Kembali ke Wuhan Setelah Pandemi
Wuhan pernah menjadi ”titik panas” saat wabah Covid-19 merebak pada 2019. Kini kota itu bangkit dan terus menata diri.
Kesibukan kota Wuhan menjelang akhir November 2023 tampak seperti empat tahun silam sebelum pandemi Covid-19 melanda. Ketika rombongan akademisi dari Indonesia tiba di Bandara Tian He, Senin (20/11/2023) menjelang tengah malam, masih terlihat aktivitas di tempat itu. Di sepanjang jalan menuju pusat kota, lampu-lampu gedung pun gemerlapan.
Dari bandara, rombongan menuju ke hotel di dekat kampus Central China Normal University (CCNU) atau biasa disebut Hua Zhong Da. Perjalanan ditempuh sekitar satu jam. ”Sekarang lumayan (lebih lancar) karena malam hari. Saat siang (perjalanan) bisa dua jam lebih,” kata Toby Wang, pemandu rombongan.
Wang pernah menempuh kuliah bahasa Indonesia di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Ia menuturkan, situasi di Wuhan sudah normal. Banyak proyek dibangun di kota tersebut. Luas kota Wuhan mencapai 8.494 kilometer persegi atau 12 kali luas kota Jakarta. Namun, Wuhan ibaratnya Kota Magelang yang disebut ”Paku Pulau Jawa”. Wuhan disebut zhong bu (bagian tengah atau pusat) daratan China.
Sekarang lumayan (lebih lancar) karena malam hari. Saat siang, (perjalanan) bisa dua jam lebih.
Wuhan yang telah berusia 3.500 tahun adalah kota industri. Sebelum pecah Perang Dunia II, bangsa-bangsa Barat menyebut Wuhan sebagai Chicago-nya China. Dengan pusat industri dan danau-danau besar, Wuhan mirip dengan kota Chicago di Amerika Serikat dengan Great Lakes.
Jalur kereta api, penerbangan, dan logistik melalui Sungai Yangtze sepanjang 6.380 kilometer melintasi Wuhan. Sungai Yangtze juga membelah Wuhan bagian utara dan selatan dengan tipologi khas wilayah selatan China, yakni tempat pertemuan budaya Han atau Tionghoa dengan kebudayaan Austronesia yang terkait erat dengan Indonesia, Malaysia, dan Filipina.
Setelah setengah jam perjalanan Wang, menunjukkan Sungai Yangtze yang membelah Wuhan tersebut. Pemimpin China Mao Zedong pada 1966 dilaporkan berenang melintasi Sungai Yangtze di Wuhan sebagai simbol kembalinya dia memimpin China dan mengarahkan Revolusi Kebudayaan.
Mao disebut-sebut berenang sejauh 15 kilometer selama 65 menit dan tidak menunjukkan tanda kelelahan. Menurut Wang, lokasi tempat Mao berenang kini menjadi salah satu situs bersejarah di Wuhan.
Baca juga : Wuhan Dalam Balutan Warna Suka dan Duka
Teknologi informasi
Pada November 2019, Kompas berkesempatan mengunjungi Wuhan. Kala itu terlihat pentingnya posisi Wuhan bagi China dalam hal pengembangan teknologi informasi (TI). Di tempat itu berbagai teknologi, seperti 5G, bahkan 6G, dikembangkan para ahli (Kompas.id, 5 Februari 2020).
Berbagai perusahaan TI raksasa seperti Huawei dan Xiaomi turut membangun perkantoran dan pusat riset di Wuhan. Pemerintah pusat dan pemerintah kota Wuhan bersama membangun Optics Valley dengan tengara utama bangunan kubah bundar nan futuristik.
Di sebelah Optics Valley, terdapat pusat pertokoan yang membentang beberapa kilometer dan dikenal sebagai Optics Valley Pedestrian Street. Berbagai toko kelas atas hingga kelas bawah ada di tempat itu.
Baca juga : Kota Wuhan yang Saya Kenal
Mengutip laporan kantor berita China, Xinhua, 22 September 2022, Optics Valley atau nama resminya The East Lake High-tech Development Zone merupakan kluster teknologi tinggi dan mutakhir. Selama beberapa dekade terakhir, Provinsi Hubei mengalami ledakan teknologi. Industri-industri baru bermunculan dengan cepat.
Seiring dengan pertumbuhan tersebut, produk domestik bruto provinsi meningkat dari 2,26 triliun yuan tahun 2012 menjadi lebih dari 5 triliun yuan pada 2021. Jumlah perusahaan teknologi tinggi juga melonjak dari 1,577 perusahaan pada 2012 menjadi 14.560 perusahaan pada 2021.
Menurut Xinhua, Optics Valley adalah lambang dari pertumbuhan ekonomi provinsi berbasis inovasi. Di sana berkumpul talenta-talenta yang menghasilkan berbagai terobosan inovatif.
Laporan China Daily, 3 Agustus 2023, menyebut, Wuhan terus berupaya menjadi pusat inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi nasional. Semakin banyak teknologi dan inovasi kunci yang krusial terus bermunculan. Pada Juni 2023, Kementerian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi China menyetujui pembangunan generasi baru kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) nasional dan pusat inovasi di Wuhan AI Computing Center.
Wuhan kini menjadi rumah bagi 650 perusahaan AI dengan industri inti telah mencapai 33,4 miliar yuan. Wuhan pun menempati posisi kelima dalam penilaian kapasitas inovatif tahun 2022 untuk kota berbasis inovasi tingkat nasional.
Pada hari terakhir kunjungan di Wuhan, rombongan akademisi Indonesia diajak mengunjungi Optics Valley. Kami mengunjungi kantor pusat pabrik pembuat kabel fiber optik terbesar di dunia, YOFC. Pabrik itu membuka cabang di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia sebagai bagian Prakarsa Sabuk dan Jalan (BRI).
Selain itu, rombongan juga mengunjungi gedung baru berbentuk bunga teratai dan benih teratai di pusat industri siber Wuhan. Gedung tersebut sepenuhnya menggunakan tenaga angin dan tenaga surya untuk membangkitkan listrik, dan dibiayai bersama oleh pemerintah kota Wuhan dan kampus CCNU. Di dalam gedung yang dirancang arsitek Belanda itu ditampilkan rencana proyek Kota Baru Wuhan.
Atase Pendidikan Kedutaan Besar RI di Beijing Yudhil Chatim yang membuka seminar di CCNU mengatakan, Wuhan tumbuh sebagai kota yang semakin modern. “Saya kuliah di CCNU tahun 2006. Wuhan belum semodern sekarang. Kini setelah pandemi, kota ini semakin ramai dan banyak proyek baru,” katanya.
Antarwarga
Rombongan akademisi dari Indonesia berbicara dalam sebuah seminar tentang hubungan antara warga Indonesia dan China di CCNU. Pemandangan “luar biasa” tampak di area parkir di pintu selatan kampus tersebut.
Banyak mobil mewah berbagai merek buatan Eropa, Amerika Serikat, hingga aneka mobil listrik buatan China terparkir di kampus yang merupakan salah satu universitas pendidikan terbaik di China.
Mobil-mobil itu rupanya milik para profesor dan dosen China yang aktif melakukan penelitian dan mencatatkan hak paten sehingga mendapatkan banyak royalti. Praktis, kehidupan mereka pun terjamin.
Bangunan kampus CCNU tempat seminar berlangsung pun terlihat mewah. Saat saya datang ke kampus CCNU empat tahun silam, gedung itu belum ada. Gedung itu melengkapi deretan bangunan baru, termasuk pusat layanan mahasiswa asing yang berada di dekat deretan restoran dan kantin.
Baca juga : Kota Tua Wuhan, ”Silicon Valley” China
Dari gerbang belakang kampus terlihat deretan toko, termasuk yang memajang karakter hijau-kuning sebagai ciri-ciri restoran dengan makanan halal. Restoran dengan karakter kanji bertuliskan Jing Zhen (halal) dan restoran lain dengan tulisan Lan Zhou La Mian (mi Lanzhou), salah satu menu khas muslim China, terlihat di deretan restoran dan toko tersebut.
Tak ketinggalan ada gerai restoran waralaba makanan cepat saji yang ramai pengunjung. Keberadaan restoran halal adalah salah satu bagian identitas lokal di kampus-kampus China sejak puluhan tahun silam.
Kami berkesempatan mencicipi masakan di restoran milik seorang muslim Hui asal Xinjiang dengan pekerja pemuda-pemudi dari etnis Uyghur. Menu sate kambing dan roti naan pun segera terhidang. Di malam hari dengan suhu 15 derajat celsius, Wuhan pun terasa hangat.
Setelah pandemi Covid-19 berlalu, Wuhan pun berupaya bangkit kembali. Bagaikan burung phoenix yang bangkit dari abu.