Vietnam merupakan mitra strategis Indonesia di Asia Tenggara.
Oleh
NINA SUSILO
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah Indonesia dan Vietnam sepakat untuk terus meningkatkan hubungan perdagangan. Target volume perdagangan baru senilai 15 miliar dollar AS dibuat setelah target sebelumnya, yakni senilai 10 miliar dollar AS, telah tercapai pada 2022.
Hal ini dibahas dalam pertemuan bilateral Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri Vietnam Pham Minh Chinh, di Government Office, Hanoi, Vietnam, Jumat (12/1/2024). Hadir mendampingi Presiden Jokowi antara lain Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono, dan Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko.
Dalam pertemuan, Presiden Jokowi meminta dukungan PM Pham Minh Chinh agar impor beras dari Vietnam berjalan lancar. Tidak hanya itu, Presiden juga ingin agar kerja sama pertanian semakin diperkuat melalui penelitian pengendalian mutu dan smartfarming.
Retno dalam keterangan pers menjelaskan, selain kesepakatan Presiden Jokowi dan PM Chinh terkait ketahanan pangan ini, dibahas juga kerja sama perikanan. Presiden Jokowi mengapresiasi atas meningkatnya ekspor sektor perikanan ke Vietnam yang hampir dua kali lipat pada 2022. Namun, diperlukan upaya bersama untuk terus mendorong kolaborasi dan investasi untuk kemajuan industri perikanan. Selain itu, keduanya sepakat untuk memberantas IUU fishing (kegiatan perikanan yang tidak sah, tidak dilaporkan pada institusi pengelola ikan yang berwenang, dan kegiatan perikanan yang belum diatur).
Vietnam disebut Retno sebagai mitra strategis Indonesia di Asia Tenggara. Selain sebagai sesama anggota ASEAN, Vietnam juga salah satu mitra perdagangan yang penting serta tujuan investasi Indonesia. Saat ini terdapat lebih dari 32 perusahaan Indonesia yang beroperasi di Vietnam. Selain itu, Vietnam juga merupakan mitra pengembangan kerja sama teknologi yang juga sangat penting.
Volume perdagangan kedua negara pun meningkat dengan pesat. Karena itu, PM Chinh dan Presiden Jokowi menaikkan target perdagangan kedua negara. Sebelumnya, target volume perdagangan kedua negara senilai 10 miliar dollar AS. Target ini seharusnya dicapai 2023, tetapi telah berhasil diraih pada tahun 2022.
”Saya yakin Yang Mulia sepakat untuk menetapkan target perdagangan di atas 15 miliar dollar AS untuk 2028 di mana perluasan akses pasar dan pengurangan hambatan perdagangan menjadi kunci,” tutur Presiden.
Presiden Jokowi juga mengapresiasi kemitraan strategis kedua negara yang telah menghasilkan berbagai kerja sama konkret, antara lain nota kesepahaman kerja sama dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi yang ditandatangani hari ini. ”Ini sejalan dengan penguatan kemitraan bilateral yang memanfaatkan bonus demografi, digitalisasi, dan industri berteknologi tinggi untuk mencapai kemakmuran bersama,” katanya.
Di bidang investasi, Presiden Jokowi mengapresiasi peningkatan investasi perusahaan Indonesia di Vietnam dan berharap PM Pham Minh Chinh terus mendorong terjadinya iklim investasi yang baik.
”Mohon dukungan Yang Mulia untuk terus mendorong iklim investasi yang mengutamakan aspek pelindungan investor sesuai kesepakatan kedua negara dan ASEAN Comprehensive Investment Agreement,” ujar Presiden Jokowi.
Di sisi lain, lanjut Retno, Presiden juga meminta dukungan PM Chinh untuk terus mendorong iklim investasi yang kondusif dan mengutamakan aspek perlindungan terhadap investor. Sebab, banyak sekali investor Indonesia yang sudah beroperasi di Vietnam.
”Ini menunjukkan keberpihakan Bapak Presiden terhadap para investor Indonesia yang melakukan kegiatan di luar negeri,” ujar Retno.
Presiden Joko Widodo berfoto dengan PM Vietnam Pham Minh Chinh sebelum pertemuan bilateral di Government Office, Hanoi, Vietnam, Jumat (12/1/2024).
Terkait kerja sama di bidang energi terbarukan, Presiden Jokowi menyambut baik komitmen investasi VinFast senilai 1,2 miliar dollar AS untuk pembangunan ekosistem mobil listrik dan baterai Indonesia.
Presiden berharap komitmen tersebut dapat mendorong kolaborasi antara negara di Asia Tenggara untuk mencapai kemandirian industri energi terbarukan. PM Chinh, menurut Retno, juga menyepakati bahwa kolaborasi antara negara ASEAN amat krusial untuk mencapai kemandirian di sektor ini.
ASEAN
Terkait pekerjaan rumah ASEAN, termasuk menyelesaikan krisis di Myanmar, Presiden Jokowi dan PM Chinh sepakat untuk terus bekerja sama.
”Terakhir, terima kasih atas dukungan Vietnam terhadap keketuaan Indonesia di ASEAN tahun lalu. ASEAN masih memiliki pekerjaan rumah untuk menyelesaikan krisis Myanmar. Untuk itu, Indonesia akan terus mendukung keketuaan Laos tahun ini,” kata Presiden.
Gedung Sekretariat ASEAN
Lawatan Presiden Jokowi di Vietnam dimulai dengan meletakkan karangan bunga di Monument of National Heroes and Martyrs dan di President Ho Chi Minh Mausoleum. Kegiatan ini dilanjutkan kunjungan kenegaraan dan pertemuan bilateral dengan Presiden Vietnam Vo Van Thuong di Presidential Palace.
Dalam pertemuan antara dua kepala negara ini, disepakati supaya kerja sama perdagangan terus ditingkatkan. Kedua pemimpin juga sepakat untuk membawa hubungan bilateral Indonesia-Vietnam ke tingkat yang lebih tinggi. ”Dalam kaitan ini, Presiden Indonesia menyarankan agar tim dua negara menindaklanjuti dengan membuat rencana kerja sama detail dan konkret yang menguntungkan kedua belah pihak,” kata Retno.
Setelah bertemu Presiden Vietnam, Presiden Jokowi juga bertemu Presiden Majelis Nasional Vietnam Vương Đình Huệ.
Adapun Sabtu (13/1/2024), lanjut Retno, Presiden Jokowi akan melanjutkan rangkaian kunjungan dengan melakukan pertemuan pagi bersama PM Vietnam. Pertemuan ini akan diikuti pertemuan bisnis dengan pengusaha Vietnam dan Indonesia. Setelah itu, Presiden akan melakukan kunjungan ke pabrik mobil Listrik Vietnam, VinFast.