Serba Sederhana di Banyak Negara dalam Merayakan Natal
Harga kebutuhan hidup yang mahal memaksa orang harus berhemat. Makan bersama di rumah, beli kado natal lebih murah, dan memakai sistem pembayaran ”paylater” menjadi cara warga di banyak negara agar bisa merayakan Natal.
Jika biasanya Robyn Asher (55) merayakan Natal dengan makan di restoran bersama keluarga besarnya, perayaan tahun ini akan lebih sederhana. Kumpul keluarga dan makan-makan di rumahnya saja dengan menu masakan siap saji dan minuman anggur atau wine yang dibelinya di supermarket Sainsbury’s di East Dulwich, London, Inggris. Dengan makan di rumah saja, dia bisa lebih berhemat.
Untuk lima botol wine dan satu botol sampanye, Asher dapat diskon 25 persen. Coba kalau minum wine di restoran, harga sebotolnya pasti jauh lebih mahal. Untuk masakan siap saji, Asher cukup memilih masakan yang pantas untuk merayakan Natal bersama dan—yang jelas—juga cocok dengan kondisi dompetnya.
Baca juga: Liburan Malah Stres
Menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru, berbagai supermarket di Inggris dan Eropa menawarkan lebih banyak makanan dan camilan produksi mereka sendiri, mulai dari bebek panggang sampai biskuit truffle. Makanan untuk hari raya menjadi prioritas dagangan supermarket.
Inflasi memaksa banyak keluarga menyesuaikan anggaran pengeluaran mereka. Supermarket pun menjadi alternatif selain makanan restoran yang terkadang menjadi lebih mahal karena pajaknya.
”Lebih banyak orang membeli makanan dan bahan makanan di supermarket demi bisa hemat,” kata Simon Roberts, CEO Sainsbury’s, supermarket terbesar kedua di Inggris, kepada kantor berita Reuters.
Sainsbury’s memproduksi makanan ”Taste the Difference” dengan memakai jenamanya sendiri. Dalam daftar makanan itu, ada 170 produk makanan Natal, seperti makanan siap saji untuk empat orang, berupa bebek, kentang tumbuk dengan saus cranberry yang dijual seharga 28 pound sterling (sekitar Rp 550.000) bersama kudapan, seperti irisan terrine salmon asap mini seharga 3,75 pound sterling (sekitar Rp 74.000).
Baca juga: Harga Pangan Dunia 2023 Diperkirakan Meningkat
Supermarket-supermarket menambah pilihan makanan yang dijual. Menurut penelitian McKinsey, sebagian besar (78 persen) konsumen di Perancis, Jerman, Italia, Spanyol, dan Inggris dari semua kalangan mengaku akan beralih ke produk lebih murah atau akan berbelanja di pengecer karena harganya lebih murah.
Karena fenomena itu pula, jaringan supermarket di Polandia, Biedronka, juga membuat produk cokelat, manisan, dan biskuit roti jahe dengan jenama mereka sendiri. Harga yang ditawarkan? Sekitar 20 persen lebih murah ketimbang produk buatan jenama-jenama besar.
Di Portugal setali tiga uang. Supermarket Pingo Doce menawarkan makanan-makanan murah, seperti puff pastry daging, kastanye, dan sayuran seharga 5,49 euro (sekitar Rp 93.000) dan kerupuk truffle seharga 1,99 euro (sekitar Rp 34.000).
Berdasarkan penelitian Barclays, masyarakat Inggris memperkirakan akan menghabiskan sekitar 105 pound sterling lebih banyak pada Natal tahun ini dibandingkan dengan tahun lalu dengan porsinya yang lebih banyak untuk belanja makanan dan minuman.
Baca juga: Semarak Kado Natal di Media Sosial
Adapun masyarakat di Perancis, menurut survei Cofidis dan CSA Research, akan mengurangi keseluruhan pengeluaran Natal mereka tahun ini. Anggaran mereka rata-rata turun 19 euro (sekitar Rp 323.000) dan pengeluaran sangat dihemat, terutama untuk pembelian kado Natal.
Kado tak mahal
Anne England (65), warga Portsmouth, Inggris selatan, sejak tahun lalu sudah tidak membeli kado natal yang mahal. Sebagai gantinya, keluarganya bertukar kado dengan kado yang harganya dipatok paling mahal 20 euro (sekitar Rp 340.000).
”Semua orang pasti punya tagihan yang mahal, seperti listrik dan air. Jadi, kami mengurangi sedikit uang untuk kado. Tetap masih ada kado, demi anak-anak. Tetapi lebih sederhana. Pengeluaran yang boros sepertinya tidak pantas ketika banyak orang sekarang sedang susah hidupnya,” kata England, seperti dikutip harian The Guardian, 19 Desember 2023.
Anne England (65), warga Portsmouth, Inggris selatan, sejak tahun lalu sudah tidak membeli kado natal yang mahal.
Bentuk kado natal di keluarga England lebih sederhana, berupa barang-barang yang digunakan sehari-hari, seperti sandal, tas tangan, kotak bekal makan siang, kaus kaki, dan DVD film.
Sylvia (77), warga London, mempunyai cara lain lagi. Alih-alih membeli kado, ia memberikan kado buatannya sendiri untuk anak-anak dan cucu-cucunya. Ia merajut syal dari sisa-sisa wol yang dimilikinya untuk seluruh anggota keluarganya.
Tahun ini, Sylvia meminta semua kado natal untuk keluarga harus buatan sendiri, atau hadiah berupa barang yang diambil dari toko amal, atau hadiah dari barang-barang yang sudah tidak dipakai lagi atau barang dari orang lain yang tidak digunakan.
Mereka menjadi lebih kreatif. Ada cucu yang membuat biskuit, merangkai kalung, dan kalender bergambar. ”Ketika pertama kali saya membuat kado sendiri, mereka terkejut. Tetapi, mereka tidak keberatan karena membuka kadonya menyenangkan. Toh cucu-cucu saya tampaknya sudah memiliki semua yang mereka butuhkan. Saya harap, mereka bisa mengerti ini sesuatu yang lebih bermakna,” ujar Sylvia.
Baca juga: Peluang dan Inspirasi Kado Natal
Bukan hanya kado yang tak dibeli lagi. Ralph Morris (71), warga Grimsby, Inggris timur laut, bahkan sudah tidak lagi mengirimkan kartu natal ke keluarga dan teman-temannya. Sebelum pensiun sebagai guru, ia biasanya mengirimkan sekitar 130 kartu natal setiap tahun. Lalu, berkurang menjadi 80 kartu tahun lalu.
Untuk tahun ini, tak ada lagi kartu. Morris dan istrinya sudah mempertimbangkan tak lagi mengirim kartu sejak empat atau lima tahun terakhir. ”Rasanya kok sayang uangnya hanya untuk beli kartu. Bisa habis Rp 1 juta lebih. Lebih baik kami menyumbang uang saja ke bank makanan mengingat banyak orang sedang susah,” ujar Morris.
Anggaran belanja dibatasi
Sesusah apa pun hidup, Takako Tomura, ibu rumah tangga di Yokohama, Jepang, tetap berusaha membelikan kado natal untuk anaknya saja. Tetapi, itu juga bukan kado mahal karena mereka harus banyak menabung mengingat tidak ada yang pasti dalam bisnis kontraktor rumah suaminya.
Survei tahunan perusahaan raksasa mainan Jepang, Bandai Co, memperkirakan orangtua hanya akan membelanjakan maksimal 7.718 yen atau Rp 839.000 untuk setiap anak. Pengeluaran belanja ini turun 243 yen dibandingkan dengan tahun lalu. Ini gara-gara kenaikan harga bahan makanan pokok selama setahun terakhir.
Tomura juga sudah mengurangi ikut pesta-pesta bersama teman dan membatasi bepergian ke luar negeri. Mereka pernah liburan seminggu ke Hawaii. Tapi, tahun ini hanya Tomura dan anaknya yang akan jalan-jalan ke Korea Selatan selama beberapa hari karena mendapat tiket murah, sementara suaminya tetap bekerja.
”Mata uang yen sangat lemah dan harga tiket pesawat dan hotel mahal,” kata Tomura kepada harian the South China Morning Post, 14 Desember lalu.
Baca juga: Berbagi Kado Kehangatan dari Bawah Pohon Natal
Tahun ini juga terpaksa tidak ada kue natal. Dari studi firma riset kredit swasta, Teikoku Databank, awal Desember lalu, diketahui bahwa harga kue natal lebih mahal daripada tahun lalu karena harga bahan kue naik juga. Dari 100 perusahaan kue yang ditanyai, sebanyak 81 perusahaan mengaku terpaksa menaikkan harga. Harga rata-rata kue berdiameter 15 sentimeter sebesar 4.468 yen atau Rp 484.000 atau naik 325 yen dibandingkan dengan tahun lalu.
Konsumen dan dunia usaha Jepang bergulat dengan memburuknya inflasi selama setahun terakhir. Harga bahan-bahan dasar kue, seperti susu, gula, dan telur, naik sekitar 20 persen sejak tahun lalu. Secara keseluruhan, harga 30.000 jenis bahan makanan naik dalam 12 bulan terakhir.
Harga pangan naik
Tingginya biaya pangan juga dirasakan warga Selandia Baru. Harga pangan tahunan di ”Negeri Kiwi” 8 persen lebih tinggi. Menurut Statz NZ, harga bahan makanan naik 10,7 persen dibandingkan dengan tahun lalu.
Harian New Zealand Herald, 12 Desember lalu, menyebutkan, karena semua barang mahal, banyak warga Selandia Baru memilih tidak mengeluarkan uang sama sekali saat Natal kecuali untuk membeli kebutuhan primer makanan saja. Untuk membeli kebutuhan primer itu pun, semakin banyak orang yang memakai kartu kredit atau memanfaatkan fasilitas bayar nanti (paylater).
Situs NBC, 20 Desember lalu, mengungkapkan, kartu kredit tetap menjadi metode pembiayaan utama bagi konsumen di musim liburan ini. Survei Forbes Advisor menunjukkan, sebanyak 52,3 persen warga Amerika Serikat berencana menggunakan kartu kredit dan meminjam untuk membeli kado.
Ada 42 persen orang yang mengindikasikan akan meningkatkan saldo pinjaman mereka sampai setidaknya 501 dollar AS atau Rp 7,8 juta. Preferensi terhadap metode pembayaran yang lebih fleksibel juga meningkat, khususnya paket cicilan ”beli sekarang, bayar nanti” yang semakin populer.
Menurut Adobe Analytics, pada tahun ini metode ”beli sekarang, bayar nanti” mencapai angka tertinggi sepanjang masa di Cyber Monday dengan pembelian daring senilai 940 juta dollar AS atau Rp 14,5 triliun, naik 42,5 persen dari tahun lalu.
Jumlah barang per pesanan juga naik 11 persen karena konsumen menggunakan metode pembayaran itu untuk belanjaan yang semakin mahal. Metode pembayaran yang fleksibel seperti itu populer karena bisa dibayar dengan mencicil selama beberapa bulan. (REUTERS)