Australia-China Memulai Lembaran Baru
Kedua belah pihak akan bekerja sama semampunya dan tidak akan memaksakan sesuatu yang membuat keduanya berbeda pendapat.
BEIJING, SELASA —Australia mengajak China memulai kembali perdagangan bebas dan tanpa hambatan. Selain itu, Australia ingin kedua negara semaksimal mungkin berusaha menghindari ketegangan atau konflik dengan dialog atau diskusi.
Kedua negara sepakat bekerja sama lagi di sejumlah bidang, seperti perubahan iklim, ketahanan pangan, dan kejahatan transnasional. Untuk memaksimalkan kerja sama itu, persoalan geostrategis—dalam hal ini ketegangan antara China dan Amerika Serikat—harus ditangani melalui dialog dan keinginan saling memahami.
Baca juga: Australia-China Selesaikan Sebagian Masalah
”Kita bisa mengembangkan hubungan baik sambil memajukan kepentingan kita masing-masing jika kita bisa dengan bijak menavigasi bila ada perbedaan,” kata Perdana Menteri (PM) Australia Anthony Albanese setelah bertemu dengan PM China Li Qiang di Balai Agung Rakyat, Beijing, Selasa (7/11/2023).
Pada Senin, Albanese bertemu dengan Presiden Xi Jinping. Ini lawatan pertama PM Australia ke China sejak tahun 2016 sekaligus bertepatan dengan peringatan 50 tahun lawatan mendiang PM Gough Whitlam ke China.
Harian The Guardian, Selasa, menyebutkan, Australia dan China mengatur ulang diplomasi komprehensif yang mencakup perjanjian untuk membuat visa multi-entri baru untuk memfasilitasi pertukaran dan hubungan yang lebih erat antarwarga. Visa baru bagi pengunjung dan pebisnis disepakati pada akhir pertemuan Albanese dengan Li.
Baca juga: Australia-China Terus Redakan Ketegangan
Data bea cukai China menunjukkan, impor China dari Australia pada Oktober 2023 tumbuh 12 persen dibandingkan dengan tahun lalu menjadi 11,96 miliar dollar AS. Dari September hingga Oktober saja kenaikannya sampai 4,9 persen. Adapun pada Januari-Oktober, impor China naik 8,4 persen menjadi 128,76 miliar dollar AS.
Dalam pernyataan bersama yang dikeluarkan setelah Albanese meninggalkan China disebutkan, Pemerintah Australia dan China menyambut baik ”kontribusi pertukaran antarmasyarakat terhadap hubungan bilateral, termasuk meningkatnya pertukaran pelajar, wisatawan, dan pebisnis” serta dimulainya kembali pertemuan pemimpin tahunan antarperdana menteri setelah dialog tingkat tertinggi terhenti selama beberapa tahun.
Hubungan bilateral Australia-China berada di titik terburuk setelah mantan PM Scott Morrison mendesak adanya penyelidikan independen tentang asal usul virus Covid-19 pada tahun 2020. China juga marah ketika Australia berusaha mengintimidasi warga China-Australia. Ketegangan ini meningkat menjadi perang dagang yang merugikan Australia.
Li mengakui China juga menginginkan perbaikan hubungan antarkedua negara. Ia berharap kedua belah pihak bisa berjalan ke tujuan yang sama dan mempertahankan momen positif seperti sekarang.
Pertemuan tertutup Albanese dan Li itu diperkirakan fokus pada isu perdagangan karena China telah melonggarkan sebagian langkah-langkah pembatasan yang diambil saat hubungan memburuk. China menetapkan tarif resmi dan hambatan perdagangan tidak resmi yang diperkirakan telah merugikan eksportir Australia hingga 20 miliar dollar Australia per tahun untuk komoditas seperti batubara, minuman anggur, daging sapi, jelai, dan lobster.
Baca juga: Australia Terus Negosiasi Perdagangan dengan China
Dalam beberapa bulan terakhir, China dan Australia secara terbuka memberi isyarat bahwa penyelesaian masalah perdagangan sudah di depan mata. ”Kami akan bekerja sama semaksimal mungkin dengan China, tetapi dengan tetap mengutamakan kepentingan nasional kami. Lawatan ini puncak dari kerja keras selama 18 bulan dari menteri luar negeri dan anggota pemerintah kedua negara yang sama-sama telah bersabar dan berhati-hati dalam memajukan hubungan,” kata Albanese kepada wartawan di Balai Agung Rakyat.
Senator Simon Birmingham dari kubu oposisi Australia menyambut baik mulai cairnya hubungan diplomatik kedua negara. Namun, dia mengingatkan pemerintah tetap perlu berpikiran jernih mengenai tantangan yang masih ada di China dan sikap China yang belum berubah. Dia mengingatkan, China terlibat dalam aktivitas spionase dunia maya dan agresif terhadap Filipina di Laut China Selatan.
Birmingham juga mencatat hubungan persahabatan Xi dengan Presiden Rusia Vladimir Putin yang diundang ke China untuk menghadiri Forum Prakarsa Sabuk dan Jalan, Oktober lalu. ”Semua ini harus tetap diingat agar kita tetap hati-hati. Masih banyak aspek ketegangan bilateral yang belum terselesaikan,” ujarnya.
Baca juga: Australia Tak Janji Dukung AS dalam Konflik Militer Terkait Taiwan
Birmingham juga menjabat sebagai menteri luar negeri bayangan Australia, yang dipilih pemimpin oposisi. Para menteri bayangan mempunyai tanggung jawab untuk memeriksa dengan cermat pekerjaan pemerintah dan setiap menteri di kabinet.
Guru Besar Studi Australia di East China Normal University, Shanghai, Chen Hong, mengatakan, China dan Australia ingin menghindari saling memprovokasi. Albanese dan Menlu Australia Penny Wong ketika menangani hubungan Australia-China selalu mengatakan, kedua belah pihak akan bekerja sama semampunya dan tidak akan memaksakan sesuatu yang membuat keduanya berbeda pendapat. ”Saya kira China juga menganut prinsip yang sama,” kata Chen kepada The Sydney Morning Herald. (REUTERS/AP)