AS Kerahkan Dua Pengebom B-1B untuk Gempur Irak dan Suriah
AS mengerahkan dua pesawat pengebom B-1B untuk menggempur sedikitnya 85 target terkait Iran di Irak dan Suriah.
Oleh
MUHAMMAD SAMSUL HADI
·4 menit baca
WASHINGTON, SABTU — Amerika Serikat melancarkan serangan balasan pertama atas kematian tiga tentaranya di Jordania dengan menggempur lebih dari 85 target terkait Garda Revolusi Iran dan milisi-milisi dukungannya di Irak dan Suriah, Jumat (2/2/2024) malam. Dalam serangan itu, AS mengerahkan, antara lain, dua pesawat pengebom B-1B dari Pangkalan Angkatan Udara Dyess di Texas, AS.
Serangan tersebut diyakini baru serangan pertama dari serangkaian serangan balasan yang tengah dirancang Washington. Serangan awal ini dilancarkan sebagai pembalasan AS atas kematian tiga tentaranya dan luka-luka yang diderita lebih dari 40 personel militernya akibat serangan pesawat nirawak di Jordania utara, 28 Januari 2024.
Presiden AS Joe Biden menyebut kelompok-kelompok dukungan Iran di Irak dan Suriah sebagai pelaku serangan tersebut. Ia juga menyatakan Teheran ikut bertanggung jawab sebagai pemasok senjata bagi kelompok-kelompok tersebut.
Meski tidak menyasar langsung wilayah Iran, serangan balasan AS ini diperkirakan tetap akan meningkatkan ketegangan yang sudah mendidih di Timur Tengah dalam hampir empat bulan terakhir akibat perang Hamas-Israel. Sebelum serangan balasan ini digelar, sejumlah politisi di Washington, terutama dari kalangan Partai Republik, mendesak agar AS menyerang langsung wilayah Iran.
”Pembalasan kami dimulai hari ini. (Pembalasan) ini akan terus berlanjut pada waktu dan tempat yang kami pilih,” kata Biden melalui pernyataan tertulis, Jumat (2/2/2024).
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengatakan, Biden telah memerintahkan tindakan terhadap Garda Revolusi Iran (IRGC) dan mereka yang punya keterkaitan dengannya. ”Ini baru awal pembalasan kami,” ujarnya.
Ia menambahkan, Pentagon tidak menginginkan perang melawan Iran. Ia yakin, Teheran juga tidak menginginkan perang melawan AS. ”Kami tidak menginginkan konflik di Timur Tengah atau tempat-tempat lain, tetapi Presiden (Biden) dan saya tidak akan menoleransi serangan-serangan terhadap pasukan Amerika,” kata Austin.
Melalui keterangan tertulis, militer AS mengungkapkan, serangan awal ini menarget, antara lain, pusat-pusat komando dan kendali, fasilitas-fasilitas gudang roket dan rudal, serta fasilitas-fasilitas pasokan logistik dan amunisi. Serangan itu menarget lebih dari 85 posisi di tujuh lokasi di Irak dan Suriah.
Agresi Amerika
Media pemerintah Suriah, Jumat (2/2/2024), menyebut serangan tersebut sebagai ”agresi Amerika”. Agresi AS pada situs-situs di sejumlah area gurun dan di perbatasan Irak-Suriah, sebut media Suriah, mengakibatkan jatuhnya korban jiwa dan korban luka-luka.
Irak juga mengecam keras serangan AS tersebut. Melalui pernyataan tertulis, juru bicara Perdana Menteri Irak Mohamed Shia al-Sudani, Jenderal Yehia Rasool, menyatakan, serangan itu sebagai pelanggaran atas kedaulatan Irak. ”(Serangan itu) akan menimbulkan konsekuensi yang membahayakan keamanan dan stabilitas di Irak dan kawasan,” ujarnya.
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby, kepada wartawan di Washington, mengatakan, AS telah memberi tahu Baghdad sebelum melancarkan serangan ke wilayah Irak. ”Kami sudah memberi tahu Pemerintah Irak (sebelum serangan),” ujarnya.
Sebelum serangan AS berlangsung, pada Jumat (2/2/2024) Presiden Iran Ebrahim Raisi menyatakan, Iran tidak akan memulai perang. Meski demikian, lanjut dia, Iran akan merespons dengan tegas terhadap pihak-pihak yang berupaya merundung negaranya.
Para penasihat keamanan dan komandan Iran disebut mengarahkan kelompok-kelompok bersenjata di Irak dan Suriah. Di Irak, AS menempatkan sekitar 2.500 tentara, sedangkan di Suriah sekitar 900 prajurit. Akhir-akhir ini IRGC mengurangi penempatan para pejabat senior militernya di Suriah menyusul serangkaian serangan Israel di negara itu.
Dua pesawat pengebom
Harian AS, The New York Times, melaporkan, dalam melancarkan serangan tersebut Pentagon mengerahkan dua pesawat pengebom B-1B langsung dari Pangkalan Angkatan Udara Dyess, Texas, Jumat dini hari waktu setempat. Dua B-1B itu terbang sejauh lebih dari 9.500 kilometer untuk menghujani target-target di Irak dan Suriah dengan amunisi.
Menurut pejabat AS, dengan kehadiran dua B-1B itu para komandan AS di kawasan hanya menyiagakan pesawat-pesawat tempur di beberapa pangkalan di Timur Tengah ataupun di kapal induk dalam posisi cadangan untuk serangan-serangan berikutnya. Pengerahan dua pesawat pengebom B-1B, kata pejabat tersebut, sebagai bagian dari unjuk kekuatan militer AS.
Sebelum serangan balasan terakhir ini, AS telah berulang kali melancarkan serangan di Irak, Suriah, dan Yaman sebagai balasan atas serangan kelompok-kelompok dukungan Iran.
Perkembangan terakhir ini diperkirakan bakal memperumit keberadaan militer AS di Irak. Baghdad dan Washington telah memulai pembicaraan tentang rencana penarikan pasukan AS dari Irak. (AP/AFP/REUTERS)