Kesepakatan Etiopia-Somaliland bisa memicu ketidakstabilan. Kondisi itu bisa dimanfaatkan Al Qaeda dan pendukungnya.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·3 menit baca
KAIRO, SENIN — Nota kesepahaman Pemerintah Etiopia dengan pengelola Somaliland memanaskan keadaan di sebagian Afrika utara dan timur. Ada kemungkinan konflik bersenjata gara-gara itu.
Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi mengumumkan dukungan Mesir kepada Somalia. ”Mesir tidak akan membiarkan siapa pun mengancam Somalia atau memengaruni keamanannya,” ujarnya, Minggu (21/1/2024), di Kairo.
Ia menyatakan itu setelah menerima Presiden Somalia Hassan Sheikh Mohammud. Bagi Somalia dan sejumlah negara lain, Somaliland adalah wilayahnya kini dikendalikan kelompok separatis. ”Pesan saya kepada Etiopia jangan mencoba merebut sebidang tanah untuk menguasainya, sesuatu yang tidak akan disetujui oleh siapa pun,” kata Sisi.
Mohammud berkeliling ke sejumlah negara untuk mencari dukungan menolak kesepakatan Etiopia dan Somaliland. Dalam kesepakatan itu, Somaliland mengizinkan Etiopia mengakses pelabuhannya di Laut Merah. Kesepakatan berlaku 50 tahun.
Seluruh perbatasan Etiopia merupakan daratan. Akibatnya, Addis Ababa tidak punya pelabuhan laut. Kesepakatan dengan Somaliland bagian dari mengatasi persoalan itu. Sebagai imbalan atas akses itu, Etiopia berjanji akan mengakui kedaulatan Somaliland.
Somalia menilai kesepakatan tersebut sebagai agresi terhadap kedaulatannya. Mogadishu menolak berunding dengan Addis Ababa soal kesepakatan itu.
Somaliland membenarkan, ada klausul pengakuan kedaulatan dalam kesepakatan dengan Etipioa. Hanya saja, tidak ada penjelasan kapan pengakuan dilakukan.
Adapun Addis Ababa hanya menjelaskan, Etiopia akan menelaah sebelum bersikap pada isu tersebut. Tidak disebutkan berapa lama penelaahan dilakukan.
Etiopia juga menyanggah tudingan pelanggaran kedaulatan Somalia. Bagi Addis Ababa, kesepakatan dengan Somaliland hanyalah perjanjian komersial. Addis Ababa tidak berusaha mencaplok wilayah siapa pun.
Potensi Konflik
Hubungan Mesir-Etiopia sudah lama panas. Kairo marah kala Addis Ababa membangun bendungan di muara Sungai Nil. Akibatnya, aliran air ke Mesir bisa berkurang dan hal itu mengancam perekonomian.
Mesir dan Sudan sudah lama berusaha mencari jalan tengah dengan Etiopia soal aliran Nil. Sampai sekarang, perundingan tidak kunjung berhasil.
Salah satu penyebab kebuntuan adalah masalah debit air yang melewati bendungan di Etiopia. Pertanyaan itu penting antara lain saat terjadi kekeringan di Etiopia, Sudan, dan Mesir.
Masalah lain soal penyelesaian perselisihan. Etiopia menolak penggunaan arbitrase berkeputusan final dan mengikat.
Persoalan lain adalah Mesir khawatir Etiopia kembali menyerbu Somalia seperti pada 2006. Kala itu, Addis Ababa beralasan mengusir kelompok bersenjata menjauhi perbatasan Etiopia-Somalia.
Selama bertahun-tahun, keamanan Somalia terganggu antara lain karena kehadiran berbagai kelompok bersenjata. Sejumlah negara, termasuk Etiopia dan Amerika Serikat, pernah menyerbu Somalia dengan alasan memerangi kelompok bersenjata.
Kelompok itu antara lain Al Shabaab yang berafiliasi dengan Al Qaeda. Milisi Al Shabaab dipandang berbahaya oleh banyak negara.
Utusan khusus AS untuk Kawasan Tanduk Afrika, Mike Hammer, mengatakan, kesepakatan Etiopia dan Somaliland berpeluang menjadi alat instabilitas politik dan keamanan. Ketidakstabilan itu bisa dimanfaatkan Al Shabaab untuk berulah. Hammer cemas, upaya melemahkan Al Qaeda tergerus oleh masalah Somalia-Etiopia. (AFP/REUTERS)