Dunia Kembali Desak Jeda Kemanusiaan
Perang Israel-Hamas kian memanas. Israel belum mengendurkan serangan balasannya. Korban jiwa warga Gaza terus berjatuhan.
DEN HAAG, KAMIS - Serangan lanjutan dan jatuhnya korban sipil membuat dunia kian prihatin atas kondisi Gaza. Dari Den Haag, Belanda, Menteri Luar Negeri Palestina Riyad al-Maliki mendesak agar Israel menyetujui gencatan senjata penuh di Gaza. Tujuannya, tegas Maliki, adalah untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan ke Gaza.
”Perang yang dilancarkan Israel kali ini berbeda. Perang kali ini adalah perang balas dendam,” kata Maliki, Kamis (26/10/2023), di Kantor Perwakilan Palestina di Den Haag. ”Pertama-tama kita perlu mengakhiri agresi sepihak ini, lalu kita perlu menyerukan gencatan senjata. Gencatan senjata sangat penting untuk distribusi bantuan kemanusiaan,” ujar Maliki.
Ketika Maliki menggelar lawatan ke Belanda, Israel menggerakkan sekelompok tank dan pasukan infanteri ke sejumlah titik di Gaza. Militer Israel menyebut serangan itu sebagai ”serangan yang ditargetkan”. Mereka menyebut serangan itu mengarah pada infrastruktur dan pos peluncuran rudal milik Hamas.
Beberapa jam sebelumnya Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berpidato dalam siaran nasional bahwa Israel sedang mengampanyekan keberadaannya. Pernyataan itu menegaskan tentang ”dendamnya” kepada Hamas, yang pada 7 Oktober lalu melakukan serangan dadakan ke Israel. Dalam serangan tersebut sebanyak 1.400 warga Israel tewas dan 224 lainnya disandera. Dalam pidato itu, Netanyahu menegaskan akan ”menghilangkan Hamas” dan membawa pulang warga Israel yang disandera.
Baca juga: Irlandia, Suara Berbeda di Eropa Menyikapi Perang Gaza
Situasi itulah yang membuat banyak negara gusar. Dari Moskwa, Rusia, juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan, serangan darat Israel akan memperburuk situasi kemanusiaan yang sudah sangat buruk. Sementara itu, dari Brussels, Belgia, dikabarkan, para pemimpin Uni Eropa tengah menyiapkan naskah yang intinya menyerukan dibentuknya ”koridor dan jeda kemanusiaan”.
Naskah itu dibawa dalam pertemuan puncak Uni Eropa yang digelar Kamis pagi waktu setempat (Kamis malam WIB). Dalam naskah tersebut juga disebutkan, koridor dan jeda kemanusiaan itu penting untuk menyalurkan bantuan ke Gaza.
”Dewan Eropa menyatakan keprihatinan yang paling besar atas memburuknya situasi kemanusiaan di Gaza dan menyerukan akses dan bantuan kemanusiaan yang berkelanjutan, cepat, aman, dan tanpa hambatan untuk menjangkau mereka yang membutuhkan melalui semua tindakan yang diperlukan, termasuk koridor dan jeda kemanusiaan,” kata teks tersebut, sebagaimana dikutip kantor berita Reuters.
Baca juga: Suplai BBM Nyaris Habis, Bantuan ke Gaza Terancam Terhenti
Lebih lanjut naskah itu juga menyebutkan UE akan bekerja sama dengan mitra di kawasan untuk melindungi warga sipil, memberikan bantuan, serta memfasilitasi akses terhadap makanan, air, perawatan medis, bahan bakar, dan tempat tinggal.
Merujuk pernyataan yang diunggah di laman resmi Kementerian Luar Negeri Jepang, Tokyo juga prihatin atas kondisi Gaza saat ini. Dalam pertemuan antara Menteri Negara untuk Hubungan Internasional Horii Iwao dan Duta Besar Israel untuk Jepang Gilad Cohen, Rabu lalu, disebutkan sangat penting untuk melanjutkan dan meningkatkan pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Iwao meminta kerja sama Israel untuk adanya jeda kemanusiaan. Hal itu penting untuk menyalurkan bantuan dan memastikan akses kemanusiaan bagi warga Gaza. Sebelumnya, kepada Cohen, Iwao menyampaikan solidaritas Jepang untuk Israel.
Korban
Sementara itu, sejak Israel menggelar serangan balasan pada 8 Oktober lalu, lebih dari 6.500 warga Gaza tewas. Kementerian Kesehatan Palestina menyebut 2.704 anak-anak, 1.584 perempuan, dan 2.258 pria tewas di Gaza dalam 19 hari terakhir. Sementara 30 anak dan seorang perempuan tewas di Tepi Barat dalam periode yang sama.
Baca juga: Biden Ragukan Data Korban Tewas di Gaza
Namun, Presiden Amerika Serikat Joe Biden meragukan tingginya data angka kematian akibat serangan Israel di Gaza. Sebaliknya, ia meyakini jumlah korban tewas akibat serangan Hamas di Israel. Ia juga pernah mengaku percaya soal pembunuhan anak-anak oleh Hamas. Belakangan terungkap informasi soal pembunuhan itu tidak benar.
Biden tidak percaya data itu. ”Saya tak melihat tanda bahwa Palestina berkata jujur tentang berapa banyak orang yang tewas,” katanya.
Biden yakin, orang-orang tidak bersalah tewas karena perang. ”Israel harus sangat berhati-hati untuk memastikan bahwa mereka fokus mengejar orang-orang yang mempropagandakan perang melawan Israel. Itu bertentangan dengan kepentingan mereka jika hal itu tidak terjadi. Namun, saya tidak yakin dengan angka yang digunakan pihak Palestina,” ujarnya, Rabu (25/10/2023) malam waktu Washington atau Kamis (26/10/2023) dini hari WIB.
Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) menyatakan sangat terganggu oleh komentar Biden tentang jumlah korban tewas di Gaza. Mereka mau Biden meminta maaf. ”Jurnalis telah mengonfirmasi angka korban yang tinggi dan video-video tanpa henti yang keluar dari Gaza setiap hari menunjukkan mayat perempuan dan anak-anak Palestina yang terluka,” kata Direktur Eksekutif CAIR Nihad Awad.
Dari Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, AS, Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi menegaskan pentingnya memperhatikan perempuan dan anak-anak. ”Harus saya sampaikan dengan jujur bahwa meski telah ada upaya global untuk pemberdayaan dan kesetaraan perempuan, realitasnya masih jauh dari ideal,” kata Retno.
Terkait kontingen Indonesia di UNIFIL—misi perdamaian PBB—Kementerian Luar Negeri mengatakan, semua anggota kontingen Indonesia dalam kondisi aman. ”Tak ada serangan yang diarahkan langsung ke markas kontingen Indonesia,” kata juru bicara Kemenlu, Lalu M Iqbal, di Jakarta.
(AP/AFP/Reuters)