Dari Aktivis hingga Juragan Pisang, Anak Muda di Tampuk Pimpinan Negara
Sejumlah negara di dunia mulai dipimpin oleh kepala negara berusia di bawah 40 tahun. Bisakah mereka membawa perubahan?
Pada 16 Oktober 2023, Daniel Noboa (35) memenangi pemilihan presiden di Ekuador. Ia menambah daftar anak-anak muda yang duduk di kursi kepala negara.
Dalam satu dasawarsa ini, ada 11 orang yang meraih posisi kepala negara atau pemerintahan ketika umur mereka di bawah 40 tahun, mulai dari Kim Jong Un hingga Gabriel Boric. Caranya pun bermacam-macam, ada yang melalui pemilihan umum dan ada yang melalui kudeta.
Noboa relatif pendatang baru di dunia politik. Ayahnya, Alvaro Noboa, adalah taipan perkebunan pisang di Ekuador. Alvaro lima kali berusaha mencalonkan diri sebagai presiden, tetapi gagal. Bisa dibilang, menjadi presiden Ekuador adalah cita-cita di keluarga Noboa. Noboa yang menjalankan usaha perkebunan pisang ayahnya pun akhirnya ikut terjun ke politik. Ia terpilih sebagai anggota DPR Ekuador pada 2021.
Baca juga: Pemimpin Bangsa Harapan Anak Muda
Walaupun minim pengalaman politik, ia maju dalam pilpres melawan politikus lebih senior. Pilpres Ekuador kali ini sangat berdarah karena salah satu calon presiden, Fernando Villavicencio, tewas dibunuh saat meninggalkan lokasi kampanye pada Agustus 2023.
Noboa, menurut para pendukungnya, diharapkan bisa membawa angin segar karena faktor usianya. Kurangnya pengalaman dia di kancah politik justru dianggap positif karena belum banyak dipengaruhi para politikus senior.
Di Amerika Latin, ada dua negara lain yang dipimpin oleh presiden berusia muda. El Salvador dipimpin Presiden Nayib Bukele (42) sejak 2019. Chile dipimpin Gabriel Boric (37) sejak 2022. Berbeda dengan Noboa, keduanya politikus berpengalaman.
Bukele aktif di partai politik dan sudah dua kali menjabat sebagai wali kota, yakni di Nuevo Cuscatlan (2012-2015) dan di San Salvador, ibu kota negara (2015-2018). Ia juga mendirikan partai politik sendiri pada 2018 yang diberi nama Nuevas Ideas (Gagasan Baru) sebagai wahana memenangi pilpres 2019.
Generasi muda tidak berminat lagi mengikuti partai politik yang melanggengkan presiden-presiden otoriter zaman dulu.
Di Chile, Boric sudah terkenal sebagai aktivis mahasiswa sejak zaman kuliah. Ia salah satu pemimpin unjuk rasa mahasiswa Chile pada 2011-2013. Mereka menuntut agar pemerintah memenuhi keadilan dan kesetaraan di dunia pendidikan secara menyeluruh karena pendidikan adalah kunci mengentaskan masyarakat dari kemiskinan dan kesenjangan sosial. Ia juga terpilih sebagai anggota DPR dan pada 2019 berperan penting dalam mewujudkan referendum mengenai amendemen undang-undang dasar Chile.
Dari aspek nondemokratis, ada Kim Jong Un (40) di Korea Utara dan Ibrahim Traore (34) di Burkina Faso. Kim adalah ahli waris tampuk kepemimpinan Korut. Kakeknya, Kim Il Sung, merupakan pendiri dan pemimpin pertama negara tersebut. Posisi ini dilanjutkan oleh Kim Jong Il ketika Kim Il Sung wafat. Sekarang, giliran Kim Jong Un menggantikan ayahnya yang wafat pada 2011. Ketika naik ke puncak kepemimpinan, usia Kim masih 27 tahun.
Di Burkina Faso, Traore memimpin sejak September 2022. Setelah lulus kuliah, Traore bergabung dengan militer Burkina Faso. Pangkat terakhirnya adalah kapten. Menurut surat kabar Perancis, Le Monde, Traore sempat bertugas di pasukan perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa. Setelah itu, ia pulang ke tanah air untuk berperang melawan kelompok Jihad Islam.
Pada Januari 2022, Traore mendukung kudeta yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Paul-Henri Sandaogo Damiba menyingkirkan Presiden Roch Marc Christian Kabore yang dinilai terlalu lunak terhadap kelompok ekstrem. Pada September 2022, giliran Traore mengudeta Damiba karena dianggap selama kepemimpinannya tidak ada kemajuan dalam melawan ekstremisme.
Lantaran meraih kekuasaan tidak melalui cara yang demokratis, baik Kim maupun Traore dikenal sebagai sosok tertutup. Kepemimpinan mereka juga menyensor media arus utama agar tidak ada informasi yang menurut pemerintah berisiko beredar di masyarakat. Akan tetapi, Bukele yang dipilih oleh rakyat pun kini juga semakin terseret arus otoritarianisme.
Lembaga Human Rights Watch pada 2021 mengkritik cara Bukele menumpas peredaran narkoba dan geng bersenjata di El Salvador. Bukele mengirim polisi dan tentara melakukan razia hingga ke kampung-kampung untuk menangkapi dan memenjarakan orang-orang yang dituduh sebagai anggota geng tanpa ada proses hukum.
Ia juga mencanangkan Bitcoin sebagai mata uang resmi El Salvador. Keputusan ini mendatangkan protes dari berbagai unsur masyarakat karena belum sepenuhnya pelosok El Salvador memiliki akses internet, apalagi kompetensi masyarakat melakukan transaksi digital. Publik juga mengkhawatirkan pemakaian Bitcoin berujung pada pembukaan tambang aset kripto yang menggusur lahan rakyat.
Kawasan Amerika Latin memang yang paling banyak mengalami fenomena politikus berumur di bawah 40 tahun naik daun. Di Kolombia, Kosta Rika, dan Republik Dominika, setiap kali pilpres ataupun pemilu legislatif juga banyak melibatkan calon-calon muda. Apabila dilihat dari statistik, Amerika Tengah dan Amerika Selatan memang didominasi masyarakat dari kelompok umur 23-40 tahun.
Tren lain yang terlihat ialah negara-negara Amerika Latin yang dipimpin oleh presiden muda memiliki pengalaman dipimpin oleh presiden otoriter selama setidaknya dua dasawarsa. Bahkan, ketika presiden otoriter itu lengser ataupun meninggal, ia dilanjutkan oleh pengikut setianya.
Pengamat politik Amerika Latin, Will Freeman dan Paul Angelo, menulis di harian Washington Post edisi 12 Januari 2022 mengenai fenomena tersebut. ”Generasi muda tidak berminat lagi mengikuti partai politik yang melanggengkan presiden-presiden otoriter zaman dulu. Mereka menginginkan presiden yang memahami kebutuhan anak muda, luwes, dan tidak dikendalikan oleh partai,” ujar mereka.
Baca juga: Kaum Muda Terhambat Biaya Politik Tinggi
Meskipun begitu, Freeman dan Angelo mengingatkan para pemilih muda agar tidak lugu bahwa pemimpin dambaan mereka akan terus idealis. Jika tidak dipengaruhi oleh partai, iklim politik dalam negeri akan mengubah watak presiden muda tersebut.
Ini terlihat dari Bukele yang awalnya sangat milenial, lantas menjadi otoriter karena isu keamanan dalam negeri. Boric yang sampai masa sebagai anggota DPR sangat keras dan sosialis kini melunak dan harus mengegolkan beberapa agenda populis.