Aturan Metana Baru UE Wajibkan Pengurangan Emisi Produsen Energi
Jumlah metana di atmosfer lebih sedikit daripada karbon dioksida, tetapi lebih cepat membuat bumi panas. Metana bisa bertahan di atmosfer selama 10 tahun.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·4 menit baca
BRUSSELS, RABU — Uni Eropa mencapai kesepakatan untuk menurunkan emisi gas metana guna memitigasi pemanasan global yang memicu krisis iklim. Aturan itu menetapkan pengawasan, pengendalian, dan pencegahan emisi metana dari sektor produksi energi, terutama minyak, gas, dan batubara. Negara-negara pengekspor energi jenis tersebut ke Eropa akan terdampak.
Aturan itu diumumkan di Brussels, Belgia, Rabu (15/11/2023). Kesepakatan dicapai oleh ketiga lembaga pemerintahan Uni Eropa, yaitu Parlemen Eropa, Komisi Eropa, dan Dewan Eropa. ”Ini memang peraturan yang ambisius, tetapi sangat penting untuk keberlangsungan kehidupan manusia dan alam,” kata Jutta Paulus, salah satu negosiator.
UE memberi tenggat peraturan diterapkan per 1 Januari 2027. Setiap perusahaan penghasil energi wajib memberi laporan dalam 18 bulan mengenai jumlah emisi metana yang mereka lepas. Mereka harus mengidentifikasi sumber emisi tersebut, yaitu dari operasional kilang atau kebocoran pipa. Segala permasalahan yang ditemukan harus diselesaikan dan dilaporkan dalam kurun waktu 21 bulan. Pemeriksaan berkala dilakukan maksimal setiap tiga tahun sekali.
Aturan ini menindaklanjuti kebijakan niremisi UE per tahun 2050. Sebelumnya, pada Konferensi Tingkat Tinggi Iklim (COP26) di Skotlandia tahun 2021, UE dan Amerika Serikat menerbitkan sumpah pengurangan metana. Isinya, pada 2030, emisi metana harus berkurang 30 persen dibandingkan dengan jumlah emisi 2020.
Peraturan baru UE itu diperkirakan berdampak pada negara-negara pengekspor energi ke UE, antara lain, Aljazair dan Rusia. Moskwa sudah memangkas setengah dari ekspor gas alam mereka ke UE gara-gara sanksi akibat menginvasi Ukraina. UE kini mengimpor mayoritas gas mereka dari Norwegia yang memiliki pengendalian emisi metana paling mumpuni di dunia.
Selain negara di luar UE, anggota UE pun terdampak peraturan baru ini. Polandia adalah negara anggota UE yang masih bergantung pada energi batubara. Badan Energi Internasional (IEA) menghitung, hampir semua emisi metana yang dihasilkan oleh batubara bisa diturunkan dengan teknologi.
Berbagai lembaga pemantau energi dan lingkungan di UE menganggap Polandia menjadi batu sandungan UE dalam mencapai cita-cita niremisi 2050. Setelah COP26, UE berjanji menurunkan emisi metana sebanyak 70 persen pada 2040.
”Namun, Polandia terus melobi UE supaya menurunkan standar sehingga akhirnya menjadi 34 persen per 2040,” kata Sabina Assan, pakar metana dari lembaga kajian energi Ember kepada media Euractiv.
UE ketika itu membuat aturan bahwa target maksimal penurunan metana adalah 47 persen dari kapasitas produksi perusahaan energi. Akibatnya, lanjut Assan, perusahaan energi menjadi malas dan mereka hanya mematok target terendah. Bagi mereka, yang paling penting di dalam borang evaluasi ada upaya untuk menurunkan emisi, bukan jumlah pengurangannya.
”Aturan baru ini tidak boleh memberi celah kepada siapa pun, termasuk anggota UE sendiri untuk menurunkan standar,” ujarnya.
Sedikit, tetapi berbahaya
Gas metana adalah gas rumah kaca nomor dua terbanyak setelah karbon dioksida. Akan tetapi, metana mengakibatkan pemanasan global lebih cepat dibandingkan karbon dioksida. Gas ini bisa bertahan di atmosfer selama 10 tahun. Data IEA tahun 2022 mengungkapkan, ada 135 ton metana yang dihasilkan oleh sektor energi. Jumlah ini setara dengan 40 persen emisi metana global.
Penurunan emisi metana sangat penting dalam mewujudkan penurunan suhu bumi 1,5 derajat celsius. Jika target penurunan suhu tidak tercapai, pemanasan global akan mengakibatkan kerusakan permanen pada bumi. Jika titik kritis bumi pada 2050 terjadi, kerusakan terus bergulir.
Menurut IEA, biaya untuk menurunkan emisi metana oleh perusahaan energi tidak sampai 2 persen dari pendapatan bersih mereka setiap tahun. Penelitian perusahaan konsultan energi Woods Mackenzie yang dikutip Financial Times bahkan menyebut, prosedur tersebut tidak memerlukan teknologi canggih, cukup bermodal kecermatan dan kedisiplinan.
AS dan China
Di AS, Presiden Joe Biden telah membuat peraturan mendenda setiap ton emisi metana 900 dollar AS (Rp 13,9 juta) pada 2024 dan dinaikkan menjadi 1.500 dollar AS (Rp 23,2 juta) per ton pada 2026. Pengurangan emisi gas rumah kaca merupakan salah satu kerja sama yang dipertahankan dengan China, meskipun kedua negara adidaya itu terlibat persaingan geopolitik.
Dalam pertemuan Biden dengan Presiden Xi Jinping di San Francisco, Rabu ini, mereka turut membahas penanganan krisis iklim. Utusan Khusus Presiden AS untuk Urusan Iklim John Kerry dan mitranya dari China, Xie Zhenhua telah bertemu pada 4-7 November di Sunnylands guna membicarakan pembentukan satuan tugas mitigasi krisis iklim.
China kerap dikritik kurang antusias dalam menangani isu pemanasan global. Apalagi, Xi mengatakan China baru bisa menargetkan niremisi pada 2060 karena harus meningkatkan emisi guna mengejar pertumbuhan ekonomi. Adanya satuan tugas itu diharapkan bisa menghasilkan jalan tengah yang tidak memberatkan salah satu pihak. (AFP/Reuters)