Robot-robot Pekerja Semakin Banyak Gantikan Manusia
Robot sebagai tenaga kerja andal dan murah semakin menggiurkan pelaku usaha. Perdebatan soal akan menggantikan pekerja manusia dan mengurangi lapangan kerja pun terus bergulir, dibalut kecemasan para pekerja.
Oleh
IRENE SARWINDANINGRUM
·4 menit baca
STUTTGART, JUMAT — Pelaku usaha di sejumlah negara terus menggantikan manusia dengan robot. Sebagian pekerja mendukung peralihan itu sebab semakin sulit mencari karyawan untuk jenis pekerjaan tertentu.
Dalam laporan pada Jumat (27/10/2023), Reuters mengungkap keluhan Kamar Dagang dan Industri Jerman. Separuh perusahaan Jerman kesulitan mencari pekerja. Pada Juni 2023 saja, 1,7 juta lowongan kerja di Jerman tidak terisi. Hal itu merugikan perekonomian Jerman hingga 100 miliar euro per tahun.
Badan Ketenagakerjaan Jerman menyebut, pelibatan perempuan dan migran tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja Jerman. Pada 2035, Jerman akan kekurangan hingga 7 juta pekerja.
Kekurangan terjadi karena orang-orang kelahiran sebelum 1970 terus pensiun, sementara jumlah penduduk lebih muda semakin sedikit. Sebab, angka kelahiran terus menurun.
Kesulitan, antara lain, dialami produsen suku cadang mesin, S&D Blech. Perusahaan itu kesulitan mencari kepala unit penghalusan logam. Akibatnya, posisi itu terpaksa diisi robot.
”Menemukan kepala unit baru sulit tidak hanya karena pengalaman yang dimilikinya, tetapi juga karena itu pekerjaan yang sangat berat dan tidak ada yang ingin melakukannya lagi,” kata Direktur Utama S&D Blech, Henning Schloede.
Kurang peminat
Pekerjaan manual dan berada di lingkungan kotor, seperti bengkel dan pabrik, semakin tidak diminati. Pekerjaan jenis itu dulu mudah terisi oleh orang-orang yang lahir sebelum 1980.
Akibatnya, berbagai perusahaan terpaksa beralih ke robot. Jerman kini menjadi pengguna robot pekerja terbesar di Eropa. Federasi Internasional Robotik menyebut, 26.000 unit robot dipasang di berbagai pabrik dan perusahaan Jerman sepanjang 2022.
Direktur Utama Fanuc, Ralf Winkelmann, menyebut robot memberikan harapan kepada sejumlah perusahaan yang kesulitan mendapatkan pekerja. Fanuc menjual beragam robot, mayoritas buatan Jepang, untuk menjadi pekerja di berbagai perusahaan Jerman.
Otomatisasi
Pendiri Sherpa Robotic, Florian Andre, menyebut bahwa peningkatan otomatisasi mencerminkan kenyataan bahwa robot telah menjadi lebih mudah digunakan. Pengoperasian robot tak lagi membutuhkan keterampilan pemrograman.
Sebagian besar robot dilengkapi dengan aplikasi antarmuka mesin ke manusia, layar sentuh. Pengoperasian robot semakin mirip dengan telepon pintar.
Harga robot pun semakin murah. Akibatnya, tidak hanya perusahaan besar, perusahan kecil-menengah hingga toko roti pun memakai robot.
Rolec, produsen perangkat elektronika, mulai menggunakan robot pada awal 2022. Keputusan itu dipicu tumpukan pesanan. Akibatnya, pekerja harus terus lembur.
Karena itu, manajemen memutuskan menggunakan robot yang bisa terus bekerja. ”Rasanya luar biasa ketika menghidupkan lampu pabrik di pagi hari dan komponen-komponen sudah diproduksi dan sudah ada dalam wadah penyimpanan dan telah diproses,” kata CEO Rolec, Matthias Rose.
Ekonom Nela Richardson mengatakan, pergeseran pasokan pekerja akan memengaruhi sektor ekonomi lainnya. Dampak otomatisasi mulai dari robot hingga kecerdasan buatan akan dirasakan secara luas dalam jangka panjang. ”Semua inovasi tersebut akan mengubah cara kerja dunia. Semua orang akan melakukan pekerjaan mereka dengan cara yang berbeda,” katanya.
Pemilik Firma Konsultasi Transisi ke Robot, Ralf Hartdegen, mengatakan, para pemilik perusahaan Jerman lebih memilih menunggu karyawannya pensiun baru kemudian mengisi posisi yang kosong itu dengan robot. Sebab, mereka enggan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK).
Proses transisi ke robot pun didukung pekerja. Dalam jajak pendapat yang disiarkan Robot Automatica pada Juni 2023 terungkap, hampir separuh pekerja Jerman mendukung penggunaan robot untuk mengatasi kekurangan pekerja.
Salah satu serikat pekerja Jerman, IG Metall, menyatakan penggunaan robot merupakan bagian dari strategi jangka panjang. Penggunaan robot membuat kondisi kerja lebih sehat, menarik, aman, dan produktif.
Butuh manusia
Sementara para petinggi perusahaan menyebut manusia akan selalu dibutuhkan. Juru bicara Daimler Truck, Matthias Krust, menyebut tidak ada yang lebih fleksibel dari manusia. ”Semakin kompleks produksinya, semakin berbeda-beda, semakin sulit penggunaan robot,” ujarnya.
Raksasa lokapasar global, Amazon, memamerkan robot pekerja pada Oktober 2023. Robot-robot itu, antara lain, menggantikan 27.000 orang yang diberhentikan Amazon beberapa bulan sebelumnya.
Meski demikian, Kepala Teknologi Amazon Tye Brady menyatakan tidak mungkin manusia akan sepenuhnya akan digantikan robot di Amazon. ”Tidak ada bagian dalam diri saya yang berpikir bahwa itu akan pernah menjadi kenyataan,” katanya.
Brady menyebut, manusia sangat penting dalam proses secara total, yaitu kemampuan untuk berpikir pada tingkat yang lebih tinggi dan kemampuan untuk mendiagnosis masalah. ”Kita akan selalu membutuhkan orang. Saya belum pernah melihat sistem otomatis yang berfungsi 100 persen sepanjang waktu,” katanya.
Amazon kini, antara lain, menguji coba penggunaan Digit, robot berkaki dua yang dapat menggenggam dan mengangkut barang. Digit ditugasi memindahkan kotak-kotak kosong di gudang Amazon. Digit bisa menggantikan 1,5 juta pekerja di Amazon.
Pelantar lokapasar itu juga menggunakan Sequoia di Houston. Sistem itu dirancang membantu mengidentifikasi dan menyimpan persediaan 75 persen lebih cepat dan mengurangi waktu pemrosesan pesanan hingga 25 persen.
Robot sebagai tenaga kerja andal dan murah semakin menggiurkan pelaku usaha. Perdebatan soal akan menggantikan pekerja manusia dan mengurangi lapangan kerja pun terus bergulir, dibalut kecemasan para pekerja. (AP/REUTERS)