Ukraina Harapkan China Terlibat Upaya Penghentian Perang
Tiga dari lima anggota BRICS terlibat dalam upaya perdamaian Rusia-Ukraina. Tinggal China yang dinanti sikapnya.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·4 menit baca
DAVOS, SENIN — Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy akan menghadiri Forum Ekonomi Dunia (WEF) di Davos, Swiss. Salah satu harapan dalam pertemuan global tersebut ialah mengajak China agar giat terlibat mengupayakan penghentian perang Rusia-Ukraina. Tahun lalu, China mengajukan usulan perdamaian yang ditolak oleh Ukraina karena proposal dari Beijing itu tidak mengakui Rusia menginvasi Ukraina.
Zelenskyy dijadwalkan tiba di Bern, ibu kota Swiss, pada Senin (15/1/2024). Ia akan berbicara dengan Presiden Konfederasi Swiss Viola Amherd. Setelah itu, Zelenskyy berangkat ke Davos. Di sana, ia diperkirakan hendak menghimpun dana untuk perang melawan invasi Rusia.
Perdana Menteri China Li Qiang juga akan menghadiri WEF. Kepala Kantor Staf Presiden Ukraina Andriy Yermak mengatakan, jadwal Zelenskyy belum bisa diumumkan sehingga belum diketahui apakah ia akan mengadakan rapat dengan Li. China adalah negara sahabat Rusia di tengah konflik yang membuat Moskwa kian terisolasi di dunia. ”Pastinya, bagi Ukraina, kehadiran China di dalam rapat untuk mengakhiri invasi serta peperangan ini penting,” kata Yermak.
Pada Minggu (14/1/2024), sebanyak 83 negara yang tidak mencakup Rusia mengadakan pertemuan di Swiss terkait kondisi terkini perang Rusia-Ukraina. Ketua Dewan Federal Swiss sekaligus Menteri Luar Negeri Ignazio Cassis mengepalai rapat tersebut mendampingi Yermak.
”Kita harus melakukan segala cara untuk menghentikan perang ini. China adalah sahabat Rusia dan memegang peranan penting, kita harus berusaha lebih keras untuk menggaet China ke dalam misi ini,” ujar Cassis.
Dalam rapat itu turut serta Brasil, India, dan Afrika Selatan. Bersama dengan Rusia dan China, kelima negara itu bergabung dalam pakta kerja sama BRICS. Menurut Cassis, keterlibatan tiga dari lima anggota BRICS itu menunjukkan bahwa teman-teman Rusia sangat menginginkan konflik berhenti. Tinggal China yang harus menunjukkan sikap.
Perang Rusia-Ukraina berlangsung sejak 24 Februari 2022. Artinya, sudah hampir dua tahun Rusia menginvasi Ukraina. Kyiv memperoleh bantuan persenjataan dari Amerika Serikat dan Uni Eropa. Belakangan ini, anggaran sokongan untuk Ukraina berkurang karena baik pemerintahan AS maupun Eropa disibukkan dengan berbagai persoalan ekonomi di dalam negeri.
Kita harus melakukan segala cara untuk menghentikan perang ini. China adalah sahabat Rusia dan memegang peranan penting, kita harus berusaha lebih keras untuk menggaet China ke dalam misi ini.
Salah satu dampak dari perang Rusia-Ukraina ialah meningkatnya harga pangan. Ukraina dan Rusia jika digabung menghasilkan 40 persen stok gandum dunia. Mayoritas dikonsumsi oleh negara-negara di Timur Tengah dan Afrika. Aliran gandum ini sudah dipulihkan meskipun untuk gandum dari Rusia masih terkendala karena negara-negara Barat sempat menghalangi ekspornya.
Walhasil, negara-negara yang vokal menyerukan penghentian perang ialah dari Selatan Dunia. Penasihat Keamanan Nigeria Nuhu Ribadu mengatakan, negaranya berkomitmen mendukung Ukraina, dalam arti Rusia sebagai pihak yang menginvasi sudah semestinya menghentikan penyerangan.
Rusia saat ini menduduki seperlima wilayah Ukraina, di luar Semenanjung Crimea yang dicaplok pada 2014. Zelenskyy hanya mau berunding apabila Moskwa menerima 10 poin perundingan yang ia tawarkan. Di dalamnya ditekankan penarikan seluruh pasukan Rusia dari wilayah Ukraina, termasuk Crimea. Kemauan Zelenskyy ditolak oleh Presiden Rusia Vladimir Putin.
Yermak menjelaskan, syarat pengembalian wilayah Ukraina yang diduduki oleh Rusia itu penting. ”Ini supaya jangan sampai menjadi preseden internasional bahwa negara-negara besar bisa seenaknya mencaplok wilayah negara tetangga yang lebih kecil dan mengadakan pemilihan umum gadungan guna membenarkan perbuatan yang melanggar hukum itu,” ujarnya.
Beijing pada Februari 2023 mengeluarkan tawaran perdamaian untuk Rusia dan Ukraina yang terdiri atas 12 poin. Di dalamnya disebutkan, konflik dan peperangan merugikan semua orang. Setiap pihak diharapkan bisa berpikiran waras dan menahan diri dari memanas-manasi situasi ataupun meningkatkan ketegangan. Jangan sampai krisis ini terlepas dari kendali.
Permasalahannya, dalam dokumen itu tidak dikatakan bahwa China mengakui Rusia menginvasi Ukraina. Oleh sebab itu, Ukraina menganggap dokumen China kurang dalam penghormatan terhadap kedaulatan Ukraina.
Meskipun demikian, Zelenskyy menyampaikan terima kasih atas perhatian China. Ia berharap Kyiv dan Beijing bisa mengadakan pembicaraan lebih lanjut guna menghasilkan dokumen yang lebih berbobot yang hingga kini belum terwujud. Sementara itu, Rusia mengatakan sudah saatnya dunia mengakui fakta kewilayahan yang baru.