Australia-China Selesaikan Sebagian Masalah
Kebekuan hubungan Beijing-Canberra membuat Australia kehilangan ratusan miliar dollar AS. Sebab, China menghentikan impor sebagian komoditas Australia. Karena itu, Australia mau berbaikan dengan China.
BEIJING, SENIN— Sebagian masalah Australia-China telah diselesaikan. Kebekuan hubungan Beijing-Canberra telah memukul perekonomian Australia.
Pertemuan Presiden China Xi Jinping dengan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese, Senin (6/11/2023), di Beijing, menjadi puncak pencairan kebekuan itu. ”Hubungan China-Australia menuju arah peningkatan dan pengembangan,” kata Xi.
Ia menyambut Albanese di Balai Agung Rakyat China. Ia memuji Albanese yang berusaha memperbaiki dan meningkatkan hubungan Beijing-Canberra sejak menjadi PM.
Baca juga: Australia-China Terus Redakan Ketegangan
Xi berharap hubungan kedua negara ditingkatkan menjadi Kemitraan Komprehensif Strategis. Dalam relasi bilateral saat ini, bentuk itu merupakan aras tertinggi. Di bawahnya, antara lain, ada mitra dialog, kemitraan komprehensif, dan kemitraan strategis.
Harapan Xi disampaikan beberapa bulan selepas kebekuan Beijing-Canberra mulai mencair. Hubungan Australia-China memburuk beberapa tahun terakhir. Beijing menilai Australia gencar menyudutkan China pada berbagai isu.
Sebagai balasannya, China menghentikan impor berbagai komoditas dari Australia. Akibatnya, Australia kehilangan potensi devisa lebih dari 300 miliar dollar AS pada 2019-2021.
Sejak menang pemilu Mei 2022, Albanese berusaha memperbaiki hubungan dengan China. Puncaknya, ia mendatangi China. ”Kemajuan untuk meningkatkan hubungan kita jelas sangat positif. Perdagangan berjalan lebih lancar dan menguntungkan kedua negara. Kita telah memulai berbagai dialog dan jumlah lawatan bilateral meningkat,” kata Albanese, sebagaimana dikutip ABC dan Sydney Morning Herald.
Perbedaan pendapat
Albanese mengatakan siap bekerja sama dengan China di sektor yang memungkinkan. Di sisi lain, Australia juga siap berbeda pandangan dari China. Keamanan dan kepentingan nasional disebut menjadi alasan perbedaan itu.
Albanese mengatakan, Australia dan China memiliki sistem politik berbeda. Akan tetapi, dia meyakini Xi adalah sosok yang dapat dipegang perkataannya. ”Dia (Xi) tidak pernah menyampaikan kesepakatan yang tidak pernah tidak ditepatinya. Ini adalah langkah awal yang baik untuk berunding dengan seseorang,” ujarnya.
Baca juga: Australia-China Bergerak Pulihkan Hubungan
Ia menekankan langkahnya untuk mewakili kepentingan nasional Australia. Xi disebutnya juga melakukan aneka langkah demi kepentingan China.
”Australia akan bekerja sama dengan China di sektor yang memungkinkan. Kita juga akan saling tidak sepakat pada hal-hal yang terkait kepentingan nasional masing-masing. Saya berharap banyak dari pertemuan malam ini,” kata Albanese.
Ia mengaku mengundang Xi ke Australia. Menurut dia, Xi mengapresiasi undangan itu. Tidak dijelaskan apakah Xi akan segera di Australia. Mereka pertama kali bertemu kala sama-sama menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi G20 di Bali pada November 2022.
Pertemuan terjadi kala Albanese terus menunjukkan upaya mencairkan kebekuan hubungan Australia-China. Karena alasan ekonomi, Canberra amat berkepentingan pada pencairan kebekuan itu.
Pelonggaran
Albanese menerangkan, normalisasi perdagangan Australia-China akan berdampak baik pada ekonomi Australia sekaligus menekan inflasi. Sebagian hambatan perdagangan Australia-China mulai dilonggarkan beberapa waktu terakhir.
Perdagangan dua negara langsung melaju pesat. Ekspor gandum, anggur, batubara, dan beberapa bahan tambang merupakan komoditas utama Australia yang dijual ke China. Pelajar China, investor China di sektor perumahan, hingga pengembangan Pelabuhan Darwin di Northern Territory membawa dampak positif bagi ekonomi Australia.
Albanese memulai kunjungan ke China dengan melawat ke Shanghai. Kota itu merupakan pusat perekonomian China.
Baca juga: Kucing di Australia Temukan ”Pengunjung” Aneh di Bak Mandi
Di Shanghai, ia menghadiri pameran dagang pada Sabtu, lalu melanjutkan perjalanan ke Beijing. Sementara di Beijing, ia memulai lawatan dengan mengunjungi Kuil Surga (Tian Da). Kuil itu juga disambangi PM Australia Gough Whitlam pada 1973. Waktu itu, Canberra mulai membuka hubungan dengan Beijing.
Albanese didampingi, antara lain, Menteri Luar Negeri Penny Wong. Selain dengan Xi, Albanese juga bertemu PM China Li Qiang dan Ketua Parlemen Zhao Leji.
Sementara dalam kunjungan ke Amerika Serikat pada 25 Oktober 2023, Presiden AS Joe Biden memberi tahu Australia untuk membangun kepercayaan dengan China. Akan tetapi, upaya itu harus dilakukan hati-hati. AS juga dulu melakukan itu dengan China.
Biden menyebut Australia sebagai jangkar perdamaian dan kemakmuran di kawasan Pasifik. Kunjungan Albanese ke Gedung Putih dianggap sebagai langkah untuk memperkuat hubungan mengimbangi berkembangnya pengaruh China di kawasan Pasifik. (AP/REUTERS)