dini hari WIB. Raja Jordania Abdullah II dan senator Demokrat, Chris Van Hollen, mendesak Biden soal Palestina. Desakan Abdullah dan Van Hollen disampaikan kala Israel mempersiapkan serangan darat ke Rafah, Gaza.
Baca juga: Menakar Dampak Ancaman Mesir Memutus Perdamaian dengan Israel
Abdullah mengatakan, Israel harus dicegah mengerahkan serangan darat ke Rafah. Bencana kemanusiaan lebih besar bisa terjadi di Rafah yang kini dihuni 1,4 juta dari 2,2 juta warga Gaza.
”Kita membutuhkan gencatan senjata yang langgeng sekarang. Perang ini harus diakhiri. Kita harus segera bekerja untuk memastikan pengiriman bantuan yang cukup ke Gaza secara berkelanjutan melalui semua titik masuk dan mekanisme yang memungkinkan,” kata Abdullah seusai diterima Biden di Gedung Putih.
Adapun Van Hollen mengatakan, Gaza berubah dari mimpi buruk menjadi neraka. Evakuasi 1,4 juta pengungsi di Rafah tidak akan mudah dilakukan. Selain itu, tidak jelas juga ke mana mereka akan mengungsi.
Dalam empat bulan terakhir, Israel praktis menghancurkan hampir seluruh Gaza. Di Gaza utara nyaris tidak tersisa bangunan dan fasilitas apa pun. Tempat itu terwujud seperti bolak-balik disampaikan para pejabat Israel: tidak bisa dihuni manusia dan makhluk hidup lain.
Baca juga: Kabar Duka Akhiri Pencarian Bocah Perempuan yang Hilang Misterius di Gaza
Van Hollen mengatakan, Biden tidak bisa terus diam atas pengabaian Israel pada berbagai permintaan AS soal isu kemanusiaan dan perdamaian. Baginya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan sejumlah pejabat Israel secara sengaja mencemooh AS.
”Ringkasnya, koalisi Netanyahu menyatakan: Terima kasih sudah mengirim senjata. Terima kasih sudah mengirim hasil pajak. Akan tetapi, jangan ajari kami soal korban sipil atau pentingnya memfasilitasi bantuan kemanusiaan,” tutur Van Hollen.
Ia juga mengingatkan, para pejabat Israel secara terbuka mau membatasi pasokan bantuan kemanusiaan ke Gaza. Aparat dan warga Israel kini merintangi pengiriman bantuan itu ke Gaza.
Upaya perdamaian
Biden mengisyaratkan AS tidak sepenuhnya melarang Israel menyerbu Rafah. Syaratnya, harus ada rencana jelas untuk menjamin keselamatan pengungsi di sana. Mayoritas penghuni Rafah kini adalah orang-orang yang sudah bolak-balik mengungsi.
Baca juga: Israel Gempur Rafah, Timur Tengah Makin Genting
Ia juga menyebut AS masih terus mengupayakan perundingan pertukaran sandera dan tawanan antara Israel dan Hamas. Pertukaran itu akan diikuti masa tenang setidaknya enam pekan.
Ia memakai istilah masa tenang, bukan penghentian pertempuran (truce), apalagi gencatan senjata (cease fire). Sejak perang Gaza meletus, AS salah satu negara yang menolak gencatan senjata segera diberlakukan di Gaza.
Meski demikian, Biden terus menegaskan, AS tidak berhenti mengupayakan perdamaian Israel-Palestina. Para pejabat AS berulang kali menyambangi berbagai negara untuk membahas itu. ”Kami tidak hanya berdoa untuk perdamaian. Kami juga secara aktif berupaya untuk perdamaian, keamanan, dan martabat bagi rakyat Palestina dan rakyat Israel,” ujarnya.
Ia juga mengakui penderitaan warga Gaza tidak terperi. ”Banyak keluarga yang kehilangan bukan hanya satu, melainkan juga banyak kerabat dan tidak dapat berduka atas kematian mereka atau bahkan menguburkan mereka karena tidak aman untuk melakukannya. Ini memilukan,” ujarnya.
Baca juga: Berulang Kali Dijegal Israel, Asa Gencatan Senjata di Gaza Belum Habis
Biden dan Abdullah juga berpandangan sama soal warga Gaza. Setiap usaha menggusur warga Palestina dari Gaza tidak bisa diterima. Warga Palestina tetap harus di Gaza.
Pemerintahan Biden sudah berulang kali menyatakan sikap soal penggusuran itu. Bahkan, pemerintahan Biden secara resmi mengecam sejumlah pejabat Israel yang mewacanakan penggusuran total warga Gaza. Selanjutnya, Gaza diduduki dan dihuni warga Israel.
Juru bicara Perserikatan Bangsa-Bangsa, Stephane Dujarric, juga menyatakan hal senada. ”Kami tidak akan ikut serta dalam pengungsian paksa. Saat ini tidak ada tempat yang aman di Gaza. Anda tidak bisa memindahkan orang kembali ke daerah yang penuh dengan persenjataan yang belum meledak, apalagi tidak ada tempat berlindung,” ujarnya.
Abdullah melawat ke AS beberapa pekan setelah kelompok bersenjata di Irak menyerang tangsi AS di perbatasan Jordania dengan Suriah dan Irak. Selepas serangan itu, AS membalas dengan menggempur ratusan lokasi di Suriah dan Irak. Karena itu, Biden dan Abdullah juga membahas soal mencegah perluasan perang di kawasan.
Jordania merupakan sekutu penting AS di Timur Tengah. Jordania menjadi pangkalan militer AS yang paling dekat dengan Israel. Sebagian pasokan dari AS ke Israel dikirim lewat Jordania. (AFP/REUTERS/AP)