Setelah Minta Tolong Soal Houthi, AS Dituding China Memprovokasi
AS-China bersitegang lagi setelah militer AS berlayar di Selat Taiwan. Mereka berkonsolidasi soal Houthi di Laut Merah.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·3 menit baca
BANGKOK, JUMAT — Baru membuka lagi jalur komunikasi militer dan minta tolong, Amerika Serikat dituding China memprovokasi lagi. Diplomat kedua negara berusaha mencari cara meredakan ketegangan.
Menteri Luar Negeri China Wang Yi dan Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan bertemu di Bangkok, Thailand. Dalam pertemuan dua hari mulai Jumat (26/1/2024) itu, mereka membahas perkembangan di Timur Tengah dan Asia Timur.
Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional AS Adrienne Watson menyebut, pertemuan itu menindaklanjuti pertemuan presiden kedua negara. Pada November 2023 di California, Presiden AS Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping sepakat menjaga jalur komunikasi kedua negara terbuka. Mereka juga setuju mengelola hubungan secara bertanggung jawab.
Sementara Kementerian Luar Negeri China mengumumkan, Wang akan membawa isu terkait kepentingan nasional China. Hal itu termasuk soal Taiwan.
Tudingan provokasi
Terpisah, juru bicara Kementerian Pertahanan China Wu Qian menyoroti kehadiran kapal perusak AS di Selat Taiwan. Pada Rabu, USS John Finn melintasi selat yang diklaim China sebagai perairan teritorialnya itu. ”AS harus berhenti menyalahgunakan hukum internasional, menghentikan semua tindakan berbahaya dan provokatif serta secara ketat membatasi aktivitas pasukannya di garis depan,” kata Wu.
Ia juga mendesak AS berhenti memprovokasi China di Laut China Selatan. Hal itu untuk meredakan ketegangan di perairan tersebut.
AS mengerahkan kapal perang setelah China berulang kali menerabas garis tengah Selat Taiwan. Garis itu secara sepihak ditetapkan AS sebagai pembatas perairan China dan Taiwan.
Hampir setiap hari, puluhan jet tempur, pesawat patroli, dan kapal perang China melewati garis itu. Taipei memandangnya sebagai bentuk provokasi.
Sementara AS menyebut, pelayaran USS John Finn bentuk kebebasan berlayar. Tindakan itu dinyatakan selaras hukum internasional. ”Militer AS terbang, berlayar, dan beroperasi di mana pun yang diizinkan oleh hukum internasional,” demikian pernyataan Armada ke-7 Angkatan Laut AS.
Kawasan lain
Meski tegang di Asia Timur dan Asia Tenggara, AS meminta kerja sama China di Timur Tengah. Washington dikabarkan meminta bantuan Beijing untuk meredakan serangan Houthi di Laut Merah.
China diharapkan menggunakan pengaruhnya terhadap Iran. Selama ini, Houthi dipasok aneka persenjataan dan dana dari Iran. Pasokan itu memungkinkan Houthi menyerang kapal-kapal Israel dan pendukungnya di Laut Merah.
Serangan Houthi praktis menutup jalur pelayaran Laut Merah dari kapal AS, Israel, dan sekutunya. Sebaliknya, kapal-kapal China dilaporkan bebas berlayar di salah satu alur penting itu.
Juru Bicara Kemenlu China Wang Wenbin mengatakan, China berkomunikasi dengan pihak berkepentingan soal masalah itu di kawasan. Sejauh ini, upaya China dinyatakan membawa hasil.
Seorang pejabat Iran, yang menolak identitasnya diungkap, membenarkan ada permintaan Beijing ke Teheran soal Houthi. ”Pada dasarnya China berkata, jika kepentingan kami terganggu dengan cara apa pun, hal itu akan berdampak pada bisnis kami dengan Iran. Jadi, minta Houthi menahan diri,” kata pejabat itu kepada Reuters.
Meski kapal-kapalnya tidak terganggu, industri China terdampak oleh dinamika Laut Merah. Sejumlah industri China menghentikan produksi. Sebab, konsumen di Eropa tidak menyerap produk mereka selama pelayaran terganggu di Laut Merah. Konsumen membeli bahan setengah jadi dari China dan negara lain. (AFP/AP/MHD)