Saingi AGM84-Harpoon, Atmaca Jadi Taji Baru untuk TNI
Rudal Atmaca cocok untuk pertahanan laut dan darat Turki yang dikelilingi lautan dan pulau-pulau seperti di Indonesia
Dalam catatan sejarah, Kesultanan Turki berhasil menaklukan Kota Konstantinopel (kini Istambul) karena membuat meriam raksasa. Tembakan meriam itu berhasil membobol tembok tebal benteng Konstantinopel pada tahun 1453 Masehi. Turki kemudian mengalami masa keemasan antara lain ditopang teknologi militer dan Korps Militer Jannisari.
Kekuasaan Turki menyurut dan hampir hancur semasa Perang Dunia I (1914 – 1918). Kini Turki kembali bangkit di berbagai bidang. Salah satunya teknologi senjata dengan membuat rudal Atmaca (Elang) yang menjadi andalan terbaru Angkatan Laut Turki.
Akan tetapi, rudal buatan Roketsan yang mampu menghancurkan sasaran hingga di jarak 250 kilometer itu juga memikat Angkatan Bersenjata Indonesia. Merujuk Janes.com, melalui PT Republik Defensindo, Indonesia dikabarkan membeli 45 unit rudal Atmaca. Rudal tersebut akan melengkapi sejumlah kapal perang TNI AL.
Baca juga: Pasang Surut Menuju Armada Kelas Dunia
Indonesia adalah negara pertama di luar Turki yang bakal mengoperasikan rudal tersebut. Kemungkinan, rudal Atmaca akan diintegrasikan ke korvet Kelas Fatahillah, kapal patrol cepat (Fast Patrol Boat) tipe 57, dan korvet kelas Parchim eks Jerman Timur.
Navalnews melaporkan, Rudal Atmaca adalah rudal anti kapal jarak jauh yang menyisir permukaan laut untuk memburu sasaran. Rancangan awalnya seperti rudal AGM 84-Harpoon buatan Amerika Serikat. Pada awalnya, Harpoon dirancang untuk menyasar kapal selam bermesin disel yang sedang naik ke permukaan laut.
Riset Rudal Atmaca dikembangkan Turki pada tahun 2009. Roketsan, salah satu produsen senjata di Turki itu memulai studi dan disain pada Bulan September tahun 2012. Selanjutnya uji coba perdana dilakukan tanggal 3 November 2019 dari korvet TCG 3 Kinaliada.
Uji tembak dari darat juga dilakukan dengan sukses tanggal 2 Juli 2022 dari atas sebuah truk pengangkut peluncur dengan konfigurasi 8x8 (diduga menggunakan chasis truk Kamaz buatan Rusia) ke sasaran di Laut Hitam. Varian Atmaca tersebut diberi nama Kara Atmaca dengan jangkauan jelajah 280 kilometer lebih jauh dari Atmaca versi perdana.
Rudal berbasis peluncuran darat itu dikembangkan dari kajian Perang Rusia–Ukraina. Uji coba Atmaca oleh Turki dari daratan disimulasikan untuk pertahanan pesisir Turki yang memiliki banyak pulau dan tersebar di Laut Aegea. Kondisi tersebut mirip dengan kondisi Indonesia – Filipina – Pesisir Malaysia dan Thailand di dekat Selat Malaka.
Hal serupa dilakukan Taiwan di tahun 2023 dengan memesan 400 unit AGM 84-Harpoon untuk dipasang di pesisir barat Pulau Taiwan yang menghadap Provinsi Fujian, China.
Uji Coba Seksama
Berbagai skenario penembakan rudal Atmaca dilakukan termasuk peluncuran tanpa GPS, penembakan di tengah skenario perang elektronik, dan berakhir bulan Juni tahun 2021. Rudal tersebut memang dirancang untuk "ramah" untuk beragam kondisi cuaca dan lingkungan operasi. Selain dilengkapi dengan radar dan pengarah. Atmaca menggunakan sistem navigasi inersial, ditambah GPS, barometer altiemer, dan radar altimeter.
Keberadaan Atmaca sangat membantu kemandirian sektor pertahanan Turki. Sebagai catatan, saat ini Turki diperkirakan memiliki 3.500 unit rudal Harpoon yang dibeli dari AS.
Baca juga: Rudal Rusia, Rudal China, dan Pertahanan Perbatasan
Rudal besutan McDonnell Douglas (kini bagian dari Boeing Industries) itu mulai diproduksi tahun 1975. Hingga saat ini, Harpoon menjadi senjata andalam ratusan kapal perang di seluruh dunia. Setidaknya ada 30 negara mengoperasikan AGM 84-Harpoon. Rudal tersebut telah dikembangkan baik pada unsur jarak jangkau dan platform peluncur. Saat ini, selain dapat ditembakkan dari kapal perang dan pesawat terbang, AGM 84-Harpoon telah dikembangkan untuk dapat ditembakkan dari kapal selam, UGM 84 Harpoon dan peluncur berbasis darat AGM 84 H/K SLAM-ER.
Atmaca vs Harpoon
Bila dibandingkan, secara fisik, rudal Atmaca memiliki panjang 4,3 – 5,2 meter, sementara Harpoon lebih pendek, hanya 3,9 – 4,6 meter. Namun secara bobot, Atmaca lebih ringan dengan berat 750 kilogram, sedangkan Harpun 1.160 kilogram.
Defense News menulis, Atmaca memiliki jangkauan lebih jauh yakni 220 kilometer. Versi awal Harpoon hanya menjangkau sasaran sejauh 124 kilometer. Meski demikian, varian baru Harpoon yakni Blok II + ER mampu menjangkau jarak 248 kilometer.
Namun, Atmaca dengan menggunakan rudal pencari yang aktif, dapat mencapai sasaran sejauh 250 kilometer. Dari segi kecepatan, Atmaca mencatat kecepatan di atas 900 kilometer per jam, sedangkan Harpoon 617 kilometer per jam.
Sementara itu, hulu ledak yang dibawa Atmaca lebih ringan, hanya 220 kilogram, sedangkan Harpoon mampu membawa hulu ledak seberat 224 kilogram. Akan tetapi hulu ledak Atmaca diklaim lebih mematikan dengan jenis High Explosive Fragmentation Effective Penetration yang dapat menjebol dinding baja lalu meledak di dalam sasaran.
Baca juga: Rudal Yakhont Buatan Rusia Pun Menghantam KRI Teluk Bayur
Dari sisi operasional dalam perang, AGM 84-Harpoon telah teruji. Rudal itu memperlihatkan tajinya dalam pertempuran di Iran–Irak, konflik Amerika–Libya tahun 1986, dan operasi Amerika Serikat di Teluk Persia tahun 1988.
Bagi TNI AL sendiri AGM 84-Harpoon adalah salah satu andalan. Akan tetapi pengalaman embargo oleh AS yang membuat kemampuan TNI menjadi terbatas perlu menjadi kajian. Kini selain memiliki sejumlah alutsista produk Barat, TNI memang perlu membuka pasokan dari sumber non-tradisional. Akan tetapi, seiring itu, Kementerian Pertahanan dan para pemangku kepentingan terkait penting untuk membangun kemandirian nasional.
Kepada Turki kita bisa belajar untuk mengembangkan ekosistem industri pertahanan nasional.
(Reuters)