China-Taiwan Adu Peringatan Jelang Pemilu Presiden
Pemilihan presiden Taiwan akan menentukan relasinya dengan China dan dinamika di kawasan. Dunia menanti hasilnya.
Oleh
IRENE SARWINDANINGRUM
·4 menit baca
TAIPEI, KAMIS — Ketegangan meruncing menjelang pemungutan suara pemilu presiden Taiwan yang akan digelar pada Sabtu (13/1/2024). Dunia mengamati pemilu di Taiwan yang hasilnya dinilai akan menentukan relasi dengan China dan dinamika kawasan.
China mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya. Taiwan menolak klaim tersebut. Kandidat unggulan dari Partai Progresif Demokratik (DPP), Lai Ching-te, yang kini menjabat wakil presiden, menggambarkan dirinya sebagai pembela demokrasi Taiwan. Namun, Beijing menyebut dia ”berbahaya” terkait pernyataannya soal kemerdekaan, yang bagi China adalah garis merah yang tak bisa dilanggar.
Pada Kamis (11/1/2024), China memperingatkan para pemilih di Taiwan agar memilih dengan benar. Kantor Urusan Taiwan di China dalam pernyataan menyebutkan, jika Lai terpilih, dia akan mendorong lebih jauh ”aktivitas kemerdekaan Taiwan dan menciptakan gejolak di Selat Taiwan”.
”Kami tulus berharap mayoritas warga Taiwan melihat bahaya ’kemerdekaan Taiwan’ oleh DPP dan bahaya besar oleh Lai Ching-te dalam memicu konflik lintas Selat,” sebut pernyataan itu.
Menteri Luar Negeri Taiwan Joseph Wu mengkritik pernyataan dan ”campur tangan” China. ”Pemilu Taiwan yang akan datang mendapat sorotan internasional dan campur tangan China yang berulang mencuri fokus itu,” sebutnya dalam unggahan di media sosial X.
Terdapat tiga calon presiden yang maju dalam pemilu kali ini, yakni Lai (DPP), Wali Kota New Taipei Hou Yu-ih dari partai oposisi Kuomintang (KMT), dan mantan Wali Kota Taipei Ko Wen-je dari Partai Rakyat Taiwan (TPP). Selama ini Lai selalu unggul dalam berbagai jajak pendapat, tetapi Hou menyusul dekat di belakangnya.
Pemilu Taiwan yang akan datang mendapat sorotan internasional dan campur tangan China yang berulang mencuri fokus itu.
Meski pernah menyebut dirinya ”pekerja pragmatis bagi kemerdekaan Taiwan”, Lai mengambil posisi yang lebih lunak dalam isu tersebut selama masa kampanye. Lai berulang kali menawarkan pembicaraan dengan China, tetapi ditolak.
Pada Selasa, ia mengatakan akan tetap menjaga status quo di Selat Taiwan dan mewujudkan perdamaian jika terpilih. Lai juga menyebut, selama ada kesetaraan dan martabat, pintu Taiwan akan selalu terbuka untuk kerja sama dengan China.
KMT secara tradisional mengusung hubungan yang dekat dengan China meski membantah partai itu pro Beijing. Kepada jurnalis asing di New Taipei, Kamis, kandidat wapres KMT, Jaw Shaw-kong, mengatakan, jika Lai menang, ketegangan kemungkinan akan meningkat, bahkan sebelum Presiden Tsai Ing-wen menyerahkan kekuasaan kepada penggantinya pada 20 Mei 2024.
Delegasi AS
Di tengah ketegangan antara Taiwan dan China, Amerika Serikat (AS) mengumumkan akan mengirim delegasi tak resmi ke Taiwan untuk bertemu pemimpin terpilih. Seorang pejabat senior Gedung Putih mengonfirmasi rencana itu, Rabu, tanpa memerinci lebih lanjut. Pejabat yang tak bersedia disebutkan namanya itu hanya mengatakan, pertemuan tatap muka menjadi cara paling efektif untuk terlibat dengan pemerintahan baru Taiwan dan menyampaikan kebijakan AS di kawasan.
China mengecam rencana AS tersebut dan menyerukan agar AS tidak campur tangan dalam pemilu Taiwan. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning di Beijing, mengatakan, Washington harus menahan diri untuk tidak mencampuri pemilu Taiwan dalam bentuk apa pun guna menghindari rusaknya hubungan China-AS.
”China selalu tegas menentang segala bentuk pertukaran resmi antara AS dan Taiwan. Hanya ada satu China di dunia, dan Taiwan adalah bagian tak terpisahkan dari China,” kata Mao.
Mao mengecam peringatan AS pada Beijing agar tidak memicu ketegangan dalam pemilu Taiwan. ”Taiwan adalah inti kepentingan China dan nomor satu di garis merah yang tidak boleh dilanggar dalam hubungan AS-China. Kami mendesak AS untuk mempraktikkan komitmen yang dibuat pemimpin kedua negara,” ujarnya.
Washington terikat perjanjian keamanan dengan Taiwan untuk menyediakan perangkat dan teknologi guna menghalau serangan apa pun. AS meningkatkan dukungan bagi Taiwan dan pemerintahannya dalam beberapa tahun terakhir seiring meningkatkan aktivitas militer dan tekanan diplomatik dari China terhadap Taiwan.
China mengirimkan pesawat tempur dan kapal perang ke Selat Taiwan, bahkan hingga melewati median pemisah untuk menegaskan kendali terhadap Taiwan. Beberapa ketegangan menjelang pemilu juga mencakup adanya balon udara dan peluncuran satelit yang melintasi wilayah udara Taiwan. (AP/AFP/REUTERS)