Siapa Saja Bisa ke Stasiun Luar Angkasa dengan Tiket Rp 860 Miliar
Dengan tiket Rp 860 miliar, siapa saja bisa terbang dan ”hidup” di Stasiun Luar Angkasa Internasional selama 14 hari.
Empat astronot, tiga di antaranya berasal Turki, Swedia, dan Italia, meluncur ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) dari pangkalan Kennedy Space Center Badan Antariksa dan Penerbangan Amerika Serikat (NASA), di Cape Canaveral, Florida, AS, Kamis (18/1/2024) sore waktu setempat. Mereka melesat dengan penerbangan komersial Axiom Space, menggunakan pesawat luar angkasa SpaceX, Crew Dragon, milik Elon Musk.
Keseluruhan dari empat astronot itu berlatar belakang pilot militer. Mereka akan berada di luar angkasa selama 14 hari untuk melakukan 30 eksperimen dengan fokus pada dampak penerbangan luar angkasa terhadap kesehatan dan penyakit manusia.
Baca juga: Mau Jalan-jalan ke Ruang Angkasa? Cukup Bayar Rp 6,5 Miliar
Perjalanan antariksa mereka merupakan misi penerbangan komersial kolaboratif untuk ketiga kalinya antara Axiom Space, NASA, dan SpaceX selama dua tahun terakhir. Yang berbeda kali ini, semua penumpangnya bukan orang kaya raya, seperti pada penerbangan sebelumnya. Tiga dari empat astronot kali ini dibiayai pemerintah masing-masing dengan harga tiket 55 juta dollar AS atau sekitar Rp 860 miliar.
Setelah meluncur dari Kennedy Space Center NASA, Florida, pesawat Crew Dragon yang membawa keempat astronot itu akan menempuh perjalanan sekitar 36 jam dan diperkirakan akan tiba di stasiun luar angkasa, Sabtu (20/1/2024). Crew Dragon akan berlabuh di pos terdepan yang mengorbit sekitar 400 kilometer di atas Bumi.
Saat ini, stasiun luar angkasa internasional dihuni oleh tujuh awak tetap (dua warga AS dari NASA, satu astronot Jepang, satu astronot dari Denmark, dan tiga kosmonot Rusia).
Peluncuran misi Axiom-3 ini sedianya dilakukan Rabu (17/1/2024), tetapi terpaksa ditunda karena masih menyelesaikan pemeriksaan akhir sebelum peluncuran. Direktur Senior Program Penerbangan Luar Angkasa Manusia SpaceX Benji Reed mengatakan, timnya harus bekerja sepanjang akhir pekan untuk mengatasi masalah parasut pada kapsul Crew Dragon.
Axiom Space yang berbasis di Houston, AS, itu menjalankan bisnis komersial dengan mengirimkan astronot ke orbit Bumi dengan disponsori pemerintah asing atau perusahaan swasta. Misi Axiom dirancang untuk menawarkan penerbangan ke ISS kepada siapa pun yang mampu membeli tiket.
Baca juga: Tiket Terbang ke Angkasa Bersama Jeff Bezos Terjual 28 Juta Dollar AS
Dua misi Axiom sebelumnya—diterbangkan pada 2022 dan 2023—membawa penumpang campuran antara pebisnis kaya dan astronot yang dibiayai pemerintahnya. Penerbangan kali ini menjadi misi Axiom pertama yang semua tiket kursinya dibeli pemerintah atau NASA.
Penerbangan ke luar angkasa kali ini menjadi misi Axiom pertama yang semua tiket kursinya dibeli pemerintah atau NASA.
Secara simbolis, misi ini mencerminkan semakin banyak negara yang menjelajah orbit Bumi sebagai cara untuk meningkatkan prestise di panggung dunia, kecakapan militer, dan komunikasi berbasis satelit. Dalam perjalanan ini, para astronot membawa cendera mata medali Hadiah Nobel dari Swedia, pasta fusili dari Italia, dan tanda-tanda budaya nomaden dari Turki.
Harian The New York Times, Kamis (18/1/2024), menyebut penerbangan ini merupakan bagian dari era baru di mana negara-negara tidak lagi harus membuat roket dan pesawat ruang angkasa sendiri untuk menjalankan program penerbangan luar angkasa berawak. Kini, mereka cukup membeli tiket dari perusahaan penerbangan luar angkasa komersial, hampir sama seperti membeli tiket pesawat biasa.
Tonggak bersejarah Turki
Salah satu dari empat astronot itu ada Alper Gezeravci (44), veteran pilot pesawat tempur dan pilot maskapai penerbangan Turkish Airlines. Dia menjadi orang pertama dari Turki yang terbang ke luar angkasa.
Baca juga: Gezeravci, Astronot Pertama Turki, Bawa Ambisi Erdogan ke Luar Angkasa
Gezeravci menceritakan, Turki baru saja merayakan hari jadinya ke-100 dan misi ini membuka cakrawala baru dalam sejarah Turki. ”Ini awal dari 100 tahun kita selanjutnya,” kata Gezeravci sebelum terbang.
Presiden Badan Antariksa Turki (TUA) Yusuf Kıraç mengatakan, Turki sudah menanti pengalaman ini selama bertahun-tahun. Dewan Riset Ilmiah dan Teknologi Turki (TUBITAK) Hasan Mandal menyebut peluncuran ini sebagai tonggak hari bersejarah.
”Mudah-mudahan Alper berhasil menyelesaikan eksperimen yang menjadi tugasnya. Sejarah ini akan berlanjut dan semoga nanti kami akan bisa mengirimkan orang-orang kami sendiri dengan sistem peluncuran kami sendiri,” kata Kıraç.
Bersama dengan Gezeravci, ada Walter Villadei (49) dari Italia, veteran pilot pesawat tempur, dan pilot uji Swedish Airline Corp, Marcus Wandt (43), serta Michael López-Alegría (65) dari Axiom yang pernah memimpin misi pertama Axiom Space ke ISS pada April 2022. López-Alegría pernah empat kali ke luar angkasa sebagai astronot NASA sebelum kemudian bergabung dengan Axiom Space. Ia mengawal penerbangan ini.
Baca juga: Liburan ke Luar Angkasa Kian Dekat
Villadei juga pernah terbang ke tepi luar angkasa pada musim panas tahun lalu dengan menggunakan pesawat Virgin Galactic. Pada Mei 2023, Axiom-2 menerbangkan tamu yang terdiri dari dua warga AS, termasuk Rayyanah Barnawi. Barnawi adalah ilmuwan biomedis yang menjadi perempuan Arab pertama yang dikirim ke orbit Bumi selama delapan hari.
SpaceX, perusahaan roket dan satelit yang didanai swasta milik miliarder Elon Musk, menyediakan kendaraan peluncuran dan kapsul awak Axiom berdasarkan kontrak, seperti yang dilakukan untuk misi NASA ke ISS. SpaceX juga menjalankan kendali misi untuk peluncuran roketnya dari kantor pusat perusahaan di dekat Los Angeles, AS.
NASA, selain menyediakan lokasi peluncuran di Cape Canaveral, juga memikul tanggung jawab atas para astronot setelah mereka tiba di ISS.
Stasiun luar angkasa komersial
Axiom Space, yang baru berusia delapan tahun, dipimpin oleh mantan manajer program ISS NASA. Perusahaan ini juga membangun stasiun luar angkasa komersial yang bisa menggantikan ISS. ISS sudah berusia 25 tahun, rencananya akan dipensiunkan oleh NASA pada tahun 2030.
Diluncurkan ke orbit pada tahun 1998, ISS terus digunakan sejak tahun 2000 di bawah kemitraan yang dipimpin AS-Rusia dengan mencakup Kanada, Jepang, dan 11 negara yang tergabung dalam Badan Antariksa Eropa.
Baca juga: Wisata ”Mengintip” Pemandangan Ruang Angkasa
Selama bertahun-tahun AS ingin meningkatkan aktivitas komersial di luar angkasa seiring dengan rencana NASA memensiunkan ISS. Washington mengizinkan stasiun luar angkasa swasta untuk mengambil alih sehingga NASA bisa fokus pada misi yang lebih jauh masuk ke dalam tata surya, seperti ke Bulan dan Mars.
Penerbangan yang dioperasikan oleh Axiom dan SpaceX menawarkan rute alternatif ke luar angkasa bagi warga negara dan astronot dari negara-negara yang bukan bagian dari rotasi awak rutin di ISS. Biasanya awak tetap di ISS dirotasi setiap enam bulan sekali. NASA memiliki kesepakatan terpisah dengan SpaceX senilai 5 miliar dollar AS untuk penerbangan khusus untuk rotasi awak tetap itu.
Ambisi Eropa
Gagasan model bisnis yang dilakukan Axiom yang menggabungkan penerbangan luar angkasa tradisional dengan komersial ini berawal dari Robert Bigelow, pengusaha perumahan mewah, termasuk jaringan hotel Budget Suites of Amerika, lebih dari 10 tahun lalu. Pada waktu itu, sebut The New York Times, dia berencana membuka stasiun luar angkasa swasta yang akan disewakan kepada pelanggan yang membayar, terutama negara.
Perusahaan Bigelow, Bigelow Aerospace, sudah menandatangani nota kesepahaman dengan Belanda, Singapura, Swedia, Australia, dan Inggris. Namun, rencana ini tidak pernah terwujud karena adanya penundaan dalam pengembangan pesawat ruang angkasa oleh perusahaan kedirgantaraan lain yang membawa orang dari dan ke stasiun luar angkasa.
Michael Gold dari Bigelow Aerospace mengatakan bahwa menurut aturan pada waktu itu, seorang turis luar angkasa harus didampingi seseorang dari Administrasi Keamanan Teknologi Pertahanan AS. Namun, sekarang tidak diperlukan lagi. Bagi Badan Antariksa Eropa (ESA), penerbangan luar angkasa komersial, seperti Axiom, menawarkan cara untuk membawa lebih banyak orang Eropa ke luar angkasa.
Baca juga: Puan-puan Penjelajah Luar Angkasa
ESA membayar 8,3 persen dari biaya operasional stasiun luar angkasa sehingga para astronotnya bisa ikut mendapatkan sebagian kecil dari penugasan di luar angkasa selama enam bulan. Jumlah 8,3 persen itu kira-kira setara dengan empat tiket penerbangan.
Bukan kali ini saja pemerintah membiayai astronotnya ke luar angkasa. Uni Emirat Arab (UEA) pernah membeli tiket penerbangan dengan roket Soyuz Rusia untuk tinggal selama delapan hari di ISS pada tahun 2019 bagi astronot Hazzaa al-Mansoori. Axiom Space mengatur masa tinggal enam bulan di stasiun luar angkasa untuk astronot UEA yang kedua, Sultan Alneyadi, pada 2023.
Arab Saudi juga menerbangkan dua astronot ke ISS pada tahun lalu. Adapun Swedia, dengan kontribusi finansial dari badan antariksa, angkatan bersenjata Swedia, dan perusahaan, seperti Saab, membayar hampir 43 juta dollar AS untuk membelikan tiket Wandt.
Baca juga: Tamasya Luar Angkasa, Bisnis dan Wahana Para Miliarder
Dengan perjanjian ESA, Wandt dipromosikan menjadi astronot proyek yang akan dibayar selama satu tahun untuk misi ini. Pekerjaan yang akan dilakukan di ISS mencakup eksperimen mengidentifikasi efek keadaan tanpa bobot pada sel induk dan bagaimana pengaturan arsitektur di luar angkasa memengaruhi kesejahteraan fisik dan mental para astronot.
Anggota ESA lainnya juga sudah mendaftar untuk penerbangan Axiom di masa depan. Mirip dengan pengaturan Swedia, Polandia juga sudah menyiapkan astronotnya, Slawosz Uznanski, yang kini menjadi salah satu astronot cadangan ESA. Badan Antariksa Inggris juga sudah menandatangani perjanjian dengan Axiom untuk menerbangkan astronotnya ke orbit. (REUTERS/AP)