China-Jepang Perbaiki Komitmen Ekonomi
Masih ada isu mengganjal dalam hubungan China-Jepang, seperti agresivitas militer China dan limbah nuklir PLTN Fukushima.
SAN FRANCISCO, KAMIS —Di tengah serangkaian perselisihan diplomatik, China dan Jepang berkomitmen mengupayakan hubungan yang saling menguntungkan demi kepentingan ekonomi bersama. Untuk menjaga ”hubungan yang menuju baik”, kedua pihak berjanji mengadakan dialog tingkat tinggi khusus soal isu-isu ekonomi.
Pada isu ekonomi, keduanya bisa ”akur”. Akan tetapi, di luar isu ekonomi masih ada persoalan penting bagi Jepang yang mengganjal, yakni meningkatnya aktivitas militer China di dekat wilayah Jepang. Bagi China, persoalannya adalah pembuangan air limbah olahan dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima Daiichi ke laut lepas.
Baca juga: China-Jepang Bersitegang di Laut China Timur
Presiden China Xi Jinping dan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida bertatap muka untuk pertama kali dalam satu tahun terakhir, Kamis (16/11/2023), di sela-sela KTT Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) di San Francisco, Amerika Serikat. Selama satu jam, keduanya membicarakan beragam isu pelik dan sensitif, antara lain larangan China terhadap hasil laut Jepang dan kasus pengusaha farmasi Jepang dari Astellas Pharma yang bulan lalu ditahan di China karena dicurigai menjadi mata-mata.
Tidak ada informasi mengenai suasana dialog dan hasil akhirnya. Namun, keduanya menyambut baik peluncuran kerangka kerja untuk membahas pengendalian ekspor. ”Kedua negara harus fokus pada kepentingan bersama dan menegaskan kembali hubungan strategis yang saling menguntungkan serta memberikan makna baru,” kata Xi kepada Kishida.
Sementara Kishida mengatakan kepada Xi bahwa dia benar-benar prihatin dengan meningkatnya aktivitas militer China di dekat Jepang, termasuk kolaborasi China dengan Rusia. Kishida menekankan kembali pentingnya perdamaian dan stabilitas Selat Taiwan bagi masyarakat internasional, termasuk Jepang.
”Mengenai Laut China Timur, saya sekali lagi menyatakan keprihatinan mendalam kami dan mendesak penghapusan segera pelampung China yang dipasang di Zona Ekonomi Eksklusif Jepang,” kata Kishida.
Baca juga: China Ditekan soal Laut China Selatan
Xi disebutkan mengatakan kepada Kishida bahwa Jepang dan China harus mengikuti tren zaman dan fokus pada kepentingan bersama serta menangani segala perbedaan dengan baik. Xi menekankan kedua pihak harus berkomitmen untuk membangun hubungan bilateral yang sesuai dengan era yang baru. Ketegangan militer meningkat di Pasifik karena tindakan China di Laut China Selatan yang disengketakan dan latihan militernya di sekitar pulau Taiwan.
Kapal-kapal China juga semakin banyak yang menjelajah lebih jauh ke Pasifik. Pada September, Jepang mendeteksi ada enam kapal, termasuk kapal fregat perusak, kapal pendukung tempur cepat, dan kapal induk Shandong, berlayar sekitar 650 kilometer selatan Pulau Miyakojima, sebelah timur Taiwan.
Ada jet dan helikopter yang terdeteksi lepas landas dan mendarat dari Shandong. China belum memberikan komentar resmi mengenai latihan apa pun yang dilakukan di Pasifik Barat.
Berselisih paham
Jepang dan China pernah menyepakati komitmen untuk menjalin hubungan saling menguntungkan pada 2008. Pada waktu itu, mereka sepakat mengupayakan hubungan yang saling menguntungkan berdasarkan kepentingan strategis bersama, seperti dalam bidang keamanan dan kerja sama ekonomi. Namun, kesepakatan itu seakan terlupakan selama beberapa tahun terakhir karena kedua pihak sibuk berselisih paham mengenai isu-isu seperti klaim teritorial, ketegangan perdagangan, dan Taiwan.
Baru-baru ini hubungan bilateral keduanya juga diuji dengan keputusan China melarang hasil laut Jepang menyusul keputusan Jepang melepaskan air limbah olahan dari PLTN Fukushima pada Agustus. Seusai pertemuan dengan Xi, Kishida mengatakan sangat mendesak Xi untuk mencabut larangan itu dan mengupayakan pembebasan pengusaha Jepang yang ditahan China.
Baca juga: Jepang Kumpulkan Sekutu di Asia Tenggara, Gandeng Malaysia-Filipina
Kedua isu terbaru itu memberikan pukulan hebat pada hubungan dagang bilateral mereka. Dalam pertemuan, Xi mengungkapkan sangat khawatir dengan air olahan PLTN Fukushima. Namun, masalah tersebut masih bisa diselesaikan melalui proses konsultasi.
”Pelepasan air yang terkontaminasi dari PLTN Fukushima di Jepang menyangkut kesehatan seluruh umat manusia, lingkungan laut global, dan kepentingan publik internasional,” kata Xi, seperti dilansir Kementerian Luar Negeri China.
Kishida meminta China memberikan respons yang tenang terhadap air limbah olahan PLTN Fukushima berdasarkan bukti ilmiah yang sudah ada. China menuding Jepang memperlakukan laut seperti ”saluran pembuangan”. Jepang bersikeras air itu aman dan sudah didukung Badan Energi Atom Internasional (IAEA).
Seperti dengan Amerika Serikat, China fokus pada pemulihan hubungan bilateral dengan berkomunikasi aktif kembali. Isu seperti pengendalian ekspor untuk menghindari tindakan saling balas bisa dibahas kemudian.
Baca juga: Jepang Kembali Buang Limbah Nuklir Fukushima
China baru-baru ini memberlakukan pembatasan ekspor logam pembuat cip seperti galium dan diperkirakan akan membatasi ekspor grafit yang digunakan dalam baterai. Jepang sudah membatasi ekspor beberapa peralatan pembuatan cip.
Pakar hubungan Jepang-China dan Direktur Studi China Kontemporer Institut Waseda, Rumi Aoyama, menduga China mau menegaskan kembali hubungannya dengan Jepang sebagian karena didorong oleh kedekatan Jepang dengan AS. ”Saya kira China membangun hubungan strategis dengan Jepang karena mau memecah persatuan Jepang dan AS di tengah rivalitas AS-China,” ujarnya. (REUTERS/AFP)