Darurat di Ekuador, Mengapa Geng-geng Kriminal Merajalela di Amerika Latin?
Darurat di Ekuador, yang dipicu krisis geng kriminal, menguak salah satu masalah sosial yang kronis di Amerika Latin.
Hari Selasa (9/1/2024), masyarakat Ekuador, negara di Amerika Selatan, dikejutkan oleh siaran langsung televisi yang tidak biasa. Sekelompok anggota geng bersenjata di kota Guayaquil, sekitar 400 kilometer barat daya ibu kota Quito, tiba-tiba merangsek ke dalam stasiun televisi TC.
Mereka menyandera semua orang di studio televisi itu selama 15 menit. Para anggota geng tersebut bersenjatakan berbagai jenis senjata api dan granat. Drama penyanderaan itu terekam dalam siaran langsung. Seantero Ekuador terguncang. Insiden ini menjadi berita di berbagai media di seluruh dunia.
”Kami sedang sibuk melakukan siaran pukul 14.00 ketika terdengar suara tembakan di dalam gedung. Para penyandera menyuruh semua orang di studio untuk berlutut,” kata Jose Luis Calderon, salah satu wartawan yang disandera, seperti dilansir kantor berita Reuters, Kamis (11/1/2024).
Drama penyanderaan berakhir setelah pemerintah menurunkan tentara yang segera meringkus para anggota geng tersebut. Presiden Ekuador Daniel Noboa menyatakan Ekuador dalam status darurat nasional.
Baca juga: Kesehatan Mental Generasi Muda Mengkhawatirkan
Media-media arus utama Ekuador mengabarkan bahwa para penyandera itu mengaku sebagai anggota La Firma, salah satu dari 22 geng bersenjata di negara tersebut. Beberapa di antara anggota geng yang menyandera pegawai TC itu masih berusia remaja. Presiden Noboa menetapkan 22 geng itu sebagai organisasi teroris.
Penyebab terjadinya penyanderaan itu adalah isu perebutan kekuasaan antargeng di Ekuador. Kelindan kekuasaan geng ini mulai merasuki berbagai aspek kehidupan masyarakat, mulai dari ekonomi hingga keamanan. Bahkan, di negara tersebut, lembaga-lembaga pemasyarakatan tidak lagi dikelola oleh sipir di bawah pemerintah, tetapi dikendalikan oleh geng-geng tertentu.
Persoalan korupsi yang mengakar membuat sejumlah aparat bisa dengan mudah masuk dalam kantong-kantong kendali geng. Setiap sel di penjara bisa diperjualbelikan oleh geng penguasa. Jika ingin makanan dan minuman tertentu, bahkan narkoba, bisa disediakan oleh geng pengelola dengan biaya tambahan.
Baca juga: Refleksi Pemuda tentang Dirinya Sendiri
Adolfo Macias Villamar, pemimpin geng terkenal yang ditahan di lembaga pemasyarakatan La Regional di Guayaquil, menurut rencana akan dipindahkan ke penjara lain. Sebagai penolakan, anggota geng Villamar membuat kerusuhan di La Regional. Kekacauan ini kemudian ditiru di penjara-penjara lain.
Di tengah keributan itu, Villamar kabur dari tahanan dan hingga kini masih dalam buronan polisi.
Geng-geng lain memanfaatkan letupan tersebut untuk mengambil kesempatan melancarkan aksi mereka sebelum kemudian berkonfrontasi dengan aparat penegak hukum. Presiden Noboa mengumumkan Ekuador berada dalam kondisi darurat selama aparat berperang dengan geng-geng kriminal.
Budaya geng
Persoalan geng bersenjata seolah sudah membudaya di negara-negara Amerika Latin, termasuk Ekuador. Penyebab keberadaan geng ini bermacam-macam dan tidak semuanya berhubungan langsung dengan kemiskinan.
Baca juga: Ruang Partisipasi Pemuda dalam Kebijakan Publik Belum Optimal
Setidaknya, sejak tahun 1940 telah tercatat ada geng-geng jalanan di negara-negara Amerika Latin. Umumnya, mereka merupakan geng berbasis komunitas lokal. Kenakalannya pada taraf balap motor atau mobil ilegal dan pencurian.
Evolusi geng di Amerika Latin menjadi kejahatan terorganisasi dijelaskan oleh Dennis Rodgers dan Adam Baird dalam tulisan mereka pada 2015 yang berjudul ”Understanding Gangs in Contemporary Latin America”. Makalah itu bagian dari buku Handbook of Gangs and Gang Responses terbitan Wiley.
Baca juga: Menopang Derajat Informal, Menganyam Pemulihan Ekonomi
Secara garis besar, ada dua jenis geng di Amerika Latin. Pertama ialah pandilla yang bersifat lokal. Kedua adalah maras yang bersifat transnasional.
Dua negara penghasil kokain terbesar di dunia, Kolombia dan Peru, berada di Amerika Latin. Dalam proses penyelundupan ke selatan maupun ke utara menuju Meksiko, Amerika Serikat, dan Kanada, jalurnya melalui negara-negara Amerika Tengah dan sebagian negara Amerika Latin, antara lain Ekuador, Guatemala, Honduras, dan El Salvador. Pandilla dan maras menjadi semacam kaki tangan kartel narkoba dalam memastikan jalur penyelundupan itu lancar.
Secara garis besar, ada dua jenis geng di Amerika Latin. Pertama ialah pandilla yang bersifat lokal. Kedua adalah maras yang bersifat transnasional.
Laporan Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Anak-anak (Unicef), September 2018, menjelaskan bahwa kemiskinan memang menjadi salah satu pesona maut geng bersenjata atas anak-anak muda di Amerika Latin, meskipun tidak mutlak. Cirenia Chavez, penulis laporan tersebut, meneliti anak-anak muda anggota geng di Meksiko.
Baca juga: Pemuda Harus Jadi Juru Damai
”Ada yang bergabung dengan geng karena menganggap mencerminkan jati diri sebagai laki-laki yang maskulin. Tetapi, mayoritas pemuda anggota geng adalah mereka yang sedari kecil di lingkungannya terbiasa melihat anggota geng berseliweran sehingga mereka berpikir bahwa sudah proses alamiah ketika menginjak pemuda, mereka bergabung dengan geng yang menyimbolkan identitas wilayah masing-masing,” papar Chavez.
Kebijakan agresif
Chaves menerangkan, tidak semua anggota geng otomatis menjadi pelaku kejahatan karena pola setiap geng berbeda-beda. Jika melihat kembali ke tulisan Rodgers dan Baird, perubahan geng kriminal menjadi kejahatan terorganisasi justru dimulai pada awal tahun 2000-an. Ketika itu, pemerintah di negara-negara Amerika Latin melancarkan kebijakan antigeng yang agresif.
Orang-orang yang diduga sebagai anggota geng ditangkapi tanpa ada proses penyelidikan, apalagi peradilan. Mereka langsung dijebloskan ke penjara, bahkan beberapa dieksekusi di tempat. Sebagai reaksi, geng-geng justru berkonsolidasi membentuk kelompok kriminal yang terstruktur.
Cara kerja mereka menjadi lebih rapi, bahkan tertutup guna menghindari endusan aparat. Dampak negatifnya, dengan rapinya operasionalisasi geng, para pemuda malah melihat menjadi anggota geng sebagai bentuk pekerjaan. Minat mereka untuk bergabung dengan geng-geng itu pun meningkat.
Di sisi lain, semakin agresif dan otoriter aparat pemerintah membuat rakyat tidak merasa aman berada di negara sendiri dan memunculkan gelombang migran, seperti yang terjadi di perbatasan Amerika Serikat dengan Meksiko. Para migran ini berasal dari beberapa negara, antara lain Haiti, Ekuador, El Salvador, Venezuela, dan Kolombia. Mereka hijrah dari negara asal mereka karena menganggap negara mereka tidak aman akibat geng kriminal merajalela dan aparat sangat otoriter serta korup.
Presiden El Salvador Nayib Bukele memilih menerapkan kembali kebijakan antigeng yang agresif. Presiden yang dijuluki ”Diktator Paling Keren Sedunia” ini menempatkan hampir 2.000 anggota geng yang mayoritas adalah pemuda di dalam satu penjara raksasa. Di sana, Bukele dikenal mengizinkan narapidana dihukum keras, misalnya dipaksa berpuasa berhari-hari, sampai bertobat.
InSight Crime, lembaga kajian kejahatan terorganisasi, melakukan penelitian mengenai kebijakan Bukele dan pengaruhnya terhadap perkembangan geng kriminal di El Salvador. Dalam laporan yang diterbitkan pada 6 Desember 2023, lembaga kajian itu menjelaskan bahwa geng-geng kriminal ini melemah, tetapi tidak musnah. Para anggotanya memilih tiarap hingga waktu yang belum ditentukan.
Belum ada pencegahan
Persoalannya, selain menangkapi para anggota, InSight Crime belum menemukan adanya upaya serius untuk mencegah pemuda bergabung ke dalam geng. Upaya ini harus melebihi efek gentar dengan penangkapan anggota geng.
Para pemuda harus memiliki pilihan, terlepas latar belakang sosial-ekonomi mereka, untuk menjalani kehidupan yang lebih baik, misalnya, melalui ketersediaan pendidikan serta pekerjaan yang layak.
Baca juga: IMF Tak Dukung Penggunaan Bitcoin di El Salvador
Menurut kesimpulan laporan tersebut, penangkapan ini untuk serdadu jalanan geng yang melakukan pemerasan dan peredaran narkoba, bukan menyasar gembong-gembong yang memiliki hubungan erat dengan berbagai pejabat pemerintah. Akibatnya, ada kemungkinan geng-geng itu akan kembali atau justru memunculkan geng-geng baru. Lingkaran perekrutan anak muda untuk masuk geng-geng pun tidak terputus. (REUTERS)