Semarak Natal terganggu di sejumlah negara yang berperang. Di Indonesia, meski perayaan berjalan aman, pemimpin bangsa dan tokoh agama tetap menyerukan perdamaian.
Oleh
Tim Kompas
·4 menit baca
VATIKAN, SENIN — Pemimpin Tertinggi Gereja Katolik Paus Fransiskus menyerukan perdamaian untuk semua. Dalam pesan Natal, Urbi et Orbi (Kepada Kota dan Dunia), di Vatikan, Senin (25/12/2023), ia menyesalkan terjadinya situasi kemanusiaan yang dialami warga Palestina di Jalur Gaza. Paus menyerukan gencatan senjata dan pembebasan para sandera.
Dalam perayaan Natal ke-11 pada masa kepausannya itu, Paus (87) menyerukan penghentian konflik politik, sosial, dan militer di berbagai tempat, termasuk di Ukraina, Suriah, Yaman, Lebanon, Armenia, dan Azerbaijan. Ia tak ketinggalan membela hak-hak para migran di seluruh dunia.
”Berapa banyak orang tak bersalah terbunuh di dunia kita! Di dalam rahim ibu-ibu mereka, dalam pengembaraan yang dijalani dengan keputusasaan dan penuh harapan, hidup anak-anak dihancurkan oleh perang. Mereka adalah Yesus-Yesus kecil hari ini,” kata Paus dalam pidato dari balkon tengah menghadap Lapangan Basilika Santo Petrus di hadapan ribuan umat.
Ia memberi perhatian khusus atas peristiwa di Tanah Suci, termasuk Gaza. Kementerian Kesehatan Palestina menyebut, sedikitnya 78 orang tewas dalam serangan udara Israel pada malam Natal. Ini salah satu malam paling mematikan sejak perang Hamas-Israel berkobar sejak 7 Oktober lalu.
Di Gaza, lebih dari 20.000 orang tewas akibat serangan Israel. Perang Hamas-Israel dimulai dengan serangan Hamas ke Israel, 7 Oktober, yang menewaskan 1.140 orang di Israel.
”Semoga saja (perdamaian) segera datang di Israel dan Palestina, di mana perang meluluhlantakkan hidup warganya. Saya memeluk mereka semua, khususnya komunitas-komunitas Kristen di Gaza dan seluruh Tanah Suci,” ujar Paus.
Paus memohon agar operasi militer yang telah memakan korban warga sipil tak bersalah dihentikan. ”Saya menyerukan perlunya solusi dengan membuka jalur bantuan kemanusiaan,” kata Paus.
Paus tak henti-henti menyerukan perdamaian. Pesan serupa juga ia sampaikan saat memimpin misa malam Natal di Vatikan. ”Malam ini, kita semua memikirkan Betlehem, tempat Sang Juru Damai ditolak oleh logika peperangan. Pertempuran di masa kini bahkan tidak memberi ruang kepada-Nya untuk hadir di dunia,” kata Paus.
Di Indonesia, perayaan Natal berjalan dengan begitu baik. Bahkan, penjagaan perayaan Natal berasal dari banyak organisasi dan elemen masyarakat. Berdasarkan pantauan Kompas di Kendari (Sulawesi Tenggara), Jayapura (Papua), Ambon (Maluku), Mataram (Nusa Tenggara Barat), Bandung (Jawa Barat), hingga Jakarta, Natal berjalan lancar, begitu juga di beberapa daerah lainnya di Indonesia.
Walakin, tokoh agama dan tokoh bangsa selalu menyelipkan pesan perdamaian dalam pidato dan khotbah mereka. Apalagi, pemilu di depan mata berpotensi melahirkan konflik.
Peristiwa Natal sebenarnya mengajarkan kepada kita untuk menjalin dan merekatkan hubungan dengan orang lain, termasuk juga dengan umat beragama lain. (Ketua Umum PGI Pendeta Gomar Gultom)
Presiden Joko Widodo dalam video ucapan Natal berharap agar Natal selalu memberikan kedamaian, keselamatan, dan kesejahteraan. Hal itu ia sampaikan dalam akun X pribadinya.
Sejalan dengan Presiden, Wakil Presiden Ma’ruf Amin juga mengucapkan selamat Natal bagi seluruh umat Kristiani di Tanah Air.
Makna sejati perayaan Natal, menurut Wapres, adalah menghadirkan perdamaian umat di seluruh penjuru dunia. ”Pengujung tahun selalu menjadi momen yang baik untuk merenungkan makna Natal,” ujarnya dalam video dari Sekretariat Wakil Presiden, Minggu (24/12/2023).
Menurut Wapres, perayaan Natal bukan semata tentang kebahagiaan dan pesta, melainkan juga perwujudan ajaran kasih terhadap sesama manusia. Ia pun menganggap Natal dapat mengajarkan cinta, perdamaian, dan pengharapan.
”Untuk itu, seluruh umat Kristiani kiranya terus mampu menebarkan pesan Natal dengan saling berbagi dan saling mengasihi. Mari kita doakan hadirnya perdamaian umat di seluruh penjuru dunia agar Natal tidak kehilangan makna sejatinya,” ujar Wapres Amin.
Pesan perdamaian datang dari gereja-gereja di Indonesia. Uskup Agung Jakarta Ignatius Kardinal Suharyo mengatakan, semua realitas kehidupan yang kelam mustahil diselesaikan tanpa kehadiran negara.
”Kesejahteraan umum seharusnya tanggung jawab negara karena negara menerima pajak, membuat aturan-aturan, bahkan boleh menggunakan kekerasan untuk mempertahankannya,” kata Ignatius.
Menurut Ignatius, keadaan politik tidak pernah ideal, termasuk pilihan calon-calon yang tersedia. Namun, hak pilih harus digunakan sebagai tanggung jawab sebagai warga negara.
”Kepada umat Katolik, saya mengatakan, silakan datang untuk ikut memilih calon-calon pemimpin kita dengan suara hati masing-masing. Tidak ada paksaan. Silakan memilih menurut hati nurani yang cerdas dengan mempertimbangkan segala macam hal,” kata Ignatius.
Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Pendeta Gomar Gultom menjelaskan, perayaan Natal tahun ini adalah momentum untuk memperbaiki jalinan komunikasi yang retak. Apalagi, pada tahun politik, perbedaan pilihan sering kali menimbulkan konflik dan perpecahan.
”Peristiwa Natal sebenarnya mengajarkan kepada kita untuk menjalin dan merekatkan hubungan dengan orang lain, termasuk juga dengan umat beragama lain,” kata Gomar.
Ia menyebut, setiap manusia memang mempunyai ego ingin selalu dipahami, didengar, dan diutamakan. Manusia cenderung enggan mendengar dan mengutamakan orang lain. Ego ini yang sering kali membuat komunikasi satu orang dengan orang lain menjadi tidak baik.
Karena itu, manusia diajak untuk sama-sama mengingat kembali makna Natal yang sesungguhnya. Yesus telah merelakan diri turun ke dunia demi menjadi Juru Selamat. Maka, manusia juga harus menebar damai dan kasih kepada sesama. (AP/AFP/REUTERS).