Dari Pencucian Uang hingga Penipuan Ponzi, Bursa Kripto Berguguran di Meja Hukum
Binance memproses transaksi dari pihak-pihak yang mencurigakan, mendukung aktivitas mulai dari pelecehan seksual terhadap anak-anak, transaksi narkotika ilegal, hingga transaksi finansial untuk kegiatan terorisme.
Oleh
IRENE SARWINDANINGRUM
·3 menit baca
WASHINGTON, RABU – Pendiri dan pemimpin Binance, Changpeng Zhao, mengaku bersalah dalam kasus pencucian uang. Akibatnya, Binance yang merupakan bursa uang kripto itu harus membayar denda 4 miliar dollar AS. Dengan kasus Binance, sudah berkali-kali bursa kripto terguncang pelanggaran hukum.
Zhao mengaku bersalah dalam sidang di pengadilan Seattle, Negara Bagian Washington, Amerika Serikat, pada Selasa (21/11/2023). ”Menggunakan teknologi baru untuk melanggar hukum tidak menjadikan Anda pelaku disrupsi, namun menjadikan Anda penjahat,” kata Jaksa Agung AS Merrick Garland soal kasus Binance.
Garland menyebut, denda itu salah satu hukuman korporasi terbesar dalam sejarah AS. Zhao, yang selama ini disebut sebagai orang paling berkuasa di mata uang kripto, telah mengundurkan diri sebagai CEO Binance.
Hukuman Binance bukan hanya denda. Bursa uang kripto itu juga diawasi ketat Departemen Keuangan AS selama lima tahun.
Banyak tuduhan
Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan, ada 100.000 transaksi mencurigakan diproses Binance. Transaksi terkait narkotika, terorisme, hingga paedofilia.
Binance juga memfasilitasi transaksi dengan atau di antara pihak-pihak yang masuk daftar sanksi AS. Binance tidak pernah sekalipun melaporkan transaksi-transaksi itu kepada pihak berwenang.
Ada juga tuduhan lain kepada Binance: menjadi bursa tidak terdaftar. Aktivitas itu melanggar banyak aturan sekuritas di AS. Sebagian kasus Binance dan Zhao mirip dengan kasus yang menjerat FTX dan pendirinya, Sam Bankman-Fried. Kini, Bankman-Fried yang pernah dipuja sebagai anak ajaib sektor kripto itu mendekam di tahanan.
Seperti Bankman-Fried, Zhao juga dituding mengalihkan dana investor tanpa izin. Ia menyembunyikan fakta Binance mencampurkan aset investor. Dana bernilai miliaran dollar AS itu malah dipindahkan ke perusahaan lain yang juga dikendalikan Zhao.
Pengacara Zhao, Mark Bartlett, mengatakan, kliennya telah mengetahui penyelidikan tersebut sejak Desember 2020. Zhao yang selama ini tinggal di Uni Emirat Arab (UEA) itu menyerahkan diri dengan sukarela meskipun UEA tidak memiliki perjanjian ekstradisi dengan AS. ”Dia memutuskan untuk datang ke sini dan menghadapi konsekuensinya,” ujar Bartlett.
Zhao, yang sudah menikah dan memiliki anak di UEA itu, berjanji akan kembali ke AS untuk menjalani hukuman jika diizinkan tinggal di sana untuk sementara waktu. ”Saya ingin mengambil tanggung jawab dan menutup babak ini dalam hidup saya,” kata pria kelahiran Shanghai, China, itu.
Vonis terhadap Zhao kemungkinan akan dijatuhkan pada 23 Februari 2024 atau lebih lama lagi. Zhao berpotensi divonis hingga 1,5 tahun penjara. Ada juga berpeluang dikenai denda hingga penyitaan aset.
Skandal kripto
Kasus Binance-Zhao menambah panjang daftar kemelut uang kripto. Sebelum ini, Bankman-Fried dinyatakan terbukti merugikan investor dan pelanggan sebanyak 10 miliar dollar AS. Ia memakai dana itu untuk menyumbang politisi, bersenang-senang, hingga membiayai perdagangan oleh perusahaan lain yang dikendalikannya.
Ia menggunakan FTX dan Alameda Research untuk beraksi. Mayoritas pelanggan dan investor tidak akan bisa mendapatkan lagi uang mereka. Meski terkesan rumit, pada dasarnya penipuan Bankman-Fried memakai skema ponzi.
Zhao dan Bankman-Fried saling kenal, lalu bersaing. Bahkan, Binance menyetor modal awal FTX kala Bankman-Fried memulai bursa itu pada 2019. Pada November 2022, Zhao mengumumkan penjualan seluruh investasinya di FTX. Akibatnya, investor panik dan FTX akhirnya tumbang. (AFP/REUTERS)