Sengitnya Persaingan Angkatan Laut India-China
Meningkatnya kompetisi dengan China menggairahkan India untuk memiliki lebih banyak kapal dan pesawat canggih.
Selama puluhan tahun, India memfokuskan kebijakan pertahanan di darat dengan negara tetangga sekaligus rivalnya, Pakistan dan China. Seiring meluasnya ambisi global India, negara itu kini mulai unjuk kekuatan maritim di perairan internasional.
Angkatan Laut India terlibat dalam operasi antibajak laut dan turut melindungi kapal niaga di Laut Merah dari serangan kelompok Houthi yang menyerang kapal-kapal terkait Israel. Pada November 2023, India mengirimkan tiga kapal perusak berpeluncur rudal dan pesawat intai ke perairan tersebut.
Baca juga: Serangan Kapal Niaga Meluas dari Laut Merah ke Samudra Hindia
Menurut mantan Komandan Armada Selatan India Laksamana Madya Anil Kumar Chawla, pengiriman kapal-kapal India ke Laut Merah menandai India sebagai ”kontributor proaktif” bagi stabilitas keamanan maritim internasional. ”Kami tidak melakukannya semata sebagai pengabdian. Tanpa menjadi kekuatan maritim, kami tidak akan dianggap sebagai kekuatan global. India sudah menjadi kekuatan regional dan akan muncul sebagai kekuatan global,” katanya, seperti dikutip kantor berita Associated Press, Jumat (2/2/2024).
India aktif memublikasikan pengerahan kapal-kapalnya ke Laut Merah. Ini mengindikasikan niatnya untuk memikul tanggung jawab lebih luas dalam keamanan maritim dunia sekaligus ambisinya mengimbangi China. ”Ini pesan kepada China bahwa lihat, kami bisa mengerahkan kekuatan besar di sini. Ini halaman belakang kami. Meski kami tidak memilikinya, mungkin kami kekuatan laut yang paling mampu dan paling bertanggung jawab,” ujar Chawla.
Di Laut Merah, Angkatan Laut India telah membantu setidaknya empat kapal. Tiga kapal di antaranya diserang kelompok Houthi. Satu kapal lainnya, menurut Amerika Serikat, diganggu kelompok yang didukung Iran. Teheran membantah tudingan tersebut.
Militer dari pasukan sekutu yang dipimpin AS merespons serangan Houthi dengan balas menyerang sejumlah posisi kelompok itu di Yaman. Namun, India tidak bergabung dengan sekutu pimpinan AS tersebut.
Tanpa menjadi kekuatan maritim, kita tidak akan dianggap sebagai kekuatan global. India sudah menjadi kekuatan regional dan akan muncul sebagai kekuatan global.
Pada 26 Januari 2024, kapal perusak berpeluncur rudal milik India, INS Visakhapatnam, membantu awak kapal tanker berbendera Kepulauan Marshal dalam memadamkan kebakaran setelah kapal itu dihantam rudal di Teluk Aden. Sekitar 10 hari sebelumnya, INS Visakhapatnam merespons panggilan darurat yang dipancarkan oleh kapal niaga milik AS, Genco Picardy, setelah serangan pesawat nirawak (drone) di perairan yang sama.
Faktor China
”Keamanan maritim bukan pilar kuat dalam kebijakan luar negeri India, tidak seperti yang mulai kita lihat sekarang. China adalah faktor penyebabnya,” kata Darshana M Baruah, peneliti pada Carnegie Endowment for International Peace.
Kedua negara rival itu terkunci dalam perseteruan militer di sepanjang perbatasan di wilayah pegunungan. Selepas Perang Dunia II, India-China sudah terlibat dalam perseteruan perbatasan darat di Pegunungan Himalaya dan timur Tibet.
Meski demikian, China telah lama membangun kehadirannya di Samudra Hindia, jalur penting pasokan minyak dan gas untuk perekonomian negara. China merupakan angkatan laut terbesar di dunia dari jumlah kapal yang dimilikinya. Jumlahnya bahkan tiga kali lipat dari Angkatan Laut India.
China juga mengoperasikan armada kapal penjaga pantai besar yang kuat. Mereka disebut sebagai milisi maritim China yang mencakup kapal-kapal ikan yang bekerja sama dengan penjaga pantai untuk menegaskan klaim di Laut China Selatan.
Baca juga: China Berupaya Kuat Menancapkan Kuku Militernya di Indo-Pasifik
Selama ini Beijing memperkuat pendekatannya di Samudra Hindia, terutama melalui perjanjian proyek infrastruktur dengan negara-negara tetangga India, seperti Bangladesh, Sri Lanka, dan baru-baru ini Maladewa. Pekan lalu, Pemerintah Maladewa mengizinkan kapal peneliti China bersandar di pelabuhannya. Kapal serupa berlabuh di Sri Lanka pada 2022 dan 2023.
India khawatir kapal-kapal itu bisa digunakan untuk mengintai kawasan. Kekhawatiran India itu membuat Sri Lanka pada awal tahun ini memberlakukan moratorium kunjungan kapal-kapal peneliti asing di perairannya selama satu tahun.
”China berusaha menambah lebih banyak pangkalan maritim di sekitar Samudra Hindia. Melihat itu, India tidak punya pilihan lain selain memperkuat angkatan lautnya,” kata Letnan Jenderal DS Hooda, mantan pejabat militer dan kini pakar strategi.
Para pakar menilai, meningkatnya kompetisi dengan China menggairahkan India untuk memiliki lebih banyak kapal canggih, kapal selam, dan pesawat serta menginvestasikan lebih besar dalam teknologi dan infrastruktur. Anggaran untuk Angkatan Laut India meningkat menjadi 19 persen dari total anggaran pertahanan yang mencapai 72,6 miliar dollar AS tahun lalu. Biasanya angkatan darat mendapat porsi terbesar dari anggaran pertahanan.
Selain itu, Angkatan Laut India juga menjalin kemitraan strategis melalui partisipasi dalam latihan gabungan dengan negara lain di kawasan atau di luar kawasan. Baruah mengatakan, New Delhi perlu perencanaan strategis yang berorientasi maritim, bukan semata sebagai pilihan respons atas krisis, melainkan juga sebagai cara menggenjot posisi geopolitik dan prioritas strategis India di Indo-Pasifik.
Baca juga: Quad dan ”Status Quo” di Indo-Pasifik
India merupakan salah satu anggota aliansi strategis Indo-Pasifik, Quad, bersama AS, Australia, dan Jepang. Aliansi itu berulang kali menuding China unjuk kekuatan militer di Laut China Selatan dan secara agresif mendesakkan klaim teritorial maritim. Angkatan laut keempat negara itu secara rutin menggelar latihan sebagai bagian dari upaya mengimbangi kekuatan China di Pasifik.
Beijing menegaskan kekuatan militernya murni untuk melindungi hak kedaulatan. China menyebut Quad sebagai upaya menghadang pertumbuhan ekonomi dan pengaruh China.
Bagi para perencana maritim China, Laut China Selatan tetap menjadi prioritas utama. Sebab, setidaknya 60 persen kapal kargo India melintasi jalur pelayaran tersebut. Chawla mengatakan, India tidak memiliki kekuatan untuk memproyeksikan kekuatan ke Laut China Selatan saat ini karena banyaknya aset maritim China di perairan itu.
Dalam budaya India, dikenal Dewa Varuna sebagai penguasa samudra. Sementara dalam budaya China dikenal Dewi Mazu, penguasa lautan. Dari filosofi tersebut, dua bangsa besar dan berperadaban tua itu mengenal dan mengarungi lautan. Namun, kini justru muncul persaingan kedua negara seiring pertumbuhan ekonomi mereka.
”Jujur saja, jika datang waktunya pertempuran, India sebenarnya tidak punya kemampuan dan Quad tidak punya mandat. Seperti kita tahu, ini bukan aliansi seperti NATO,” katanya. (AP)