Trump Berpotensi Memenangi Tarung Ulang atas Biden
Demokrat di Gedung Putih berharap mengulang kemenangan di pemilu tahun depan. Namun, survei menggambarkan sebaliknya.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·4 menit baca
WASHINGTON, RABU — Pemilihan presiden Amerika Serikat tahun 2024 merupakan pertandingan ulang antara kandidat kuat dari Partai Republik, Donald Trump, menghadapi satu-satunya kandidat Partai Demokrat, Joe Biden. Pertandingan ulang nanti diprediksi akan sengit dengan keunggulan tipis Trump atas Biden.
Hasil jajak pendapat Reuters/Ipsos yang diumumkan Selasa (12/12/2023) menunjukkan Trump unggul tipis dua poin atas Biden. Trump mendapat dukungan 38 persen, sementara Biden 36 persen dari total 4.411 responden. Sebanyak 26 persen responden masih belum menentukan pilihan. Mereka menyatakan tidak yakin atau mungkin memilih kandidat lain.
Trump yang tengah berhadapan dengan beberapa dakwaan tindak pidana, termasuk dugaan menyembunyikan dan kecerobohan dalam menyimpan informasi rahasia milik pemerintah federal, masih menjadi kandidat kuat pilihan rakyat AS terutama dari kalangan Republikan. Sebanyak 45 persen responden menyebut kemampuan Trump dan Partai Republik untuk mengelola perekonomian AS lebih baik dibandingkan Biden. Hanya 33 persen responden yang menyebut Biden dan tim ekonominya memiliki kemampuan yang lebih baik.
Namun, Biden dipandang lebih baik jika berurusan dengan hak-hak individual, khususnya perempuan dan soal pembatasan kepemilikan senjata. Sekitar 44 persen responden menyebut Biden memiliki kebijakan yang lebih baik jika menyangkut hak untuk aborsi. Sementara, hanya 29 persen responden mendukung Trump.
Trump memiliki dukungan yang cukup tinggi ketika berurusan dengan masalah imigrasi. Kekhawatiran terjadinya tingkat kriminalitas, yang diduga berkaitan dengan kehadiran para migran baru dari berbagai kawasan khususnya Amerika Latin, membuat 42 persen responden memilih Trump dibandingkan 32 persen yang memilih Biden. Sebanyak 54 persen responden setuju bahwa masalah migran membuat hidup lebih sulit bagi penduduk AS dan Trump adalah kandidat yang lebih baik untuk mengatasi hal ini.
Namun, potensi dukungan terhadap Trump bisa goyah. Dalam survei yang sama, 31 persen responden yang mengaku pendukung Partai Republik menyebut bahwa mereka akan mencabut dukungannya terhadap Trump jika dia dinyatakan bersalah karena terbukti melakukan kejahatan berat oleh juri.
Langkah Biden
Biden, dalam sebuah acara pengumpulan dana untuk pencalonannya beberapa hari lalu, berkomentar bahwa pencalonan dirinya bergantung pada maju atau tidaknya Trump dalam pemilihan tahun depan. Biden akan maju jika Trump mencalonkan diri dan sebaliknya. Dia menyatakan bahwa Trump dan pendukungnya harus dikalahkan dalam pemilihan tahun depan.
Namun, tak mudah bagi Biden untuk mengalahkan Trump dalam tanding ulang tahun depan. Beberapa faktor yang bisa memuluskan Trump untuk berkuasa kembali di Gedung Putih yakni ketidakpuasan rakyat AS pada situasi perekonomian selama masa pemerintahan Biden-Kamala Harris, kehadiran para migran, hingga masalah perang yang telah berdampak pada situasi di dalam negeri.
Ketidakpuasan tetap tinggi meski sejumlah indikator perekonomian membaik dalam beberapa bulan terakhir pemerintahan Biden. Angka pengangguran turun, dari 6,3 persen saat Trump berkuasa menjadi hanya 3,9 persen saat ini. Begitu juga dengan angka inflasi, dari 9 persen di tahun 2022 menjadi 3,2 persen pada Oktober tahun ini.
Namun, hal itu tidak memuaskan karena para pemilih kulit berwarna dan pemilih muda berpendapat bahwa penghasilan mereka tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Harga barang kebutuhan dan jasa, termasuk harga bahan makanan, mobil, rumah, hingga perawatan anak dan orang tua, makin tidak terjangkau.
Jajak pendapat memperlihatkan bahwa sebagian besar pemilih menilai Partai Republik lebih bisa mengelola perekonomian dibandingkan Partai Demokrat walau Trump sering kali memberikan usulan soal kebijakan ekonomi yang dinilai banyak analis tidak jelas.
Sikap Trump yang lebih mendahulukan kepentingan AS dengan slogannya ”Make America Great Again” dinilai lebih bisa diterima oleh para pemilih yang khawatir keterlibatan negara ini di Ukraina atau Israel menyedot lebih besar bantuan, yang seharusnya bisa digunakan untuk kesejahteraan mereka.
Kandidat independen
Hasil survei Reuters/Ipsos itu juga memperlihatkan hasil lain yang dinilai bisa meningkatkan daya tawar dari calon independen. Namun, pada saat yang sama, hal ini bisa menggerus dukungan terhadap Biden, satu-satunya kandidat Demokrat.
Survei memperlihatkan bahwa ketika responden disodori pilihan nama kandidat independen, sebanyak 16 persen memberikan respons positif pada satu nama, yakni Robert F Kennedy Jr. Kemunculan nama ini berdampak pada keunggulan Trump atas Biden melebar hingga lima poin. Trump 36 persen dan Biden hanya 31 persen. Trump juga unggul lima poin dari Biden di tujuh negara bagian ketika nama keponakan mantan Presiden AS John F Kennedy ini dimasukkan dalam pilihan kandidat bakal calon presiden.
Kennedy mengumumkan pencalonannya pada 10 Oktober lalu di Philadelphia. Dia menyebut alasannya maju sebagai kandidat independen adalah tindakan dari kedua partai telah memecah belah rakyat AS. ”Kami mendeklarasikan kemerdekaan kami dari kedua parpol itu,” kata aktivis anti-vaksin itu saat pengumuman pencalonannya.
Meski begitu, Kennedy harus berjuang keras untuk bisa lolos dalam pemilihan. Dia harus mengumpulkan dukungan yang cukup dari seluruh negara bagian. Sebagai langkah awal, saat ini mereka tengah berupaya untuk mencari dukungan dana setidaknya 15 juta dollar AS. Dana itu untuk ikut serta dalam pemungutan suara di sepuluh negara bagian. (AP/REUTERS)