Berbekal Robot dan AI, Israel Belum Mampu Tembus Terowongan Hamas
Israel menyiapkan pasukan khusus dan peralatan canggih untuk melumpuhkan terowongan Hamas, tetapi belum berhasil.
BEIT HANOUN, SENIN — Meski berbekal robot-robot pelacak, kecerdasan buatan, dan pasukan khusus, Israel belum mampu menembus terowongan Hamas di Jalur Gaza. Pasukan Israel baru mampu mengungkap ratusan pintu terowongan. Jumlah ini sangat kecil dibandingkan dugaan ada ribuan pintu masuk ke terowongan itu. Setiap upaya untuk memasukinya pun harus dibayar dengan korban jiwa dari tentara Israel.
Pada Minggu (17/12/2023), militer Israel lagi-lagi memamerkan temuan terowongan besar di bawah Gaza kepada media. Terowongan ini ditemukan oleh pasukan khusus untuk terowongan yang disebut Yahalom yang artinya ’berlian’.
Militer Israel juga memperlihatkan video Muhammad Sinwar, saudara kandung pemimpin Hamas di Gaza, Yahya Sinwar, yang tengah mengemudi mobil di dalam terowongan itu. Temuan ini menambah temuan-temuan sebelumnya yang disebutkan mencapai 800 pintu masuk terowongan. Pasukan Israel telah menghancurkan sekitar 500 pintu di antaranya.
Sejauh yang saya tahu, terowongan ini tidak melintasi Gaza ke Israel dan berhenti dalam jarak 400 meter dari perbatasan.
Pintu masuk ke terowongan terbaru itu hanya berjarak beberapa ratus meter dari pangkalan militer Israel di Penyeberangan Erez yang dijaga ketat. Militer menyebut, terowongan itu membentang lebih dari 4 kilometer. Jaringannya terhubung dengan sistem terowongan luas yang membentang di seluruh bawah tanah di Gaza.
Baca juga: Siasat Pemimpin Hamas Menghindari Pelacakan Israel
Penyeberangan Erez merupakan pusat keamanan yang memproses pergerakan warga Palestina ke Israel untuk bekerja, perawatan medis, dan transit ke negara tetangga, Jordania. Penyeberangan itu dilindungi oleh kamera keamanan dan patroli militer serta pangkalan militer yang berdekatan. Penyeberangan tersebut rusak parah akibat serangan Hamas pada 7 Oktober dan belum dibuka kembali.
Tentara Israel mengungkapkan, terowongan tersebut memfasilitasi transit kendaraan, jalur untuk para anggota Hamas, dan logistik dalam persiapan serangan 7 Oktober. Terowongan juga digunakan untuk membawa granat berpeluncur roket dalam serangan tersebut.
Peluncur roket dipakai untuk menerobos bagian tembok dekat Penyeberangan Erez dan menyerbu pangkalan militer Israel. Dalam serangan itu, sedikitnya tiga tentara tewas di Penyeberangan Erez. Hamas juga menculik beberapa orang lalu kembali ke Gaza lewat terowongan itu.
Terowongan yang mengarah ke perbatasan Israel-Gaza yang baru diungkap itu merupakan salah satu jalur vital untuk masuk ke wilayah Israel pada 7 Oktober. Sebanyak 1.200 orang Israel tewas dalam serangan itu dan 240 orang lainnya disandera. Sementara itu, Kementerian Kesehatan di Gaza mengatakan, sejak serangan Israel ke Gaza pada 8 Oktober hingga 16 Desember, korban tewas di Gaza telah mencapai 19.088 jiwa, dengan lebih dari 54.450 orang terluka.
Kendati sudah menemukan ratusan pintu masuk ke terowongan Gaza, Israel belum mampu menembus benteng bawah tanah Hamas tersebut. Sejak mengepung pusat kota Gaza dan Khan Younis, beberapa upaya memasuki terowongan sudah dilakukan. Namun, upaya itu belum berhasil.
Setidaknya 121 tentara Israel tewas selama serangan balasan kepada Hamas. Sebagian tentara tewas saat mencoba memasuki terowongan. Mereka disergap mendadak oleh anggota Hamas yang berjaga di terowongan, terkena ledakan ranjau yang banyak dipasang di terowongan, atau diseret ke dalam terowongan.
Israel pun sudah menyiapkan rencana untuk menenggelamkan terowongan dengan air laut. Laporan The Wall Street Journal menyebutkan, pasukan Israel telah memasang lima pompa air besar di dekat kamp pengungsi Shati di Kota Gaza.
Pompa-pompa itu dirancang dapat membanjiri terowongan dalam beberapa minggu dengan memompa ribuan meter kubik air per jam ke dalamnya. Namun, belum ada pernyataan resmi dari Israel untuk rencana penenggelaman itu. Rencana tersebut juga menuai protes sebab dapat merusak sumber air alami di Gaza.
Canggih
Pasukan Israel begitu bangga dengan pasukan khusus terowongan mereka yang dinamai Unit Yahalom. Pasukan khusus yang dibentuk tahun 1995 itu dilatih menguasai teknik khusus untuk melumpuhkan terowongan dan teror bawah tanah. Di dalam pasukan khusus itu ada tim lebih khusus lagi yang bertugas menembus terowongan Gaza, bernama Unit Samur yang artinya ’musang’.
Baca juga: Terowongan, Penentu Perang Hamas-Israel
Peran unit ini meliputi misi sabotase khusus, pembongkaran dan ledakan bangunan, sabotase infrastruktur musuh, penanganan bahan peledak, penyiapan alat peledak dan bom, penetral alat peledak musuh, pembersihan ladang ranjau yang kompleks, serta penemuan dan penghancuran terowongan.
Unit tersebut dilengkapi beragam peralatan canggih. Salah satunya robot anjing pelacak dalam terowongan bernama Oketz dan Samur. Dibekali sistem radar dan pendeteksi gravitasi canggih, kedua robot anjing itu berfungsi untuk memetakan terowongan bawah tanah yang tak tertembus sinyal internet, radio, ataupun satelit. Selain itu, pelacakan terowongan juga dilengkapi pesawat-pesawat nirawak (drone) pelacak dan pembunuh.
Akan tetapi, dengan segala pasukan khusus dan alat canggih itu, nyatanya Israel belum juga mampu menembus atau meluncurkan serangan besar-besaran ke terowongan Gaza.
Salah satu teknologi tercanggih Israel dalam perang di Gaza kali ini adalah kecerdasan buatan (AI) khusus perang dan terowongan. Sistem kecerdasan buatan (AI) yang disebut The Gospel ini digunakan untuk menyasar dan menghancurkan 150 target terowongan dalam satu hari atau meningkat tiga kali lipat dari kemampuan sebelumnya.
Berbeda dengan masa lalu, 90 persen target yang dicapai kali ini berkat gabungan upaya AI dan serangan konvensional. Serangan ke Gaza ini menandai pertama kalinya AI digunakan untuk serangan darat besar-besaran dengan banyak unit bermanuver di daerah perkotaan.
Akan tetapi, dengan segala pasukan khusus dan alat canggih itu, nyatanya Israel belum juga mampu menembus atau meluncurkan serangan besar-besaran ke terowongan Gaza. Israel justru terus meningkatkan serangan bom di darat di Khan Younis, kota yang diyakini sebagai basis para pemimpin Hamas di Gaza.
Baca juga: Cerita di Balik Sukses Qatar Jembatani Konflik Hamas-Israel
Juru bicara militer Israel, Mayor Nir Dinar, mengatakan, dinas keamanan Israel tidak mengetahui tentang terowongan di Perbatasan Erez sebelum serangan 7 Oktober. Sebab, pertahanan perbatasan Israel hanya mendeteksi terowongan yang memasuki wilayah Israel.
”Sejauh yang saya tahu, terowongan ini tidak melintasi Gaza ke Israel dan berhenti dalam jarak 400 meter dari perbatasan. Pintu masuk terowongan berupa bukaan semen melingkar yang mengarah ke lorong besar juga terletak di bawah garasi, tersembunyi dari drone Israel dan citra satelit yang digunakan untuk mendeteksi terowongan,” katanya.
Meski militer Israel sadar Hamas memiliki jaringan terowongan yang luas, Dinar mengatakan tak menduga Hamas mampu melakukan serangan berskala besar. Besarnya terowongan yang ditemukan terakhir juga mengejutkan Israel.
Kepala Juru Bicara Militer Israel Laksamana Muda Daniel Hagari mengatakan, saat ini terowongan dekat Erez adalah terowongan terbesar yang ditemukan di Gaza. Terowongan itu dua kali lebih tinggi dan tiga kali lebih lebar daripada terowongan lain yang ditemukan di Gaza.
Terowongan tersebut juga dilengkapi ventilasi dan listrik serta di beberapa titik turun hingga 50 meter di bawah tanah. Hagari mengatakan, militer berencana menghancurkan terowongan tersebut.
Kendati terus memamerkan peralatan canggih, para pejabat militer, intelijen, dan politik Israel terus mendapat kecaman keras karena gagal mendeteksi serangan pada 7 Oktober 2023. Akibatnya, korban sipil terus berjatuhan di Gaza, termasuk tiga sandera Israel yang tewas karena ditembak pasukan Israel sendiri.
Insiden itu memicu unjuk rasa oleh warga Israel yang kembali menuntut Pemerintah Israel untuk menyelamatkan para sandera yang diyakini masih ditahan Hamas di Gaza. (AP/AFP/REUTERS)