Kondisi Kesehatan Capres Berusia Lanjut Jadi Pertimbangan Pemilih AS
Faktor usia presiden jadi pertimbangan pemilih. Makin tua bisa makin bijak, bisa juga fisik dan mental makin lemah.
Faktor usia kandidat presiden Amerika Serikat Joe Biden dari Partai Demokrat dan Donald Trump dari Partai Republik kembali menjadi sorotan. Biden (81) dan Trump (77), yang sama-sama berusia lanjut itu, dianggap sudah berada di fase kehidupan yang membuat mereka tidak sesuai lagi untuk memimpin negara sebesar Amerika Serikat. Apalagi, di tengah situasi dalam negeri AS dan dunia yang kian bergejolak.
Old is gold atau tua-tua keladi, semakin tua semakin menjadi. Begitu kata orang. Usia sepuh atau usia lanjut biasanya diikuti dengan sikap bijaksana karena sudah mengarungi beragam pengalaman hidup. Akan tetapi, usia lanjut juga bisa berarti kondisi kesehatan atau kebugaran badan yang mulai lemah.
Baca juga: Biden Tersandung dan Polemik Usianya
Anggota Kongres AS dari Partai Demokat daerah pemilihan Minnesota, Dean Phillips (55), yang juga mencalonkan diri sebagai presiden, menilai Biden lemah dan bukan kandidat presiden yang bisa dipilih karena kondisinya itu. Rakyat AS mesti memilih kandidat lain yang lebih kuat dan mampu memimpin AS dalam waktu lama.
”Negara ini membutuhkan kandidat yang masih kuat dan benar-benar bisa mewujudkan janji-janjinya di masa depan. Jika mendengarkan suara rakyat, baik Biden maupun Trump sudah tidak sesuai memimpin dunia bebas,” kata Phillips saat berkampanye di pemilihan pendahuluan pertama di Nashua, New Hampshire, Sabtu (20/1/2024).
Sejarawan kepresidenan AS, Lindsay Chervinsky, menilai, usia dapat memengaruhi energi semua kandidat. Di satu sisi, calon presiden atau capres yang berusia sepuh biasanya lebih bijaksana karena memiliki lebih banyak pengalaman. Hal ini akan berguna ketika AS menghadapi tantangan dalam skala global.
Di sisi lain, posisi presiden seperti itu sangat berat sehingga pemilih pasti akan mempertanyakan kemampuan kandidat memegang jabatannya. ”Selain Biden dan Trump, dulu ada Presiden Ronald Reagan yang juga orang tertua yang mencalonkan diri sebagai presiden,” kata Chervinsky kepada harian USA Today.
Yang harus diwaspadai pemilih hanya soal kebugaran fisik dan kognitif seorang kandidat.
Namun, kata guru besar ilmu politik di Universitas Buffalo, AS, James Campbell, sekarang semakin umum melihat kandidat mencalonkan diri pada usia 70-an tahun. Salah satu faktor yang berkontribusi terhadap perubahan ini adalah meningkatnya harapan hidup individu. Orang-orang zaman sekarang hidup lebih lama dan lebih kuat karena kondisinya lebih sehat dibandingkan orang zaman dulu.
Peneliti gerontologi di University of Southern California, Jennifer Ailshire, juga tidak mengerti mengapa usia harus menjadi faktor yang dikhawatirkan. Selama seseorang mampu melakukan tugasnya, usia bukan persoalan. ”Yang harus diwaspadai pemilih hanya soal kebugaran fisik dan kognitif seorang kandidat,” katanya.
Penelitian yang pernah dilakukan Ailshire menunjukkan, meski banyak orang lanjut usia mulai mengalami penurunan fisik pada usia 70-an tahun, ada saja orang yang tidak begitu. Ia juga mengingatkan, kehilangan ingatan atau fokus sesaat tidak selalu berarti seseorang mengalami penurunan kognitif yang signifikan.
Guru besar ilmu politik di Universitas Wisconsin-Madison, Barry Burden, berpendapat, meski usia Biden ataupun Trump tidak memengaruhi kemampuannya untuk bekerja, kemungkinan mereka tidak memiliki stamina fisik atau kondisi mental yang kuat.
Baca juga: Trump Dominasi Jajak Pendapat Capres AS
Biden dilaporkan sering salah bicara dan Trump juga dilaporkan sering bicara tidak jelas atau menggumam saja, kesulitan berjalan, dan kesulitan mengangkat gelas air. Itu terjadi semasa Trump ada di Gedung Putih. ”Cara terbaik untuk mengetahui kondisi kesehatan para kandidat adalah dengan sering mengamati kondisi mereka,” kata Campbell.
Majalah The Economist, 9 Januari 2024, mengutip analisis yang pernah dilakukan Pew Research Centre tahun lalu, memaparkan, dari 187 negara, hanya delapan negara yang memiliki pemimpin lebih tua dari Biden. Yang paling tua adalah Paul Biya dari Kamerun yang berusia 90 tahun.
Di negara-negara demokrasi kaya yang tergabung dalam Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), sejak 1950 ada kecenderungan kepala pemerintahannya berusia lebih muda. Usia rata-rata untuk menduduki jabatan puncak turun dari 60,2 menjadi 55,5 dalam setengah abad terakhir. Namun, tren yang terjadi di AS berbeda.
Penyakit mengintai
Penelitian yang diterbitkan pada 2011 oleh Jay Olshansky, ahli gerontologi di Universitas Illinois, AS, memperkirakan rata-rata harapan hidup laki-laki adalah 73,3 tahun. Angka harapan hidup sebenarnya dari para presiden AS yang meninggal karena sebab alami rata-rata 73,0. Hal ini menunjukkan posisi sebagai presiden sebenarnya tidak menimbulkan dampak apa pun.
Alasannya, presiden cenderung berasal dari latar belakang keluarga mapan dengan perekonomian yang baik dan mengenyam pendidikan tinggi sehingga mendapatkan layanan kesehatan yang baik. Meski demikian, tetap saja ada tantangan serangan jantung atau stroke yang melemahkan dan mungkin bisa memaksa seseorang mengundurkan diri. Jika presiden sakit parah, bisa saja diterapkan Amendemen Ke-25 dalam Konstitusi AS yang mengatur tentang ketidakmampuan presiden.
Baca juga: Trump Mengklaim Jadi Korban Penganiayaan Lawan Politik
Selain itu, ada pula tantangan kondisi mental. Selain stroke, ada ancaman demensia spesifik, seperti penyakit alzheimer. Terlepas dari penyebabnya, penurunan kognitif adalah gejala terkait usia yang paling banyak dibicarakan dari para kandidat presiden. Pada 2021, misalnya, Biden sepertinya lupa nama Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin. Trump juga pernah bingung membedakan antara Presiden China Xi Jinping dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un. Kekuatan mental disebutkan berubah seiring bertambahnya usia.
Hasil penelitian Joshua Hartshorne dan Laura Germine dari Harvard Medical School dan Rumah Sakit Umum Massachusetts mendukung gagasan kebijaksanaan seseorang meningkat seiring bertambahnya usia. Keterampilan aritmatika dan pemahaman serta kosakata meningkat hingga usia 50 tahun. Akan tetapi, setelah itu, keterampilan tersebut mulai turun. Untuk tugas-tugas yang melibatkan memori jangka pendek (mengingat sesuatu segera setelah presentasi) dan memori kerja (mengingatnya setengah jam kemudian) menurun sejak usia 20 tahun atau lebih.
Penelitian itu dibantah Olshansky karena ada faktor latar belakang istimewa sebagian besar kandidat presiden yang memungkinkan mereka hidup di tengah lingkungan yang sehat. Alasan lain, khususnya bagi Biden dan Trump, adalah keduanya memiliki kondisi genetis yang lebih kuat dibandingkan kebanyakan orang lain.
Trump jelas datang dari keluarga kaya karena ayahnya pengusaha multijutawan. Biden juga dibesarkan oleh keluarga yang bisa menyekolahkannya ke sekolah swasta. Baik Biden maupun Trump berasal dari keluarga yang berumur panjang, dengan orangtua masing-masing berusia 80 tahun. Ini menjadi salah satu indikator untuk usia panjang. Meski demikian, saudara laki-laki Trump meninggal pada usia 42 tahun dan 71 tahun, sedangkan ayah Trump menderita alzheimer.
Baca juga: Trump Berpotensi Memenangi Tarung Ulang atas Biden
Menurut analisis Olshansky, Biden dan Trump memiliki kemungkinan lebih tinggi dari rata-rata untuk bertahan hidup selama empat tahun ke depan. Biden memiliki peluang 95 persen dibandingkan dengan 82 persen pada rata-rata laki-laki seusianya. Bagi Trump, angkanya 90 persen dibandingkan dengan 86 persen pada laki-laki sezamannya.
Dalam tulisannya di harian AS, The Hill, 7 Januari lalu, Olshansky mengatakan, saat ini peluang Biden untuk bertahan hingga masa jabatan kedua sekitar 75 persen dibandingkan rata-rata laki-laki seusianya. Trump memiliki prospek yang lebih kurang sama. Sekarang keputusannya berada di tangan rakyat, kandidat mana yang hendak dipilih.
(Reuters)