Selain batal ikut latihan gabungan NATO, HMS Queen Elizabeth juga bisa gagal ke Laut Merah.
Oleh
KRIS MADA
·3 menit baca
LONDON, SENIN — Kapal induk andalan Inggris, HMS Queen Elizabeth, kembali rusak. Akibatnya, satu dari dua kapal induk Inggris itu gagal ditugaskan.
Kerusakan kapal induk yang resmi beroperasi pada awal 2020 itu diumumkan Angkatan Laut Inggris pada Minggu (4/2/2024) malam waktu London atau Senin (5/2/2024) dini hari WIB. Seperti kala uji coba pada 2017, lagi-lagi ada masalah di sekitar baling-baling kapal induk tersebut.
AL Inggris mengatakan, kerusakan ditemukan dalam pemeriksaan sebelum kapal komando AL Inggris itu akan diberangkatkan ke Norwegia. Di sana, AL Inggris dijadwalkan ikut dalam latihan gabungan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). London mengerahkan kapal induk lain, HMS Prince of Wales, ke latihan gabungan di Norwegia.
Media Inggris, The Telegraph, melaporkan indikasi masalah HMS Queen Elizabeth sudah terdeteksi sejak Januari 2024. Kepada koran itu, seorang pejabat Kementerian Pertahanan Inggris yang menolak identitasnya diungkap menyebut bahwa kapal induk itu tidak dalam kondisi siap operasi. Sebab, AL Inggris kekurangan tenaga untuk mengoperasikan kapal induk itu.
Sebelum mulai resmi beroperasi pada 2020, HMS Queen Elizabeth bolak-balik bermasalah. Pada 2019, uji coba pelayarannya dibatalkan. Sebab, ada kebocoran di kabin bawah kapal. Pada 2017, ada juga kebocoran di sekitar baling-baling. Kala itu, Al Inggris menyebutnya masalah kecil.
Batal penugasan
Wakil Menhan Inggris James Heappey mengatakan, HMS Queen Elizabeth tidak hanya batal ikut latihan gabungan NATO. Kapal komando Inggris itu juga dikhawatirkan batal berangkat ke Laut Merah.
Pekan lalu, Heappey menyebut bahwa HMS Queen Elizabeth akan menggantikan peran USS Dwight D Eisenhower di Laut Merah. Kapal induk AS itu dijadwalkan pulang kampung.
Heappey menyatakan itu setelah ada kritik dari Alan West, mantan Direktur Jenderal AL di Kemenhan Inggris. Menurut Alan, sulit dipahami bila Inggris tidak mengirimkan kapal induk ke Laut Merah dalam situasi sekarang.
Bersama AS, Inggris menjadi kekuatan utama koalisi penjaga keamanan Laut Merah dari serangan Houthi di Yaman. Beberapa hari terakhir, dengan sokongan sejumlah negara lain, AS-Inggris mengebom lebih dari 100 lokasi di Yaman.
Semua dinyatakan sebagai fasilitas pertahanan Houthi. Inggris menerbangkan jet tempur dari pangkalan di Siprus. Sementara AS menerbangkan jet tempur dari geladak USS Dwight D Eisenhower dan pangkalan di Bahrain.
Heappey mengatakan, USS Dwight D Eisenhower tidak mungkin selamanya di Laut Merah. Kapal induk tersebut juga perlu perawatan berkala. Saat USS Dwight D Eisenhower pulang kampung akan ada kekosongan jika AS tidak mengerahkan kapal induk baru.
Dalam situasi sekarang, sulit mengharapkan AS mengerahkan salah satu dari kapal induknya ke Timur Tengah. AS punya total 11 kapal induk. Sampai Januari 2024, ada dua kapal induk di Laut Tengah dan Timur Tengah. Sementara 11 lain berada di berbagai wilayah lain.
Saudari kembar
Adapun Inggris punya dua kapal induk. Selain HMS Queen Elizabeth, Inggris punya HMS Prince of Wales. Pada 2007, London mengumumkan pembuatan dua kapal induk baru. Kapal induk kembar itu untuk memperkuat AL Inggris dan menjadi kapal terbesar sepanjang sejarah AL Inggris. Pada 2014, kapal mulai diuji coba operasional dan baru selesai hampir enam tahun kemudian.
HMS Queen Elizabeth dirancang untuk jet tempur yang lepas landas dan mendarat secara vertikal (VTOL). Kapal induk itu bisa mengangkut hingga 35 jet tempur F-35B. Karena mengangkut marinir, HMS Queen Elizabeth juga dilengkapi helikopter angkut taktis hingga helikopter pemburu dan serbu.
Pada 2021 atau setahun setelah resmi beroperasi, HMS Queen Elizabeth ikut dalam operasi perburuan sisa milisi Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS). Sementara HMS Prince of Wales belum pernah diterjunkan dalam perang apa pun. (AFP/REUTERS)