Yahudi Amerika Serikat Desak Gencatan Senjata di Gaza
Sebagian warga Yahudi Amerika Serikat menolak perang dan mendesak gencatan senjata diberlakukan di Gaza.
Oleh
IWAN SANTOSA
·2 menit baca
LOS ANGELES, KAMIS — Kelompok Yahudi Amerika Serikat yang menolak perang terus mendesak gencatan senjata di Gaza. Desakan disampaikan kala sikap Washington cenderung berubah terhadap perang di Gaza.
Desakan terbaru dilakukan lewat penutupan sebagian jalan di Los Angeles pada Rabu (13/12/2023) pagi waktu setempat atau Kamis (14/12/2023) dini hari WIB. Mereka bagian dari gerakan Not in Our Name dan If Not Now. Gerakan itu merupakan upaya sebagian Yahudi AS menolak dicatut namanya oleh Pemerintah Israel dalam serangan ke Palestina.
Di jalan raya Los Angeles, mereka kembali mendesak agar gencatan senjata diberlakukan di Gaza. Desakan sejenis sudah berulang kali mereka suarakan. Bahkan, mereka pernah menyuarakan itu di dalam kantor parlemen AS, The Capitol.
Pada 10 November 2023, penggiat gerakan itu bergabung dengan warga antiperang di New York. Mereka menutup Stasiun Besar New York. Akibatnya, sejumlah orang ditangkap polisi. Dalam unjuk rasa di Los Angeles, polisi juga menangkapi puluhan orang dengan tudingan mengganggu ketertiban.
Hanya merusak
Sejarawan Chicago University, Robert Pope, mengatakan, 1 persen penduduk Gaza tewas karena serangan Israel dalam tiga bulan terakhir. ”Pengeboman Israel di Gaza merusak 25 persen dari kehidupan sipil dan terburuk dalam sejarah umat manusia,” kata akademisi Yahudi itu.
Perburuan Hamas, menurut Pope, adalah dalih Israel untuk menghancurkan Gaza dan kehidupan sipil di sana. ”Ini pengeboman tidak proporsional dan sembarangan,” ujarnya.
Kerusakan ditanggung Hamas dan Israel. Pekan ini, Israel mengumumkan kematian dua perwiranya di Gaza. Sementara di Gaza, sudah 18.000 warga meninggal.
Pemerintahan Joe Biden juga mengisyaratkan kegerahan pada cara Israel menyerbu Gaza. Meski tetap mengirimkan senjata ke Israel, Biden dan para pejabat AS semakin sering meminta Israel lebih serius melindungi warga sipil di Gaza.
Sikap keras AS juga ditujukan ke permukiman Israel di Tepi Barat. Pekan lalu, Washington mengumumkan tidak akan memberi visa ke pemukim yang terlibat penyerangan terhadap warga Palestina di Tepi Barat.
Pekan ini, AS menunda pengiriman 20.000 pucuk senapan ke Israel. AS khawatir, senapan itu malah dipakai pemukim di Tepi Barat untuk menyerang warga Palestina.
Di AS ada aturan yang dikenal sebagai Leahy Act. Undang-undang itu melarang pembeli memakai senjata buatan AS untuk tujuan ofensif. Senjata yang dibeli dari AS hanya boleh untuk pertahanan diri. Pihak-pihak di AS harus ikut bertanggung jawab jika senjata buatan AS dipakai untuk tujuan lain. (AFP/REUTERS)