Di luar negeri, pasar ikan bebas dari momok becek, kotor, dan bau. Pasar ikan justru menjadi tujuan wisata top.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·4 menit baca
TOKYO, KAMIS — Pasar Ikan Toyosu di kota Tokyo, Jepang, membuka sayap baru yang ditunggu-tunggu. Bagian ini khusus untuk menarik wisatawan agar mau datang dan menikmati pasar ikan bersejarah tersebut. Tokyo ingin mengembangkan tempat-tempat wisata yang masih aktif digunakan sebagai pusat kegiatan masyarakat setempat.
Gubernur Tokyo Yurike Koike meresmikan Toyosu Senkyaku Banrai pada Kamis (1/2/2024). Ini tempat pujasera yang dirancang dengan gaya Edo, yaitu periode sejarah Kekaisaran Jepang tahun 1603-1868. Pada zaman itu, keadaan di Jepang relatif aman dan sejahtera di bawah Shogun Tokugawa. Masa-masa itu bahkan disebut sebagai zaman keemasan Jepang karena berbagai produk kebudayaan berkembang pesat.
“Saya percaya kemampuan Tokyo menyajikan hidangan laut yang segar dan nikmat akan menarik wisatawan datang kemari. Ini keunikan dan kekayaan Tokyo yang bisa kita bagi kepada dunia,” kata Koike.
Pasar Ikan Tokyo sebelumnya berada di daerah yang bernama Tsukiji. Pasar Tsukiji dibangun pada pertengahan tahun 1930-an dan beroperasi sejak 1935. Pasar Tsukiji merupakan pasar ikan terbesar di dunia.
Pasar ini penting dalam sejarah Tokyo ataupun Jepang karena salah satu pasar ikan modern pertama. Dilaporkan oleh CNN Travel edisi 8 Oktober 2018, omzet harian Pasar Tsukiji mencapai 28 juta dollar Amerika Serikat.
Pada 2018, pasar ini digusur dan dipindah ke Toyosu. Alasannya karena gedung pasar Tsukiji sudah terlalu tua untuk kapasitas kegiatan sesibuk itu. Jepang kala itu juga tengah berbenah untuk Olimpiade 2020 dan wilayah Tsukiji terletak di dekat pusat kota sehingga pemerintah berencana memanfaatkannya untuk kegiatan pendukung.
Lokasi baru pasar ikan itu berada di lahan reklamasi Teluk Tokyo di bagian timur kota. Ukuran pasar ikan yang baru ini dua kali lipat dari Tsukiji dengan gedung yang lebih modern. Akan tetapi, ternyata warga lokal dan wisatawan dalam negeri ataupun mancanegara yang berkunjung ke Toyosu tidak sebanyak ketika di Tsukiji.
”Tokyo menargetkan Pasar Toyosu bisa mendatangkan rata-rata 2,6 juta wisatawan setiap tahun,” ujar Koike.
Di pujasera Toyosu ada 65 kios menyajikan boga bahari segar, hasil tangkapan nelayan setiap subuh. Aneka sushi, sashimi, dan belut bakar siap menyambut siapa pun yang hendak mencicipi. Sebagai pasar modern, semua ikan di Toyosu melewati proses pengendalian mutu yang ketat. Ini mencakup pengendalian mutu ikan yang ditangkap di perairan Fukushima yang merupakan tempat pembuangan air olahan reaktor nuklir yang rusak pada 2011.
Yasuhiro Yamazaki, Direktur Yamaharu, toserba yang terletak di sebelah pasar Toyosu, mengatakan, ide membuka pujasera bertema sejarah ini menguntungkan semua orang. “Apabila pengunjung ke pasar ikan meningkat, berbagai usaha di sekitar pasar juga mendapatkan manfaat,” tuturnya.
Atraksi
Pasar Toyosu ingin mendulang ketenaran ataupun omzet seperti pasar ikan yang paling terkenal di dunia, yaitu Pasar Ikan Pike Place. Pasar ini terletak di kota Seattle, Negara Bagian Washington, AS. Menurut laman Pemerintah Kota Washington, pasar tersebut beroperasi sejak tahun 1907. Setiap tahun, jumlah rata-rata wisatawan yang berkunjung ada 10 juta orang.
Penulis Alice Shorett dan Murray Morgan dalam buku Soul of The City mengenai sejarah Pasar Pike Place yang terbit pada 2007 memaparkan, pada 1963 pasar itu akan digusur oleh pemerintah kota. Alasannya serupa dengan Pasar Tsukiji, yaitu sudah terlalu tua dan jorok.
Para pedagang dan warga Seattle menolak. Mereka mengajukan petisi agar pasar itu dikelola oleh masyarakat sehingga dibentuk yayasan khusus. Proposal itu diterima dan Pasar Pike Place menjadi milik publik. Melalui yayasan ini, pasar dibenahi dan dipugar untuk menjaga keunikan arsitektur awal abad ke-20 di AS bagian utara. Lapak-lapak pedagang dirapikan dan diterapkan skema kebersihan lingkungan terbaru.
Walhasil, Pasar Pike Place tidak hanya menjadi salah satu pusat niaga di Seattle, tetapi juga menarik perhatian para pelancong yang ingin melihat para nelayan mengangkut hasil tangkapan ke pasar. Setiap pagi ada atraksi para nelayan berbaris dan mengoper ikan-ikan ke lapak dengan cara dilempar. Memanfaatkan keramaian tersebut, perusahaan waralaba kedai kopi terbesar di dunia, Starbucks, membuka kafe pertama mereka di Pasar Pike Place pada 1971. (AP)