Iron Beam, Andalan Baru Israel Setelah Kegagalan Iron Dome
Israel menjadikan berbagai perang Gaza sebagai ladang pengujian senjata. Aneka senjata yang terbukti sukses di Gaza cenderung laris terjual ke sejumlah negara.
Oleh
KRIS MADA, IWAN SANTOSA
·4 menit baca
AP PHOTO/ARIEL SCHALIT
Artileri pertahanan udara andalan Israel, Iron Dome, meluncurkan rudal penangkis pada Agustus 2022. Pada 7 Oktober 2023, artileri pertahanan udara itu kewalahan karena Hamas menembakkan ribuan roket dalam waktu singkat. Karena itu, Israel mengenalkan sistem penangkis baru, Iron Beam.
Serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 menunjukkan kelemahan Iron Dome, artileri pertahanan udara atau arhanud Israel. Militer Israel memutuskan percepatan penggunaan senjata yang memanfaatkan laser.
Newsweek melaporkan pada Senin (20/11/2023), militer Israel telah menggunakan Iron Beam buatan Rafael Advanced Defense Systems. Sistem baru itu disebut telah dipakai untuk menjatuhkan roket dari Gaza.
Sistem pertahanan udara itu dirancang menjatuhkan roket, rudal, pesawat nirawak, atau perangkat serangan udara lainnya. Obyek sasaran Iron Beam bisa dalam radius beberapa ratus meter hingga beberapa puluh kilometer. Rafael belum mengungkap jangkauan terjauh Iron Beam.
Mantan Perdana Menteri Israel Naftali Bennett menyebut sistem itu sebagai ”Tembok Laser”. Bennett menyebutnya sesuai dengan jenis penangkis serangan udara di sistem itu.
Bennett dan Rafael pernah menyebut, Iron Beam akan dioperasikan pada 2025. Pada Februari 2023, tiruan purwarupa Iron Beam ditunjukkan dalam pameran persenjataan dan teknologi di Uni Emirat Arab.
Dalam laporan pada 13 November 2023, The Economist juga mengulas Iron Beam. Majalah Inggris itu mengutip Uzi Rubin, perintis pengembangan pertahanan udara Israel. Menurut Rubin, Iron Beam adalah senjata dengan magasin tidak terbatas.
KOMPAS
Apa itu iron dome? Mengapa sistem pertahanan yang diklaim canggih itu masih bisa ditembus roket Hamas, di mana letak kelemahannya? Lalu, teknologi pertahanan seperti apalagi yang akan dikembangkan?
Iron Dome mengandalkan rudal sebagai penangkis serangan udara. Karena itu, ada keterbatasan jumlah rudal dan waktu pengisian ulang rudal di Iron Dome. Keterbatasan itu menjadi salah satu penyebab arhanud andalan Israel itu kewalahan pada 7 Oktober 2023.
Sementara Iron Beam menggunakan laser untuk menangkis serangan udara. Secara teoretik, selama dayanya masih ada, laser akan terus bisa dipakai. ”Selama ada listrik, laser bisa ditembakkan,” kata pakar persenjataan pada Hudson Institute, Bryan Clark, kepada CNBC.
Memang, para pakar persenjataan elektronika tetap memberi catatan untuk Iron Beam. Salah satunya, laser butuh daya besar dan jeda pengumpulan energi sebelum dilepaskan ke obyek serangan udara. Persoalan bertambah jika Iron Beam diletakkan di lokasi yang jauh dari sumber atau jaringan pasokan listrik berdaya tinggi.
Dana pengembangan
Pada 20 Oktober 2023, Presiden Amerika Serikat Joe Biden menyebut paket bantuan 106 miliar dollar AS untuk Israel-Ukraina. Dari dana itu, 1,2 miliar dollar AS akan dialokasikan untuk pengembangan Iron Beam.
Hak cipta Iron Beam memang dimiliki bersama AS-Israel. ”AS akan diuntungkan dengan pengembangan ini. Dana untuk sistem itu akan menjadi investasi penting dalam pengembangan senjata non-kinetik,” kata analis pertahanan pada Foundation for Defense of Democracies, Mark Montgomery.
Asisten Direktur Jenderal Angkatan Darat (AD) pada Departemen Pertahanan AS Douglas Bush menyebut, AS memang sedang mengembangkan laser untuk pertahanan. Walakin, sistem AS tidak benar-benar persis Iron Beam.
Meski demikian, ia sepakat dengan Montgomery bahwa kesuksesan Iron Beam akan baik bagi AS. ”Jika (Israel) sukses, AD bisa memacu percepatan,” ujar penanggung jawab pengadaan, logistik, dan teknologi AD AS itu.
AD AS menyebut sistemnya bagian dari Kemampuan Perlindungan Tembak Tidak Langsung (IFPC). AD berharap purwarupa IFPC bisa diterima dalam waktu dekat dari kontraktornya. Produsen produk pertahanan AS, Lockheed Martin, mengembangkan laser IFPC.
Senjata lain
Perang Gaza 2023 tidak hanya menyingkap peran Iron Beam. Israel juga menunjukkan Iron Sting yang dikembangkan Elbit System. Pada April 2021, Elbit dan Direktorat Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertahanan Israel menyiarkan video uji coba Iron Sting.
Dalam laporan pada 22 Oktober 2023, Jerusalem Post mengungkap penggunaan mortar itu di Gaza. Mortar itu menggunakan laser sebagai pemandu ke sasaran. Salah satu regu IDF, Maglan, disebut memakai mortar itu di Gaza. Jangkauan terjauhnya 12 kilometer dan bisa menembus tembok beton.
Senjata andalan Israel lainnya adalah pesawat nirawak Heron TP ”Eitan” yang diperkenalkan dalam perang tahun 2007. Pesawat itu buatan Industri Angkasa Israel (IAI), perusahaan angkasa dan pertahanan serta eksportir terbesar Israel.
Waktu jelajahnya mencapai 40 jam dan bisa membawa hingga empat roket. Israel mengembangkan roket khusus berisi kepingan-kepingan logam tungsten. LSM Inggris, Drone Wars UK, dan Defence For Children International menyebut, ribuan anak Palestina tewas atau cedera oleh pesawat dan roket itu.
Pakar kajian perang pada Kings College London, Lawrence Freedman, menyebut Israel menjadikan berbagai perang Gaza sebagai ladang pengujian senjata. Aneka senjata yang terbukti sukses di Gaza cenderung laris terjual ke sejumlah negara.
KOMPAS
Rumah sakit Indonesia di Gaza diserang Israel, Senin (20/11/2023). Rekaman penyerangan rumah sakit Indonesia diunggah akun instagram eye on Palestine.
Dalam laporan pada 2019, Amnesty International menyebut penjualan senjata Israel berlangsung tertutup. ”Tanpa dokumen penjualan, tidak diketahui kapan senjata dijual oleh perusahaan mana, berapa jumlahnya, dan lain-lain,” demikian pernyataan lembaga itu.
Menurut Amnesty International, pabrikan senjata Israel mengekspor senjata ke tujuan akhir setelah melalui beberapa tahap transaksi sehingga tidak terpantau dalam sistem keuangan internasional. Israel hingga kini belum meratifikasi Perjanjian Perdagangan Senjata yang dapat membatasi penggunaan senjata digunakan dalam tindakan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Kementerian Kesehatan Palestina kini sedang menyelidiki fenomena luka bakar baru di antara korban perang Gaza. Luka itu belum pernah ditemui dalam perang sebelumnya di Gaza atau palagan lain. (AFP/REUTERS)