Pengeluaran bulanan bagi seorang lajang mencapai 3.000 dollar Singapura (Rp 34,9 juta).
Oleh
FRANSISCA ROMANA
·3 menit baca
Tren kenaikan harga-harga secara global turut mendongkrak biaya hidup di sejumlah kota di dunia. Tahun ini, Singapura mempertahankan posisi sebagai kota termahal di dunia. Posisi ini telah bertahan sembilan kali dalam 11 tahun terakhir. Singapura berbagi dengan Zurich, kota terbesar di Swiss, memuncaki daftar kota termahal di dunia yang dirilis The Economist Intelligence Unit, Kamis (30/11/2023).
Zurich menggeser posisi New York (Amerika Serikat) yang tahun lalu berada di peringkat kedua. Secara keseluruhan, 10 peringkat teratas kota termahal tahun ini terdiri dari dua kota di Asia (Singapura dan Hong Kong), empat kota di Eropa (Zurich, Geneva, Paris, dan Kopenhagen), tiga di Amerika Serikat (New York, Los Angeles, dan San Francisco), serta Timur Tengah (Tel Aviv).
Survei tahun ini mencakup 173 kota besar di seluruh dunia. Rata-rata global dihitung tanpa memasukkan Kyiv (Ukraina) yang tidak disurvei tahun 2022 dan Caracas (Venezuela) yang mengalami hiperinflasi. Survei juga dilakukan sebelum pecah perang Israel-Hamas yang memengaruhi nilai tukar dan ketersediaan barang.
Singapura mempertahankan status sebagai kota termahal di dunia berkat tingginya biaya transportasi, bahkan yang tertinggi di dunia. Ini terjadi karena kontrol ketat pemerintah terhadap jumlah kendaraan pribadi. Di luar itu, Singapura juga dikenal sebagai salah satu kota paling mahal untuk harga pakaian dan kebutuhan pokok.
BBCIncorp, perusahaan konsultan yang berbasis di Singapura, mengutip data statistik terbaru, mengungkap, rata-rata pengeluaran bulanan bagi seorang lajang mencapai 3.000 dollar Singapura-4.000 dollar Singapura (Rp 34,9 juta-Rp 46,5 juta). Untuk menikmati hidup yang nyaman di Singapura, sebut laman perusahaan itu, seseorang harus punya gaji bulanan 6.000 dollar Singapura-8.000 dollar Singapura (Rp 69,8 juta-Rp 93 juta).
Sebagian jumlah itu digunakan untuk keperluan tempat tinggal. Sewa apartemen satu kamar di pusat kota bisa mencapai 2.500 dollar Singapura (Rp 29 juta) per bulan. Itu masih harus ditambah biaya transportasi untuk transportasi umum dan kadang-kadang taksi serta kebutuhan hidup sehari-hari. Belum lagi biaya utilitas, seperti listrik dan air, layanan kesehatan, dan hiburan.
Adapun di Zurich, menurut The Economist Intelligence Unit (EIU), kuatnya kenaikan mata uang franc Swiss turut menyumbang tingginya biaya hidup. Di kota itu, harga barang-barang kebutuhan sehari-hari tinggi. Laman Universitas ETH Zurich melansir, rata-rata biaya hidup per bulan seorang lajang di Zurich bisa mencapai 2.250 franc Swiss (Rp 39,9 juta). Pengeluaran terbesar untuk tempat tinggal, makan, pakaian dan kebutuhan sehari-hari, serta asuransi kesehatan.
Kenaikan harga
EIU menyebut, rata-rata harga naik 7,4 persen tahun ini dalam mata uang lokal untuk lebih dari 200 barang dan jasa yang digunakan masyarakat pada umumnya. Tahun lalu, kenaikan harga mencapai 8,1 persen. Meski turun, kenaikan harga tahun ini tetap lebih tinggi dibandingkan periode 2017-2021.
”Krisis kenaikan biaya hidup jauh dari selesai. Level harga masih lebih tinggi di atas tren selama ini. Kami memperkirakan inflasi akan menurun pada 2024,” kata Upasana Dutt, yang memimpin studi tersebut.
Secara global harga sejumlah utilitas (energi dan air) mengalami inflasi paling lambat dalam 10 kategori dalam survei EIU. Tahun lalu, kategori utilitas mengalami kenaikan paling cepat. Harga kebutuhan pokok sehari-hari tahun ini mengalami kenaikan tertinggi. Inflasi bahan pangan terjadi di seluruh dunia dipengaruhi cuaca ekstrem.
Kota-kota di Eropa rata-rata naik peringkat sebagai kota termahal di tengah inflasi dan apresiasi euro dan mata uang lokal lain di kawasan. Sementara kota-kota di Asia mengalami kenaikan harga yang relatif tidak setinggi di Eropa. Empat kota di China (Nanjing, Wuxi, Dalian, dan Beijing) serta dua kota di Jepang (Osaka dan Tokyo) termasuk yang peringkatnya turun cukup banyak tahun ini.
Di sisi lain, kota-kota di Rusia, yakni Moskwa dan St Petersburg, mengalami penurunan tajam dalam peringkat tersebut akibat merosotnya mata uang rubel. Berbagai sanksi yang diterapkan negara-negara Barat menyusul invasi Rusia ke Ukraina turut menyumbang penurunan peringkat kota-kota itu. Moskwa menempati urutan ke-142 dan St Petersburg di urutan ke-147.
Sebaliknya, kota termurah di dunia menurut peringkat EIU adalah Damaskus (Suriah) dan Teheran (Iran). (AFP/REUTERS)