Keajaiban di Davao, Dua Anak Selamat Setelah Tertimbun Longsor Tiga Hari
Setelah 60 jam tertimbun di lokasi tanah longsor, seorang bayi dan satu anak balita ditemukan selamat.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·3 menit baca
DAVAO, JUMAT — Tim Palang Merah Filipina mengevakuasi bayi laki-laki berusia dua bulan dan anak balita perempuan berusia tiga tahun. Anak-anak itu diselamatkan dari lokasi tanah longsor di Desa Masara, Davao de Oro.
Petugas informasi kota Maco, Jiesyl Mae Tan, membenarkan evakuasi pada Jumat (9/2/2024) itu. Anak-anak tersebut diperiksa tim tanggap darurat Palang Merah Filipina (PRC).
Desa Masara dibawahkan Pemerintah Kota Maco. ”Suatu keajaiban, gadis kecil selamat dari tanah longsor di Zona 1, Desa Masara, Maco. Gadis itu diselamatkan pada pagi ini selama proses pencarian korban oleh tim penyelamat,” demikian pernyataan Pemkot Maco.
Meski di lokasi kejadian selama tiga hari dan terus dilanda hujan, kondisi anak-anak itu disebut baik-baik saja. Mereka telah dirawat oleh tim tanggap darurat, seperti juga korban lain.
Dalam video dan foto yang disiarkan PRC, anak tersebut terlihat dibungkus menggunakan selimut. Selang oksigen terpasang di mulutnya. Anak balita itu segera dibawa tim ke rumah sakit di Mawab. Sejak longsor terjadi sampai akhirnya diselamatkan, mereka telah tertimbun setidaknya selama 60 jam.
Video tentang petugas penyelamat yang menggendong bocah yang berlumuran lumpur beredar di media sosial. ”Dapat kita lihat di media sosial itu, anak tersebut tidak mengalami luka apa pun,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Provinsi Davao de Oro Edward Macapii.
Ia menyebut, petugas menggali tanah yang menimbun anak itu menggunakan tangan dan sekop. Mereka terus menggali setelah mendapat informasi mengenai keberadaan anak itu. Pencarian anak tersebut akhirnya berhasil dan akhirnya anak itu bisa diselamatkan dari balik timbunan tanah dan rumahnya yang roboh terkena longsoran.
Harapan pencarian
Penyelamatan anak-anak itu memberi harapan kepada tim pencari. ”Kemampuan bertahan seorang anak biasanya kurang apabila dibandingkan dengan kemampuan bertahan manusia dewasa. Namun, bocah itu bisa tetap bertahan hidup,” ujar Macapii.
Dalam bencana para korban tertimbun, ada waktu yang disebut periode emas. Dalam waktu 72 jam sejak kejadian, harapan korban ditemukan dalam kondisi hidup masih besar. Setelah itu, korban dikhawatirkan meninggal atau setidaknya dalam kondisi amat buruk setelah terperangkap tiga hari.
Anak-anak itu sebagian dari korban tanah longsor pada Selasa (6/2/2024) malam. Selain rumah, tanah longsor juga menimbun dua bus berisi hampir 30 orang. Hingga Jumat pagi, 15 orang dipastikan tewas dan 31 lainnya cedera akibat tanah longsor tersebut.
Juru bicara Kantor Pertahanan Sipil Davao, Edgar Posadas, mengatakan, jumlah korban masih terus diverifikasi. Jumlahnya bisa terus berubah karena pencarian masih terus berlangsung. ”Keselamatan bagi semua, termasuk tim pencari, harus diprioritaskan. Kami mengkhawatirkan hujan deras sepanjang akhir pekan ini di Davao,” ujarnya.
Sementara juru bicara Komando Timur Angkatan Bersenjata Filipina, Kolonel Rosa Ma Cristina Rosete-Manuel, mengatakan, tim pencari masih optimistis bisa menemukan para korban. Tentara, petugas hansip, dan sukarelawan dari berbagai lembaga ataupun perorangan terlibat dalam pencarian korban.
Petugas penyelamat menggunakan alat-alat berat untuk mencari korban. Khusus di lokasi yang diduga kuat ada korban tertimbun, penggalian dilakukan menggunakan sekop. Penentuan lokasi korban di antaranya berdasarkan pencarian dengan anjing pelacak.
Tanah longsor, juga badai dan banjir, sering melanda Filipina. Sebagian warga menuding, hujan bukan satu-satunya penyebab bencana Masara. Penambangan skala luas dekat desa disebut mengakibatkan hutan gundul. Akibatnya, tanah longsor dan banjir lebih mudah terjadi.
Alam juga rusak akibat pembalakan liar dan peladangan berpindah. Menurut Macapii, lokasi longsor Masara sebenarnya tidak direkomendasikan menjadi permukiman. Sebab, lokasi itu terdeteksi rawan bencana. (AFP/AP)