Hari-hari Hidup Bersama AI
AI menjadi bagian kehidupan sehari-hari manusia. Bahkan, pada beberapa orang, AI seperti menjadi teman. Bentuknya tidak lagi robot menyeramkan bernama Skynet atau T-101 seperti di film ”Terminator”.
Kecerdasan buatan tidak lagi menjadi hal jauh dari kehidupan sehari-hari. Dari bangun tidur sampai tidur lagi, teknologi itu erat dengan kehidupan sehari-hari.
Dalam laporan pada Jumat (5/1/2024), BBC mengangkat soal Charater.ai, Woebot, Earkik, Limbic Access, hingga Replika. Semuanya pelantar percakapan virtual yang memanfaatkan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).
Sebagian pelantar itu menyediakan terapi kejiwaan bagi penggunanya. Bahkan, ada pelantar telah mendapat pengesahan dari otoritas kesehatan sebagai penyedia layanan awal konseling kesehatan jiwa. Pelantar itu dapat menjadi pilihan bagi mereka yang membutuhkan layanan segera kala sulit mendapat jadwal konselor asli.
Baca juga: Kecerdasan Buatan Generatif Menjadi Fokus Investasi 2024
Salah satu aplikasi itu diciptakan Sam Zaia (30), mahasiswa psikologi di Selandia Baru. Ia membuat aplikasi dengan salah satu karakter yang bernama Psikolog. Dalam beberapa bulan, karakter itu telah membagikan 78 juta pesan.
Bot tersebut digambarkan sebagai seseorang yang membantu kesulitan hidup. Zaia mengatakan, bot dilatih menggunakan prinsip-prinsip psikologi untuk menghadapi kondisi kesehatan mental yang paling umum, seperti depresi dan kecemasan.
Ciptaan Zaia dan aplikasi lain mempunyai kesamaan. Semua bentuk pengembangan pemanfaatan aplikasi penjawab berbasis AI.
Semuanya juga menggambarkan, AI menjadi bagian kehidupan sehari-hari manusia. Bahkan, pada beberapa orang, AI menjadi teman.
Beragam rupa
Bukan hanya pelantar-pelantar tersebut, kedekatan AI pada kehidupan manusia akan dipampang pada pekan depan di Los Angeles, Amerika Serikat. Di Consumer Electronics Show (CES) pada 9-12 Januari 2024, berbagai produk yang dilengkapi AI akan dipamerkan. Bentuknya mulai dari botol susu sampai sepeda.
Ajang itu antara lain akan memamerkan kacamata untuk membantu penyandang tunanetra. Pemakai kacamata yang dilengkapi Ai itu membantu pengguna bergerak dengan aman di jalan.
Berbagai peranti itu menunjukkan, AI hadir di beragam benda dan rupa. Bentuknya tidak lagi robot menyeramkan bernama Skynet atau T-101 seperti di film Terminator.
Para analis memperkirakan CES 2024 akan menjadi pameran AI. Analis utama Forrester, Thomas Husson, mengatakan, tren sekarang adalah cara AI memperkuat pengalaman baru bagi konsumen. Penguatan itu dilakukan dengan cara yang tidak terlihat konsumen.
Kami bersemangat membuat langkah maju yang signifikan dan memperkenalkan tombol Copilot baru ke komputer Windows 11.
Dalam jajak pendapat oleh Forrester pada 2023 disimpulkan, 83 persen perusahaan dan lembaga AS menggunakan AI sebagai saran menghasilkan citra dan kata. Kalau belum menggunakan, perusahaan dan lembaga sedang menjajaki penggunaan AI pada fungsi itu.
Asisten virtual
Kehadiran AI sebenarnya sudah lama dimanfaatkan oleh jutaan orang. Bentuknya berupa asisten virtual di ponsel dan komputer. Siri, Alexa, Google Assistant, hingga Copilot adalah sebagian dari asisten itu.
Baca juga: Kecerdasan Artifisial: Alat atau Ancaman?
Untuk beberapa pengguna, asisten-asisten itu mengucapkan selamat pagi. Sebagian pengguna mengizinkan aplikasi itu membacakan isi surat elektronik dan agenda harian.
Ada juga pengguna memanfaatkan aplikasi itu untuk mengingatkan kapan waktunya istirahat. Begitu sibuk dan padatnya kehidupan mereka, sampai istirahat pun harus diingatkan komputer.
Sebagian komputer Apple dilengkapi tombol Siri di papan ketiknya. Sementara Microsoft akan menambahkan tombol Copilot di komputer-komputer Windows.
”Kami bersemangat membuat langkah maju yang signifikan dan memperkenalkan tombol Copilot baru ke komputer Windows 11. Di tahun baru ini, kami akan mengantarkan perubahan signifikan menuju masa depan komputasi yang lebih personal dan cerdas, di mana AI akan diintegrasikan secara mulus ke dalam Windows,” demikian tulis Wakil Presiden Eksekutif Microsoft Yusuf Mehdi di blog resmi perusahaan pada Kamis (4/1/2024).
Seperti kata Husson, penambahan tombol itu akan memperkuat pengalaman menggunaan AI. Karena itu, Microsoft menyebut 2024 sebagai tahun komputer personal dengan AI.
Penambahan itu merupakan perubahan terbesar susunan papan ketik komputer berbasis Windows dalam 30 tahun terakhir. Keputusan Microsoft disebut akan semakin meningkatkan dan meluaskan penggunaan AI. Sebab, populasi pengguna Windows amat besar.
Rekomendasi
Siri, Alexa, hingga Copilot sama-sama berbasis AI. Aplikasi-aplikasi itu mempelajari kebiasaan dan pola perilaku pengguna ponsel dan komputer. Berdasarkan itu, asisten tersebut merekomendasikan berbagai hal. Bentuknya berupa lagu yang didengarkan, film yang dilihat, produk yang ingin dibeli, hingga tempat yang layak disambangi.
Baca juga: Kecerdasan Buatan Kurangi 20 Persen Kepadatan Lalu Lintas Jakarta
Di mesin pencari, AI membuat hasil pencarian bukan hanya berupa tautan dan alamat laman. Hasil pencarian juga berupa rangkuman dalam bentuk kalimat singkat dan padat. Bing Microsoft dan Google sudah menerapkan pola itu.
Sarannya bisa jadi tidak selalu tepat. Meski demikian, setidaknya saran itu didasarkan pada pola kebiasaan pengguna ponsel dan komputer.
Ketidaktepatan itu antara lain kerap ditemukan di layanan pemutar musik dan film. Sebagian rekomendasi ternyata tidak disukai. Padahal, rekomendasi berdasarkan musik dan film yang sering diputar.
Merawat kenangan
Pada beberapa situasi, AI dimanfaatkan untuk mengobati rindu atau mengatasi kesepian di China, warga yang berduka berusaha merawat kenangan pada kerabat yang sudah meninggal dengan menciptakan avatar berbasis AI.
Jasa itu antara lain dimanfaatkan Seako Wu dan istrinya. Putra mereka, Xeanmo, meninggal karena stroke beberapa tahun lalu.
Wu mengumpulkan rekaman foto, video, suara mendiang putranya. Setelah itu, ia membayar beberapa ribu yuan ke salah satu perusahaan yang mengolah semua data itu dengan AI. Perusahaan itu membuat tiruan suara, wajah, dan perilaku Xeanmo.
Wu mau tiruan yang mendekati kenyataan. Suara, wajah, hingga perilaku dibuat semirip mungkin dengan mendiang walau hanya dalam wujud virtual. ”Setelah kami menyelaraskan realitas dan metamesta, saya akan bersama putra saya lagi,” ujarnya.
Baca juga: Kecerdasan Buatan, Jembatan Masa Depan bagi Kemanusiaan
Layanan sejenis itu antara lain disediakan AI Super Brain. Pendirinya, Xhang Zewei, mengatakan bahwa tarif jasa mereka hingga 20.000 yuan. Dengan tarif itu, jasa mereka bisa dipakai selama 20 hari.
Jasa berupa karakter virtual yang bisa meniru wajah, suara, dan perilaku. Bagi orang yang kehilangan sosok terkasih, karakter tersebut bisa menjadi penawar rindu.
Atasi kesepian
Sementara di AS, segmen pasarnya berbeda. Robot ElliQ, yang dikembangkan Intuition Robotics, membantu warga lansia mengatasi kesepian. Robot itu dilengkapi AI.
Bentuknya seperti lampu meja kecil dengan kepala tanpa mata dan mulut yang menyala dan dapat berputar. ElliQ dapat bercanda, menjadi teman bercerita, hingga memberi tanggapan pada topik tertentu.
Robot itu mengingat minat setiap pengguna dan percakapan mereka. Berdasarkan itu, ElliQ menyusun tema perbincangan selanjutnya.
CEO Intuition Robotics Dor Skuler mengatakan, sebagian besar ElliQ didistribusikan oleh lembaga bantuan di beberapa negara bagian. Robot itu antara lain ditemukan di New York, Florida, Michigan, Nevada, dan Washington.
Robot itu juga dapat dibeli pelangan perorangan secara individual seharga 600 dollar AS (Rp 9,3 juta). Skuler menargetkan lebih dari 100.000 unit dalam lima tahun.
Baca juga: Kecerdasan Buatan untuk Kampanye Politik
Tentu, kehadiran AI tidak hanya membawa sisi positif. Bahkan, CEO OpenAI Sam Alman juga cemas. Pemimpin lembaga yang menghasilkan Chat GPT itu antara lain cemas pada dampak AI di politik dan persenjataan. Ia juga belum tahu ke mana AI akan berkembang.
Di sisi lain, ia juga mengatakan, teknologi ini merupakan harapan manusia untuk terus bertahan dan berkembang maju. Syaratnya, ada aturan yang tegas yang dapat membatasinya berkembang ke arah merugikan. (AFP/AP/REUTERS)