Untuk Amankan Laut Merah, AS Pilih Perangi Houthi daripada Dorong Gencatan Senjata di Gaza
Beberapa negara telah mencoba mendorong penghentian atau setidaknya gencatan senjata di Gaza. Sampai sekarang, upaya itu terutama kandas oleh penolakan AS.
Oleh
KRIS MADA
·3 menit baca
WASHINGTON DC, SELASA — Amerika Serikat memutuskan siap berperang dengan Houthi. Keputusan itu didukung sembilan negara lain yang bergabung dalam Operasi Pengawal Kemakmuran. Mayoritas negara Arab tidak terlibat dalam operasi itu.
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengumumkan permulaan operasi itu pada Senin (18/12/2023) malam waktu Washington DC atau Selasa dini hari WIB. ”Hari ini saya mengumumkan pembentukan Operasi Pengawal Kemakmuran, inisiatif keamanan multinasional baru yang penting di bawah payung Pasukan Maritim Gabungan (CMF) dan dipimpin Satuan Tugas 153, yang fokus pada keamanan di Laut Merah,” kata Austin dalam pernyataan tertulis.
Austin mengumumkan itu setelah menyambangi Israel. Di sana, ia kembali menegaskan dukungan penuh AS kepada Israel. Pengumuman juga disampaikan setelah Houthi kembali mengungkap serangan terhadap kapal niaga di sekitar Selat Bab al-Mandab. Selat itu merupakan penghubung Laut Merah dengan Samudra Hindia.
Sebelum pengumumkan itu, gugus tempur laut (guspurla) yang dipimpin kapal induk USS Carl Vinson akan bergabung dengan pasukan AS di Timur Tengah. Guspurla itu meninggalkan Laut China Selatan yang diawasinya beberapa bulan ini.
Sebelum ini, AS telah mengerahkan Guspurla Gerald Ford dan Guspurla Dwight D Eisenhower di sekitar Timur Tengah. Ford di Laut Tengah, Eisenhower di sekitar Laut Arab dan Selat Hormuz. Adapun di sekitar Yaman, AS juga mengerahkan Unit Jelajah Marinir (MEU) yang berfungsi sebagai markas komando bergerak AS di kawasan.
Sebelum rombongan Vinson, AS punya total 19 kapal perang di sekitar Laut Tengah, Samudra Hindia, dan Laut Arab. Selain itu, ada ratusan jet tempur dan pesawat intai AS di kawasan.
Pesawat intai Poseidon P8 dan Global Hawk rutin terbang di sekitar Israel. Pesawat-pesawat itu mengumpulkan data pergerakan kelompok-kelompok perlawanan terhadap Israel.
Negara lain
Selain AS, operasi itu disokong Belanda, Inggris, Italia, Spanyol, Perancis, Kanada, Norwegia, Seychelles, dan Bahrain. Pasukan gabungan itu akan berpatroli bersama di Laut Merah dan Teluk Aden.
Bahrain menjadi satu-satunya negara Arab dalam operasi itu. Uni Emirat Arab dan Arab Saudi, yang sudah bertahun-tahun berperang dengan Houthi, tidak dicantumkan dalam pendukung operasi itu. UEA dan Arab Saudi juga tergabung dengan CMF yang total terdiri atas 39 negara. Markas besar CMF dan sebagian satgas di bawah pasukan itu berada di Manama, Bahrain.
Mesir dan Jordania juga tidak disinggung dalam operasi itu. Amman dan Kairo bukan hanya menjadi anggota CMF. Jordania dan Mesir juga berkepentingan pada keamanan jalur pelayaran Laut Merah. Pelayaran rute itu, yang harus melewati Terusan Suez di Mesir, adalah salah satu sumber devisa penting Kairo.
Gencatan Senjata
Juru bicara Houthi Yahya Saree mengatakan, dua kapal niaga diserang Houthi pada akhir pekan lalu. Houthi akan terus menyerang kapal-kapal niaga milik atau yang dioperasikan Israel serta sekutunya.
Komando Operasi Tengah AS, yang bertanggung jawab pada operasi AS di Timur Tengah, mengumumkan serangan terbaru menyasar tanker dan kapal kargo. MV Clara dan MT Swan Atlantik diserang dengan rudal dan kapal nirawak.
Rangkaian serangan itu wujud solidaritas Houthi kepada Hamas dan aneka kelompok perlawanan Palestina. Houthi menyatakan, serangan kepada kapal Israel dan mitranya akan terus dilancarkan sampai Israel berhenti menyerbu Gaza.
Beberapa negara telah mencoba mendorong penghentian atau setidaknya gencatan senjata di Gaza. Sampai sekarang, upaya itu terutama kandas oleh penolakan AS. Washington berulang kali memveto upaya pengadopsian resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa soal gencatan senjata di Gaza.
Pembahasan terbaru dijadwalkan pada Selasa ini. Pembahasan hari ini seharusnya dilakukan kemarin. Walakin, para diplomat setuju pembahasan dimundurkan.
Sekutu AS di Eropa, Inggris dan Jerman, juga menolak gencatan senjata. Seperti Washington, London dan Berlin memandang gencatan senjata belum bisa diterapkan sekarang. (AP/REUTERS)