Gugatan dan kerugian tidak kunjung menjauhi Boeing. Manajemen pusing.
Oleh
IWAN SANTOSA
·2 menit baca
ARLINGTON, KAMIS — Masalah tidak kunjung menjauhi raksasa dirgantara Amerika Serikat, Boeing. Setelah produksi sebagian pesawatnya dihentikan, perusahaan yang bermarkas di Virginia itu digugat sejumlah pihak.
Pada Selasa (30/1/2024), sejumlah penumpang Alaska Airlines mengajukan gugatan ke pengadilan Alexandria, Virginia. Gugatan terkait jendela salah satu pesawat Boeing 737 Max 9 yang lepas kala pesawat itu diterbangkan Alaska Airlines.
Tidak ada korban jiwa atau cedera serius dalam penerbangan pada 5 Januari 2024 tersebut. Meski demikian, sudah lima penumpang Alaska Airlines menggugat Boeing.
Korban diwakili Mark Lindquist, pengacara yang menggugat Boeing dalam kecelakaan Lion Air dan Ethiopian Airlines. Menurut Lindquist, sejumlah penumpang Alaska Airlines telah menghubungi kantornya dan akan ikut menggugat.
Dalam kasus Lion Air dan Ethiopian Airlines, Lindquist menang. Boeing tidak hanya harus membayar kompensasi. Produsen pesawat itu juga diwajibkan memperbaiki mutu produknya.
Kasus Alaska Airlines menunjukkan, Boeing belum sepenuhnya mematuhi perintah pengadilan tersebut. Akibatnya, sebagian pemegang saham menggugat manajemen Boeing.
Sebagian pemegang saham menuding manajemen tidak jujur soal kendali mutu. Salah satu dampaknya, harga saham Boeing turun. Penurunan merugikan para investor pemegang saham Boeing.
Kecelakaan Alaska Airlines membuat nilai pasar Boeing terpangkas 28 miliar dollar AS. Kecelakaan Alaska Airlines berselang beberapa tahun dari kecelakaan pesawat varian 737 Max yang dioperasikan Lion Air dan Ethiopian Airlines. Selain itu, ada juga kecelakaan dari varian lain produk Boeing.
Bendahara Umum Rhode Island, James Diossa, menjadi penggugat utama dalam kasus Boeing melawan pemegang saham. Gugatan diajukan karena pengelola dana pensiun PNS Rhode Island memiliki saham Boeing.
Manajemen berbohong
Selepas rangkaian kecelakaan itu, manajemen menyatakan telah berusaha meningkatkan keamanan produk. Faktanya, kecelakaan tetap terjadi dan ada unsur kelalaian Boeing pada insiden itu.
Gugatan di Virginia didaftarkan pada hari Boeing mengungkap laporan keuangan triwulan IV-2023. Sepanjang 2023, Boeing merugi 2,2 miliar dollar AS. CEO Boeing Dave Calhoun menyatakan, manajemen tidak akan fokus pada isu finansial dulu. Manajemen akan fokus membenahi kendali mutu dan keselamatan produk.
Badan Penerbangan Federal AS (FAA) mengumumkan pembatasan produksi versi 737 Max. Keputusan itu berdasarkan pemeriksaan terhadap proses produksi Boeing selepas kecelakaan Alaska Airlines.
FAA juga mengumumkan, pengawasan terhadap Boeing akan semakin diperketat. Hal itu untuk memastikan Boeing memenuhi semua aspek kendali mutu untuk menjamin keamanan produknya.
Boeing pun telah mengumumkan penundaan produksi varian 737 dari pabrik di Renton, Washington. Pabrik Renton merupakan pusat produksi varian 737, salah satu produk terlaris Boeing. (AFP/REUTERS)