Rantai Pasok Terganggu, China Serukan Penghentian Serangan di Laut Merah
Aliran rantai pasok terganggu dan perekonomian dunia terancam krisis. China menyerukan jalan keluar yang damai.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·4 menit baca
BEIJING, JUMAT — Pemerintah China akhirnya menyatakan kegerahan atas insiden penyerangan kapal-kapal niaga di Laut Merah oleh kelompok Houthi di Yaman. Sebelumnya, China relatif minim komentar mengenai Perang Israel-Hamas yang melebar ke daerah-daerah lain di Timur Tengah. Kini, dengan terancamnya jalur perdagangan dunia yang melewati perairan tersebut, China pun angkat bicara.
”Kami meminta penghentian serangan terhadap kapal-kapal sipil supaya arus rantai pasok dan produksi global tetap mulus demi melindungi perdagangan internasional,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning dalam taklimat media di Beijing, Jumat (19/1/2024).
Penyerangan terhadap kapal niaga ini bentuk solidaritas Houthi terhadap Palestina. Jalur Gaza hingga kini masih digempur oleh tentara Israel yang berdalih hendak membasmi kelompok Hamas. Sudah lebih dari 24.000 warga Gaza yang tewas. Sebagian besar di antara mereka perempuan dan anak-anak.
Kapal-kapal China secara teori tidak termasuk incaran Houthi. Salah seorang petinggi Houthi, Mohammed al-Bukhaiti, mengatakan, mereka hanya mengincar kapal-kapal milik pengusaha Israel dan kapal yang perusahaannya terafiliasi dengan Israel. Mayoritas dari kapal ini milik perusahaan di Amerika Serikat dan Eropa. Menurut dia, kapal-kapal China dan Rusia tidak diincar.
Houthi menyerang dengan cara menembaki kapal menggunakan rudal, roket, ataupun pesawat nirawak pengebom ketika mendekati Selat Bab Al-Mandab yang menghubungkan Laut Merah dengan Terusan Suez dan menembus ke Laut Tengah. Perdagangan global terganggu karena 12 persen perniagaan melalui jalur tersebut.
Kapal-kapal terpaksa menggunakan jalur Vasco da Gama dari 600 tahun lalu, yaitu memutari Tanjung Harapan di Afrika Selatan. Jalur kuno ini membutuhkan waktu berlayar setidaknya 31 hari atau dua kali lipat waktu di zaman modern. Walhasil, biaya operasional membengkak hingga 200 persen.
Beberapa perusahaan pelayaran malah mengambil langkah ekstrem, yaitu tidak mau berlayar ke Laut Tengah. Jika berkepanjangan, ini bisa menimbulkan krisis rantai pasok dan ekonomi dunia terjerembab. Sebagai langkah keluar dari potensi krisis, sejumlah negara, antara lain AS, Inggris, dan Singapura, menurunkan angkatan laut masing-masing untuk bertempur melawan Houthi di Laut Merah.
Meskipun demikian, China tetap terganggu. Pasalnya, komoditas mereka tidak hanya diangkut oleh kapal berbendera China. Kapal-kapal AS dan Eropa yang diserang Houthi juga membawa barang-barang dari China. Dilansir dari kantor berita nasional China, Xinhua, Juru Bicara Kementerian Perdagangan China He Yandong meminta agar semua pihak terkait di Laut Merah mengedepankan pemikiran rasional.
”Mohon pertimbangkan kepentingan masyarakat dunia. Perdagangan internasional ini demi kesejahteraan bersama. Kita harus mengupayakan jalur transportasi komoditas yang aman,” ujarnya.
Eskalasi
Pasukan AS dan Inggris selama sepekan terakhir menyerang 60 rudal dan radar Houthi yang tersebar di 16 titik, termasuk di Sanaa, ibu kota Yaman. AS menyebut penyerangan itu menghabiskan 150 amunisi dengan pengendali berketepatan tinggi. Bagi Houthi, AS, Inggris, dan semua aset mereka di kawasan itu menjadi incaran resmi karena dianggap sebagai pihak yang memulai konflik secara langsung di Laut Merah.
Dalam Forum Ekonomi Dunia (WEF) yang berlangsung di Davos, Swiss, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken meminta semua negara di dunia mengupayakan penghentian konflik di Timur Tengah. AS selama ini dikritik oleh warga dunia sebagai pendukung dan pemodal Israel menjalankan pemerintahan yang apartheid terhadap rakyat Palestina.
AS hingga kini tetap tidak mau mengakui bahwa tentara Israel melakukan genosida di Gaza. Mereka tetap memakai dalih ”membela diri” walaupun korban sipil yang tewas dan terluka melebihi jumlah terduga milisi Hamas. Meskipun begitu, AS meminta agar Israel benar-benar melakukan serangan presisi guna menghindari korban sipil.
AS juga meminta agar Israel tidak mengokupasi Gaza guna mencegah rakyat Palestina kehilangan tanah air. ”Kondisi di Gaza sungguh memprihatinkan. Kita harus menyelesaikan masalah di Palestina dengan mendorong pembentukan pemerintah yang tepercaya dan bisa berdialog dengan Israel,” tutur Blinken.
Sejak konflik pecah pascaserangan kejut Badai Aqsa 7 Oktober 2023, AS menyatakan harus ada reformasi di tubuh Otoritas Palestina. Saat ini, Presiden Mahmoud Abbas hanya memiliki kewenangan di wilayah Tepi Barat, sementara Jalur Gaza sejak tahun 2006 dikuasai oleh Hamas. AS menginginkan agar hanya pemerintah tunggal Palestina. (AFP/Reuters)