Hamas dikabarkan bersedia memperpanjang jeda kemanusiaan. Warga dan sejumlah pihak mendesak adanya gencatan senjata.
Oleh
IRENE SARWINDANINGRUM
·4 menit baca
GAZA, RABU - Isu sandera Hamas adalah kunci perpanjangan jeda kemanusiaan di Jalur Gaza. Dengan jumlah sandera 159 orang pada Rabu (29/11/2023), Hamas berharap masih dapat memperpanjang jeda kemanusiaan di Jalur Gaza hingga 16 hari ke depan. Israel dan Hamas sepakat bahwa pembebasan 10 sandera warga Israel diganti dengan jeda kemanusiaan selama 1 hari. Sementara Hamas juga meminta ganti pembebasan tiga warga Palestina dari penjara Israel untuk satu orang Israel yang dibebaskan Hamas.
Sejauh ini, Hamas terus memberikan sinyal untuk memperpanjang jeda kemanusiaan dan bersedia membebaskan sandera. Bahkan, Hamas dikabarkan bersedia memperpanjang jeda kemanusiaan hingga empat hari lagi. Sebelumnya, Israel dan Hamas menyepakati jeda kemanusiaan selama empat hari, terhitung sejak Jumat (24/11/2023).
Melihat tanggapan positif dari para pihak, Israel dan Hamas lantas memperpanjang jeda kemanusiaan itu. Mereka sepakat menambah dua hari lagi. Jeda kemanusiaan itu akan berakhir pada Kamis (30/11/2023) pagi waktu setempat.
”Hamas bersedia memperpanjang gencatan senjata selama empat hari dan membebaskan lebih banyak sandera Israel dengan imbalan tahanan Palestina,” kata sebuah sumber yang dekat dengan Hamas.
Pada Selasa di Doha, Qatar, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Qatar Majed Al-Ansari mengatakan, saat ini para diplomat terus mengupayakan jeda kemanusiaan berkelanjutan. Target akhir negosiasi itu adalah mengakhiri perang tersebut. ”Akan tetapi, kami bekerja sesuai dengan apa yang kita miliki. Yang kita miliki saat ini adalah kesepakatan yang bisa diperpanjang, selama Hamas dapat memastikan pembebasan sedikitnya 10 sandera setiap hari,” ucapnya.
Di sisi lain, Israel telah menegaskan, pihaknya menganggap jeda kemanusiaan sebagai jeda singkat. Jeda dibuat untuk memastikan pembebasan sandera sebelum perang berlanjut lagi.
Meskipun sejauh ini jeda kemanusiaan berlangsung mulus, sempat terjadi insiden tembak-menembak antara Israel dan kelompok bersenjata di Gaza utara. Hamas dan Israel saling menuduh bahwa pihak lawan adalah pelanggar kesepakatan.
Namun, Ansari menilai, pelanggaran itu sangat minimal sehingga tidak merusak esensi perjanjian. Selama ini, Qatar berperan besar dalam mengawasi jalannya jeda kemanusiaan dan terus mengupayakan negosiasi jeda kemanusiaan itu dengan berbagai pihak.
Terkait upaya untuk memperpanjang jeda kemanusiaan itu, para petinggi lembaga mata-mata negara terkait telah berkumpul di Doha. Direktur Badan Pusat Intelijen AS (CIA) William Burns dan Direktur Mossad Israel David Barnea tiba di Doha pada Selasa.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dijadwalkan mengunjungi Timur Tengah pada pekan ini. Target kunjungan Blinken adalah memperpanjang jeda kemanusiaan.
Hingga Rabu, sandera yang dibebaskan Hamas berjumlah 83 orang dari 240 orang yang dilaporkan disandera. Jumlah ini terdiri dari 60 warga Israel dan 23 warga negara asing yang didominasi Thailand. Pembebasan warga negara asing ini di luar kesepakatan dengan Israel. Mereka terdiri dari warga Rusia-Israel, 20 warga Thailand, dan satu warga Filipina.
Semua warga Israel yang dibebaskan adalah anak-anak dan perempuan. Sementara itu, Israel telah membebaskan 180 warga Palestina dari tahanan Israel. Hamas telah memberikan sinyal juga bersedia membebaskan warga Israel laki-laki.
Namun, belum jelas apakah akan ada perbedaan kesepakatan untuk pembebasan sandera laki-laki ataupun tentara Israel. Sejumlah pihak menduga, Hamas akan menawar lebih tinggi untuk pembebasan sandera laki-laki, apalagi pembebasan tentara Israel.
Pada pembebasan tahap kelima, Hamas membebaskan 12 orang pada Rabu, terdiri dari 10 warga negara Israel dan dua warga negara asing. Sementara Israel membebaskan 30 warga Palestina dari tahanan Israel. Para sandera berusia 17 tahun hingga 84 tahun.
Selain Hamas, sebagaimana dikutip dari situs Human Rights Watch sejumlah warga Israel disandera oleh beberapa kelompok bersenjata, di antaranya Jihad Islam. Mereka disebut-sebut menahan 30 sandera.
Fase lanjut
Sebuah sumber mengungkapkan, fokus pembicaraan para pihak saat ini adalah perpanjangan jeda kemanusiaan. Bahkan, para pihak berharap keberhasilan pembicaraan itu akan mengarah pada fase lanjut.
Sementara itu, para menteri luar negeri negara-negara anggota G7 mendesak adanya gencatan senjata. ”Kami mendukung perpanjangan lebih lanjut dari jeda ini, dan jeda di masa depan jika diperlukan, untuk memungkinkan bantuan ditingkatkan, serta untuk memfasilitasi pembebasan semua sandera,” tutur mereka dalam sebuah pernyataan, Selasa.
Penghentian perang merupakan harapan 2,3 juta warga Gaza. Selama jeda ini, mereka berbondong-bondong pulang ke rumah masing-masing. Warga memilih tinggal di rumah mereka meskipun tinggal puing-puing.
”Saya berharap jeda ini akan menghasilkan gencatan senjata total karena kami bosan tidur di luar rumah saat hujan, kehilangan orang-orang yang kami cintai, dan harus mengungsi,” ujar Umm Mohammed, yang terpaksa meninggalkan rumahnya di Gaza utara.