Singapura, Malaysia, dan Thailand ”Berburu” Turis China
Adanya kelonggaran pengurusan visa bisa membuat sebuah negara menjadi lebih menarik dikunjungi warga China.
Oleh
FRANSISCA ROMANA
·3 menit baca
SINGAPURA, JUMAT — Seiring warga China berlibur ke luar negeri sepanjang perayaan tahun baru Imlek, sejumlah negara di Asia Tenggara berharap bisa mendapat limpahan kunjungan mereka. Kemudahan mengurus visa menjadi salah satu kuncinya.
Wei Ming, insinyur asal China, membatalkan liburan ke Australia dan menggantinya dengan berlibur ke Singapura. Ia memutuskan hal itu setelah Singapura membebaskan visa bagi warga negara China. Wei juga mempertimbangkan akan mengunjungi Bangkok dan Kuala Lumpur dalam rangkaian liburannya. Thailand dan Malaysia juga memberlakukan pelonggaran pengurusan visa bagi warga China.
Sepanjang musim liburan tahun baru Imlek, ribuan warga China merencanakan liburan ke berbagai negara. Para turis China dikenal royal dalam membelanjakan uang mereka saat liburan.
Mereka sering mengeluh tentang lamanya waktu pengurusan visa perjalanan di suatu negara. Tak sedikit pula yang mengalami kerepotan dalam proses tersebut. Paspor China berada di urutan ke-62 dari 199 negara dalam Indeks Paspor Henley negara menurut jumlah destinasi yang bisa diakses pemegangnya tanpa pengurusan visa lebih dulu.
Meski berbagai kebijakan ketat terkait pandemi Covid-19 di China sudah dilonggarkan, jumlah turis China di luar negeri belum pulih kembali. Para analis menilai, pertumbuhan ekonomi China mengalami perlambatan, lapangan pekerjaan serba tidak pasti, dan pemasukan yang merosot pada tahun ini menghambat perjalanan warga China ke luar negeri.
”Beratnya perekonomian dan kurangnya pendapatan yang bisa dibelanjakan membuat mereka merasa berat, maka perjalanan lebih banyak di dalam negeri China karena biaya lebih murah,” kata John Grant, analis pada firma data perjalanan OAG.
Adanya kelonggaran pengurusan visa bisa membuat sebuah negara menjadi lebih menarik dikunjungi warga China. Tiga negara di Asia Tenggara, yakni Singapura, Thailand, dan Malaysia, berupaya mendapatkan bagian dari keuntungan itu.
Arahnya bagus sejak ada program bebas visa, sudah mulai kembali ke situasi sebelum pandemi.
Sebelum pandemi Covid-19, turis China menjadi sumber pendapatan vital bagi Thailand. Lebih dari seperempat dari seluruh wisatawan di Thailand pada 2019 berasal dari China. Di Singapura, turis China juga memuncaki peringkat pembelanja, dengan total lebih dari 4 miliar dollar Singapura pada 2019.
Kendati lebih sedikit dibandingkan dengan sebelum pandemi, China tetap menyumbang bagian terbesar dari total wisatawan ke Thailand. Setelah meluncurkan bebas visa pada September 2023, otoritas pariwisata Thailand memperkirakan 177.000 turis China akan berkunjung sepanjang liburan tahun baru Imlek. Jumlah itu tiga kali lipat dibandingkan dengan jumlah turis China pada 2023.
”Arahnya bagus sejak ada program bebas visa, sudah mulai kembali ke situasi sebelum pandemi,” ujar Chattan Kunjara Na Ayudhya, Wakil Direktur Otoritas Turisme Thailand.
Sementara di Malaysia, kebijakan bebas visa bagi warga China dimulai pada Desember 2023. Malaysia berharap bisa menarik 5-7 juta turis China sepanjang tahun ini, atau hampir dua kali lipat jumlah sebelum pandemi. Untuk periode liburan tahun baru Imlek, hotel-hotel banyak memberikan promosi, seperti diskon dan aktivitas menarik.
Singapura, yang menyandang status sebagai penghubung lalu lintas udara di Asia, masih mengungguli tetangga-tetangganya untuk jumlah kunjungan turis China. Itu didukung jumlah penerbangan langsung ke China daratan yang lebih banyak dibandingkan dengan sebelum pandemi.
Berdasarkan data firma analisis penerbangan Cirium, baik Malaysia maupun Thailand belum memiliki penerbangan langsung dengan China sebanyak Singapura.
Banyak maskapai penerbangan di negara-negara Asia juga berharap perjalanan warga China bisa meningkat tahun ini setelah hasil yang tidak sesuai harapan pada tahun lalu. Menurut Cirium, jaringan rute penerbangan internasional China secara total telah berkurang sebesar 43 persen. Sebanyak 45 destinasi luar negeri bahkan tidak lagi dilayani penerbangan langsung dari China.
Sebaliknya, wisatawan China justru telah berbondong-bondong kembali ke Timur Tengah pada 2023. Kawasan tersebut penting dalam proyek besar China, Prakarsa Sabuk dan Jalan (BRI). (Reuters)