Masih Amankah Terbang?
Menyusul insiden Alaska Airlines, sejumlah langkah dan perbaikan telah dilakukan. Kontrol kualitas diperketat.
Meski jarang terjadi, kecelakaan pesawat penumpang bisa berakibat fatal. Sejumlah insiden meski tergolong ”kecil” tetap menjadi perhatian sangat serius lantaran berkaitan erat dengan keselamatan penumpang.
Situasi itulah yang kini tengah dihadapi oleh Boeing, pabrikan pesawat asal Amerika Serikat. Insiden terbaru terjadi pada Jumat (5/1/2024). Kala itu, selepas lepas landas dari Bandara Internasional Portland, Oregon, door plug—bagian jendela yang menjadi jalur darurat tambahan—Boeing 737 Max 9 milik Alaska Airlines terlepas. Pilot berhasil mendaratkan pesawat dengan selamat dan tidak ada korban dalam insiden tersebut.
Baca juga: Bayang-bayang Boeing MAX yang Kian Suram
Otoritas penerbangan AS, termasuk Badan Keselamatan Transportasi Nasional (NTSB), melakukan penyelidikan. Ujungnya, armada Boeing 737 Max 9 milik Alaska Airlines untuk sementara waktu dilarang terbang. United Airlines pun turut mengandangkan armada 737 Max miliknya lantaran menemukan ada baut yang longgar.
Setelah melakukan sejumlah kajian, otoritas penerbangan Amerika Serikat (FAA) memberikan lampu hijau. Secara bertahap, armada Boeing dapat diterbangkan kembali, tetapi dengan sejumlah catatan penting. Sebelum kembali mengudara, setiap pesawat harus memenuhi pemeriksaan sesuai standar dan syarat yang ditetapkan penyelidik FAA. Bahkan, jika diperlukan, pesawat tersebut harus menjalani perbaikan teknis, terutama untuk memastikan door plug terpasang dalam keadaan sempurna.
Meski demikian, FAA melarang Boeing untuk menambah kapasitas produksi Boeing varian737 Max. Langkah itu diambil untuk memastikan mutu pesawat yang dihasilkan betul-betul berkualitas.
Pimpinan FAA Mike Whitaker menegaskan, lembaganya memeriksa menyeluruh apa saja demi keselamatan penerbangan, belajar dari kasus Alaska Airlines. Door plug dari 40 pesawat sejenis sudah diperiksa dan dianggap aman sehingga dapat diterbangkan.
Baca juga: Merugi, Maskapai Pikir Ulang Membeli dari Boeing
Menyikapi insiden di AS itu, Boeing 737 Max 9 milik maskapai Lion Air sempat dikandangkan. Namun, sejak Kamis (18/1/2024), armada Boeing 737 Max 9 Lion Air telah diizinkan untuk terbang. Konfigurasi door plug milik Alaska Airlines berbeda dengan tiga pesawat Boeing 737 Max 9 milik Lion Air. Lion Air adalah satu-satunya operator Boeing 737 Max 9 di Indonesia.
Mengapa dilarang terbang?
Meskipun terkesan ”kecil”, insiden lepasnya door plug Boeing 737 Max 9 Alaska Airlines adalah insiden serius. Nasib baiknya adalah pesawat tidak berada dalam ketinggian jelajah 30.000 kaki atau 10 kilometer dari permukaan bumi ketika jendela terlepas. Saat insiden terjadi, pesawat berada di ketinggian 16.000 kaki. Selain itu, saat insiden terjadi tidak ada penumpang duduk di dua kursi yang berada tepat di sisi door plug yang lepas di udara itu.
Kondisi bisa jadi berubah fatal jika ada penumpang duduk di kursi itu dan pesawat berada di ketinggian jelajah. Ada kemungkinan penumpang terlempar keluar lantaran pada ketinggian jelajah, penumpang atau awak kabin bisa bergerak lebih leluasa.
Menjaga keselamatan penerbangan, FAA melarang terbang semua Boeing 737 Max 9. Mematuhi itu, Alaska Airlines mengandangkan semua 737 Max 9 miliknya. Seiring pemeriksaan pesawat yang tertimpa musibah, Alaska Airlines menemukan kondisi serupa di beberapa pesawat lain. CEO Alaska Airlines Ben Minicucci mengatakan kepada NBC bahwa baut door plug pada pesawat yang mereka periksa ternyata kendur. Maskapai United Airlines menemukan masalah serupa.
United Airlines mengoperasikan 79 unit Boeing 737 Max 9 sebagai bagian dari seluruh 944 pesawat yang mereka miliki. Adapun Alaska Airlines memiliki total 231 Boeing 737 berbagai varian, dan sebanyak 65 unit di antaranya adalah Boeing 737 Max 9.
Baca juga: Menanti Gebrakan Boeing, Pabrikan Pesawat asal Amerika
Untuk memastikan keselamatan penumpang dan penerbangan, United Airlines mengganti panel bagian dalam, dua baris kursi penumpang yang berada di dekat door plug, dan sambungan dinding kabin pesawat. Para teknisi melepas door plug, memeriksa pintu itu, dan memeriks pula titik pemasangannya, serta melakukan perbaikan jika dirasa perlu sebelum dipasang kembali.
CEO Alaska Airlines Ben Minicucci mengatakan, awalnya calon penumpang pasti merasa cemas. Namun, seiring berjalannya waktu, kepercayaan pada kondisi keamanan pesawat pasti kembali.
Hal serupa pernah terjadi menyusul kecelakaan fatal Boeing 737 Max 8 milik Lion Air dan Ethiopia Airlines pada 2018 dan 2019. Menyusul kasus tersebut, pabrikan Boeing merancang ulang sistem autopilot sebelum FAA mengeluarkan izin Max 8 dan Max 9 dapat kembali terbang setelah sempat dilarang beroperasi selama 20 bulan.
Kementerian Perhubungan Amerika Serikat menjelaskan, sebenarnya jauh lebih aman bepergian dengan pesawat komersial dibandingkan dengan perjalanan dengan kendaraan bermotor atau kereta api di Amerika Serikat. Para operator penerbangan dan regulator juga menjelaskan, tidak ada kecelakaan penerbangan fatal di Amerika Serikat sejak 2009.
Meski demikian, para pihak sama sekali tidak mengabaikan apa yang menimpa Alaska Airlines. Kasus itu diselidiki dengan saksama oleh instansi terkait di Amerika Serikat. FAA kini sedang menyelidiki Boeing dan pemasoknya terkait prosedur keamanan dan keselamatan yang berdampak pada lepasnya jendela Alaska Airlines. Sebagaimana disebutkan di atas, FAA juga melarang Boeing menambah produksi varian Boeing 737 Max hingga standar keselamatan dan kendali mutu berhasil diperbaiki.
Selain Boeing, FAA juga menginstruksikan agar Spirit AeroSystem berhenti produksi sementara. Ini perusahaan pemasok onderdil ke Boeing. Panel yang jebol itu merupakan buatan Spirit AeroSystem. Selain Boeing, Badan Pengelola Penerbangan AS (FAA) juga menginstruksikan agar Spirit AeroSystem berhenti produksi sementara. Ini perusahaan pemasok onderdil ke Boeing. Panel yang jebol itu merupakan buatan Spirit AeroSystem.
Di sisi lain, sebagai operator, CEO United Airlines Scott Kirby mengatakan, pihaknya mempertimbangkan untuk mencari alternatif daripada membeli Boeing 737 Max 10. Alasannya adalah adanyanya ketidakpastian situasi saat ini dan sertifikasi FAA yang belum tuntas,
”Setidaknya, selama tiga bulan pertama tahun ini kami merugi. Kami juga mengadakan rapat internal untuk mempertimbangkan apakah masih perlu melanjutkan pemesanan unit-unit pesawat Boeing terbaru,” kata Kirby kepada CNBC.
Direktur Pesawat Komersial Boeing Stan Deal meminta maaf kepada Alaska, United, dan maskapai-maskapai lain yang mempertimbangkan kembali pembelian pesawat mereka. Di pabrik Boeing di Renton, Negara Bagian Washington, seluruh produksi berhenti karena fokus pada evaluasi, mulai dari teknis hingga sistem kerja. (AP/Reuters)