AS Siapkan Serangan Lanjutan terhadap Kelompok-kelompok yang Didukung Iran
Menurut Gedung Putih, serangan-serangan itu hanya awal, bukan akhir, dari rangkaian serangan AS di Timur Tengah.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·3 menit baca
WASHINGTON, MINGGU — Amerika Serikat tidak mengendurkan serangannya terhadap kelompok-kelompok yang didukung Iran di Timur Tengah. Setelah menggempur puluhan sasaran selama dua hari di Irak, Suriah, dan Yaman, AS mengungkap niat untuk melancarkan lebih banyak serangan atas kelompok-kelompok itu.
”Kami akan menambah serangan, memperbanyak tindakan, dan terus mengirimkan pesan jelas bahwa AS akan merespons saat pasukan kami diserang, saat rakyat kami tewas,” kata Penasihat Keamanan Nasional Nasional Gedung Putih Jake Sullivan kepada NBC, Minggu (4/2/2024) malam waktu setempat atau Senin (5/2/2024) pagi WIB.
AS mengambil langkah tegas menyusul serangan atas Tower 22, pangkalan militer AS di perbatasan Jordania-Suriah, yang menewaskan tiga prajurit AS. AS menuding serangan itu dilakukan kelompok bersenjata yang didukung Iran, meski Teheran membantahnya.
Sepanjang akhir pekan, pasukan sekutu yang dipimpin AS dan Inggris menyerang setidaknya 36 target milik kelompok Houthi di Yaman. Houthi menyerang kapal-kapal yang melintas di Laut Merah, terutama yang berafiliasi dengan Israel dan sekutunya. Tindakan itu sebagai dukungan bagi kelompok Hamas yang tengah berperang dengan militer Israel di Jalur Gaza.
Setelah serangan itu, AS pada Minggu kembali memperingatkan Iran serta kelompok-kelompok bersenjata yang diduga didukung Iran bahwa AS akan terus membalas jika pasukan AS di Timur Tengah terus jadi sasaran. Menurut Sullivan, serangan-serangan itu hanya permulaan, bukan akhir, dari repons AS. ”Akan ada tindakan lain, sebagian terlihat, sebagian mungkin tak terlihat. Namun, ini bukan kampanye terbuka untuk perang,” ujarnya.
Sullivan menambahkan, AS tidak mengesampingkan akan ada serangan dari kelompok-kelompok lain di Irak dan Suriah atau dari Houthi lagi. Maka, Presiden AS Joe Biden telah memerintahkan para komandan pasukan agar mereka disiagakan untuk membalas serangan itu.
Meski demikian, Sullivan menegaskan, Biden tidak ingin memperluas perang, terutama jika menyangkut Iran. ”Namun, jika mereka memilih untuk membalas langsung kepada AS, mereka akan mendapat balasan yang tegas dan kuat,” katanya.
Akan ada tindakan lain, sebagian terlihat, sebagian mungkin tak terlihat. Namun, ini bukan kampanye terbuka untuk perang.
Hampir setiap hari, Houthi meluncurkan rudal atau pesawat nirawak (drone) untuk menyerang target komersial dan militer di Laut Merah. Juru bicara Houthi menyatakan, berbagai serangan dari AS dan pasukan internasional baik di perairan itu maupun di wilayah yang dikuasai Houthi tidak akan dibiarkan begitu saja tanpa balas.
”Serangan-serangan itu tidak akan melemahkan pasukan dan bangsa Yaman dalam mendukung Palestina yang menghadapi okupasi dan kejahatan zionis di Gaza. Serangan lawan tidak akan berlalu begitu saja,” ujar juru bicara Houthi, Yahya Sarea.
Kementerian Luar Negeri Iran menyatakan, gelombang serangan AS dan Inggris di Yaman merupakan pelanggaran nyata terhadap hukum internasional. Kementerian memperingatkan, lanjutan serangan serupa akan mengancam perdamaian dan keamanan internasional.
Iran sejauh ini menghindari peran langsung dalam konflik tersebut meskipun mendukung beberapa kelompok. Departemen Pertahanan AS atau Pentagon telah menyatakan tidak menghendaki perang dengan Iran dan yakin Iran pun tidak menginginkan perang.
Mahjoob Zweri, Direktur Gulf Studies Center pada Universitas Qatar, mengatakan tidak berharap ada perubahan dalam pendekatan Iran tersebut meskipun terjadi gelombang serangan AS. ”Mereka menjaga lawan tetap jauh di belakang garis pertahanan. Mereka tidak berminat dalam konfrontasi militer langsung yang mungkin akan mengakibatkan serangan di tanah air. Mereka akan menjaga status quo,” katanya.
Sementara Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken akan mengunjungi Arab Saudi, Mesir, Qatar, dan Israel dalam beberapa hari ke depan. Ini lawatannya yang kelima ke kawasan itu sejak Oktober 2023. Blinken akan fokus pada perundingan terkait pembebasan sandera Israel oleh Hamas sebagai imbalan atas gencatan senjata sementara di Gaza.
Ia juga akan mendorong kesepakatan besar antara Arab Saudi dan Israel untuk menormalisasi hubungan. Normalisasi itu diharapkan akan mengakhiri konflik di Gaza dan mewujudkan negara Palestina di masa mendatang. (AP/REUTERS)