Balon udara telah menjadi topik politik sejak Amerika Serikat mendeteksi, lalu menembak jatuh balon udara China pada Februari 2023.
Oleh
IWAN SANTOSA
·3 menit baca
TAIPEI, SENIN — Taiwan kembali mendeteksi dua balon udara China melintasi garis tengah Selat Taiwan. Ini kedua kalinya balon udara China mendekati wilayah udara Taiwan. Isu tersebut menjadi perhatian, terutama menjelang pelaksanaan pemilu presiden Taiwan.
Balon udara telah menjadi topik politik sejak Amerika Serikat mendeteksi, lalu menembak jatuh balon udara China pada Februari 2023. AS menyebutnya sebagai balon mata-mata, meski China mengatakan wahana itu balon sipil yang terbawa angin sehingga keluar jalur.
Kementerian Pertahanan Taiwan, Senin (18/12/2023), mengungkapkan, dua balon itu terlihat pada Minggu pukul 09.03 dan pukul 14.43 waktu setempat. Jaraknya sekitar 110 mil laut di sebelah utara kota pelabuhan Keelung setelah melintasi Selat Taiwan. ”Balon-balon itu menuju timur dan menghilang pukul 09.36 dan pukul 16.35,” sebut pernyataan kementerian.
Juru bicara Kemenhan Taiwan, Sun Li-fang, mengatakan, analisis awal menunjukkan balon-balon itu balon cuaca. Sebelumnya, pada 8 Desember, balon serupa terlihat juga mendekati wilayah udara Taiwan, melintas di atas garis tengah Selat Taiwan. Kala itu, Menteri Pertahanan Taiwan Chiu Kuo-cheng mengatakan, itu kemungkinan balon udara atau suara yang terbawa ke Taiwan karena tertiup angin monsun. Kegunaannya kemungkinan untuk riset dan data meteorologis.
Terkait keberadaan dua balon terbaru itu, Kemenhan China tidak merespons permintaan komentar dari kantor berita Reuters. Taiwan memisahkan diri dari China saat perang sipil tahun 1949. China menganggap Taiwan sebagai pulau bagian dari wilayah China.
Waspada
Taiwan tengah dalam kewaspadaan tinggi menjelang pemilihan presiden pada 13 Januari 2024. Taipei dan Washington memperingatkan Beijing untuk tidak memengaruhi pemilu tersebut. Pemerintah Taiwan dan partai berkuasa, Partai Progresif Demokratik (DPP), berulang kali menyebut China berusaha campur tangan dalam pemilu, baik dengan cara militer maupun politik, guna menjamin hasilnya sesuai keinginan Beijing.
Kandidat unggulan, Wakil Presiden William Lai dari DPP, dikritik sebagai ”separatis” oleh Beijing. Lai menyatakan, dia ingin mengelola perdamaian dan status quo dalam relasi dengan China.
Sejak Presiden Tsai Ing Wen berkuasa di Taiwan pada 2016, China lebih keras menekan Taiwan dengan mengerahkan jet tempur dan kapal-kapal di sekitar wilayah tersebut.
Pada Jumat (15/12/2023), China menekan Taiwan melalui penyelidikan terkait hambatan dagang dan dengan pengerahan pesawat tempur ke Selat Taiwan. Kementerian Perdagangan China menyatakan, Taiwan memberlakukan hambatan dagang yang bertentangan dengan aturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan kesepakatan perdagangan pada 2010.
Kementerian Perdagangan menyebut, hambatan dagang itu ”berdampak negatif” pada perusahaan-perusahaan China. Meski demikian, kementerian tidak mengumumkan langkah-langkah untuk mengatasinya. Tidak jelas pula apakah penyelidikan itu sudah selesai.
Secara terpisah, Kemenhan Taiwan pada Jumat (15/12/2023) pagi mengungkap telah mendeteksi setidaknya 10 pesawat militer China yang beroperasi di dekat Taiwan. Pesawat itu termasuk jet tempur J-16 dan pengebom H-6. China menyebut pesawat-pesawat itu mengadakan ”patroli kesiapan perang gabungan” dengan kapal-kapal perang China.