Negeri yang Susah untuk Melucu
Komedian China, yang tampil melucu soal politik China, berisiko tinggi. Bukan hanya akan ditegur Pemerintah China, melainkan juga akan dianggap garing oleh penontonnya.
Tidak mudah bagi Xi Dao (33), komedian amatir yang tinggal di Melbourne, Australia, untuk membuat materi-materi lelucon atau bahan guyonan apa saja terkait China. Apalagi jika terkait politik China. Padahal, dia sering mempunyai ide lelucon terkait dengan nama keluarganya, yaitu Xi, yang kebetulan mirip dengan nama keluarga Presiden China Xi Jinping.
Namanya sendiri saja sudah sensitif secara politik. Setiap kali menyampaikan guyonan terkait China, Xi Dao tertawa agak gugup. Ia kerap merasa telah melanggar aturan tidak tertulis dalam dunia komedi China: tidak boleh mengatakan apa pun yang bisa membuat citra China buruk.
Baca juga : Dilarang Lucu di China
Bagi sebagian besar komedian, tidak boleh menyinggung China itu termasuk tidak boleh membuat lelucon mengenai aturan sensor yang ketat, tidak boleh menyebut nama presiden, tidak boleh membicarakan kebijakan pembatasan yang superketat pada waktu pandemi Covid-19, atau topik-topik sosial lain, seperti kekerasan dalam rumah tangga.
”Sangat disayangkan. Padahal, jika saja boleh terbuka tanpa larangan apa pun, pasti akan banyak muncul komedian-komedian (China) berkelas dunia,” kata Xi Dao.
Tren komedi tunggal atau stand-up comedy berbahasa Mandarin sekarang sedang berkembang dan tidak hanya di China. Dalam 10 tahun terakhir, komedi tunggal berkembang pesat seiring dengan banyaknya klub komedi di kota-kota besar dunia, seperti New York, Tokyo, dan Madrid, yang didirikan oleh ekspatriat China.
Di klub-klub komedi tersebut, semua materi lelucon terkait China juga tidak mendapat tempat karena mereka sendiri membatasinya. Meski berada di luar China, klub-klub itu tak luput dari pemantauan badan sensor China. Seperti yang dilakukan terhadap klub-klub komedi di China, badan sensor itu akan mengkaji materi lelucon klub-klub komedi di luar negeri terlebih dahulu sebelum sang komedian tampil. Badan sensor akan segera menghukum siapa saja yang melanggar aturan.
Baca juga : Komedi Membuka Ruang Diskusi dan Kritik
Ini pernah terjadi pada sebuah perusahaan hiburan yang didenda sekitar 2 juta dollar AS atau sekitar Rp 31 miliar ketika komedian terkenal, Li Haoshi, membuat lelucon yang merujuk pada slogan militer China. Di luar negeri, para komedian mengaku tidak takut dihukum dan tetap saja melontarkan guyonan yang agak menyindir politik China.
Banyak juga yang tidak begitu paham dengan humor politik karena para komedian itu tinggal di negara yang tidak suka lelucon dan sering menyensor humor politik.
Tetapi, menurut para penontonnya, lelucon politik mereka tidak lucu atau membuat orang merasa tidak nyaman. Banyak juga yang tidak begitu paham dengan humor politik karena para komedian itu tinggal di negara yang tidak suka lelucon dan sering menyensor humor politik.
”Kami bikin saja materi lelucon yang disukai penonton saja,” kata pengusaha klub komedi di Tokyo, Jepang, Guo Jia.
Direktur Institut Liu untuk Asia dan Studi Asia di Universitas Notre Dame, AS, serta guru besar sastra China, Michel Hockx, menjelaskan bahwa ketidaknyamanan terhadap isu politik menjadi bagian dari budaya China. ”Ada beberapa daerah di mana orang tidak mau datang ke klub komedi. Bukan karena kebijakan pemerintah, tetapi lebih karena tekanan sosial, budaya, atau agama,” ujarnya.
Baca juga : Humor sebagai Media Kritik Masih Relevan
Bagi Lin Dongxiao (28), komedian yang mulai tampil saat tinggal di Toronto, Kanada, berbagi lelucon di atas panggung adalah kesempatan untuk berbicara di depan umum tentang kelainan bawaan yang menyebabkan kaki pincang. Banyak orang tertawa ketika dia menceritakan bagaimana masyarakat China memperlakukan penyandang disabilitas.
Ada beberapa daerah di mana orang tidak mau datang ke klub komedi. Bukan karena kebijakan pemerintah, tetapi lebih karena tekanan sosial, budaya, atau agama.
Lin memiliki nama panggung ”Guazi”. Ia, misalnya, bercerita ada perempuan yang dia temui secara daring yang protes karena dia tidak bilang kakinya pincang dalam profil kencan daringnya.
”Ketika sedang lihat-lihat profil orang-orang di kencan daring biasanya, kan, informasinya bahwa mereka pelatih senam, punya tubuh bagus, pengusaha, gaji jutaan dollar. Kemudian tiba-tiba ada profil orang dengan surat keterangan 'cacat kelas tiga tanpa tunjangan apa pun',” ujar Lin. Mendengar hal itu, orang-orang tertawa terbahak-bahak.
Jangan singgung politik
Penggemar komedi Wenlai Cai (30), insinyur peranti lunak di Los Angeles, AS, mengaku senang mendengar lelucon tentang kehidupan LGBTQ dan hubungan antar-ras yang sangat dilarang di China daratan. Menurut dia, seharusnya boleh-boleh saja guyonan tentang kehidupan di China, tetapi memang harus ada batasan jika terkait dengan politik tingkat tinggi.
”Mungkin tidak perlulah bicara soal para pemimpin politik. Lagi pula, juga tidak ada gunanya untuk dibahas,” ujar Wenlai.
Komedian yang membuat lelucon politik China di hadapan penonton China kerap kali tidak laku karena dianggap garing dan membuat mereka merasa tidak nyaman. Xi Dao pernah tampil di sebuah restoran China di Australia dan pemiliknya memintanya untuk berhati-hati ketika berbicara.
Tetapi, Xi Dao tetap nekat. Akibatnya, tidak ada respons dari penonton. Akhirnya, sekarang dia hanya mau tampil di tempat-tempat yang penontonnya berbahasa Inggris saja.
Zhu Jiesheng, pengelola klub komedi tunggal di Madrid, Spanyol, demi menjaga keamanan semuanya, harus mengkaji dulu lelucon para komedian yang mau manggung. Dia spesifik meminta mereka untuk tidak melontarkan lelucon yang bisa melanggar batas politik.
Namun, ketika seorang komedian bersikeras menceritakan lelucon tentang kebijakan pembatasan pandemi di Shanghai, Zhu tidak bisa menghentikannya. ”Penonton juga tidak mengerti maksud leluconnya. Malah jadi memicu perdebatan di belakang panggung. Makanya itu, politik dan komedi itu tidak bisa disatukan,” kata Zhu.
Baca juga : Sensor China Merambah Industri Hiburan Digital
Komedian sangat sadar, orang bisa mendapat masalah hanya karena kata-katanya. Zhong Di (30), komedian di Milan, Italia, meminta komedian untuk senantiasa berhati-hati. Pasalnya, kalau ada satu komedian saja yang membuat kesalahan, itu pasti akan berdampak pada keseluruhan industri komedi tunggal.
Lin Dongxiao, yang baru-baru ini pindah kembali ke China untuk mengejar karier sebagai komedian tunggal, mengatakan, industri komedi tunggal ini masih dalam tahap pemulihan dari tindakan keras pemerintah yang dipicu oleh leluconnya. Kantor berita Associated Press (AP) tidak dapat menghubungi Lin untuk mendapatkan komentar. sedangkan perusahaan manajemennya tidak menanggapi permintaan wawancara.
Pemerintah China bisa menindak atau mengancam bintang internasional dari luar negeri dengan boikot atau larangan tampil di China. Nigel Ng, komedian Malaysia di Inggris yang menciptakan karakter populer Paman Roger, kehilangan akun media sosialnya di China setelah rekaman video pertunjukan langsungnya menjadi viral. Di video itu dia bercanda tentang Pemerintah China yang senantiasa menguping pembicaraan warganya melalui telepon seluler.
Vicky Xu, wartawan kelahiran China di Australia yang juga biasa tampil pada acara komedi tunggal dalam bahasa Inggris, menceritakan bahwa masyarakat China sebenarnya sudah sejak lama sering melontarkan lelucon tentang topik yang sensitif. Itu bisa dilihat dari banyaknya film atau acara televisi yang dibuat di China sekitar 20 atau 30 tahun lalu dengan materi lelucon-lelucon politik dibandingkan zaman sekarang. ”Kenapa bisa begitu?” tanyanya.
Xu kerap mengkritisi Pemerintah China dan mendapat pukulan keras dari media resmi China dan kelompok-kelompok nasionalis China. Ia mengatakan, dunia politik sangat memengaruhi kehidupan masyarakat di China. Tidak membicarakannya itu seperti ”mengabaikan gajah di dalam ruangan”. Tidak mungkin tidak membicarakan isu politik karena sehari-hari pun yang dibicarakan juga politik.
Yang menjadi masalah bagi Lin adalah kewajiban sensor yang konon untuk mencegah kekacauan. Mereka diwajibkan mengirimkan materi lelucon ke badan sensor itu beberapa minggu sebelum pertunjukan. Ini yang tidak mudah dilakukan oleh komedian.
”Tidak ada yang memberi tahu saya apa saja yang boleh atau tidak boleh saya katakan. Ini yang bikin susah. Saya hanya menyerahkan saja apa pun yang saya punya dan akan mengubahnya jika ternyata tidak disetujui,” ujar Lin. (AP)