AS mau menekan kemampuan PLA mengembangkan kemampuan AI untuk keperluan militer.
Oleh
IRENE SARWINDANINGRUM
·2 menit baca
NEW YORK, SENIN — Lembaga pemerintah dan militer China sukses menyiasati larangan pembelian semikonduktor. Dengan bantuan sejumlah universitas dan lembaga riset, Beijing bisa membeli semikonduktor untuk pengembangan kecerdasan buatan.
Kantor berita Reuters menyimpulkan itu dalam laporan pada Senin (15/1/2024). Laporan itu disusun berdasarkan analisis data pengadaan barang berbagai lembaga di China.
Pada September 2022, Washington melarang Beijing mengimpor cip A100 dan H100 buatan Nvidia. Semikonduktor seri itu merupakan andalan utama pembuatan mesin kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).
Larangan ditujukan kepada lembaga-lembaga yang terkait Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China. Lewat larangan itu, AS mau menekan kemampuan PLA mengembangkan kemampuan AI untuk keperluan militer.
Ternyata, PLA memakai lembaga lain untuk menyiasati larangan itu. Pada setidaknya 100 tender ditemukan pembelian semikonduktor yang pada akhirnya dipakai PLA. Pembelian lewat perantara itu dilakukan secara mencicil dan kecil-kecilan.
Tsinghua University hanya membeli beberapa unit saja. Lembaga lain juga membeli dengan jumlah kurang lebih sama. Tidak ada pembelian dalam skala ribuan unit oleh setiap lembaga itu.
Karena jumlah pembeliannya, belum bisa disimpulkan PLA telah membangun mesin AI. Lembaga riset TrendForce menyebut, butuh hingga 30.000 unit semikonduktor Nvidia seri A100 untuk membangun mesin seperti milik OpenAI.
Dalam berbagai kesempatan, Nvidia menegaskan selalu patuh pada ketentuan. Perusahaan yang berkantor pusat di Santa Clara, California, itu juga mengklaim mewajibkan pelanggannya juga patuh pada aturan. ”Jika kami mengetahui bahwa pelanggan telah melakukan penjualan kembali yang melanggar hukum kepada pihak ketiga, kami akan mengambil tindakan segera dan tepat,” demikian pernyataan perusahaan itu.
Tidak berguna
Profesor di Universitas Tufts dan penulis Chip War: The Fight for the World’s Most Critical Technology, Chris Miller, mengatakan, tujuan utama pembatasan ekspor cip ke China adalah untuk menghambat pengembangan AI di China. Pembatasan ekspor akan mempersulit pembangunan klaster besar cip canggih yang mampu melatih sistem AI.
Namun, ia menilai pembatasan ini tidak realistis untuk memenuhi tujuan itu. Sebab, ukuran cip yang sangat kecil dan mudah diselundupkan.
Larangan itu juga dijawab keras oleh China. Sebagai produsen terbesar logam tanah jarang di dunia, China mengimbangi larangan ekspor AS dengan memperketat ekspor logam tanah jarang yang vital untuk produksi cip pada 2023. China mengharuskan adanya izin ekspor untuk bahan pembuatan cip galium dan germanium pada Agustus 2023, diikuti beberapa jenis grafit sejak 1 Desember 2023. (AFP/REUTERS)