Dalam Bayang-bayang Krisis, Hot Wheels Berjaya Bersama Hermes
Pasar barang mewah tidak ikut aturan itu. Tas mahal malah semakin banyak terjual kala harganya naik.
Oleh
KRIS MADA
·3 menit baca
Untuk sebagian penggemarnya, model tiruan mobil bukan mainan. Benda itu merupakan koleksi untuk disimpan dan dikagumi. Karena itu, sebagian orang mau berburu beragam merek model tiruan mobil. Hasrat itu menguntungkan produsennya.
Dilaporkan CNN dan CNBC pada Rabu (25/10/2023) malam waktu New York, Amerika Serikat, atau Kamis (26/10/2023) dini hari WIB, Mattel mengumumkan kenaikan penjualan hingga 1,92 miliar dollar AS. Kenaikan itu dicatat pada triwulan III-2023 saja.
Kenaikan pendapatan dipicu dua merek andalan produsen mainan asal AS itu, Barbie dan Hot Wheels. Dari Hot Wheels, merek aneka model tiruan mobil dan beragam kendaraan lain, serta aneka mainan berbentuk beragam kendaraan, Mattel meraup 519 juta dollar AS.
Sementara dari Barbie dan sejumlah boneka lain, Mattel meraup 885 juta dollar AS. Sisa pendapatan lain didapatkan dari aneka mainan yang diproduksi dan dipasarkan Mattel.
Di Amerika Utara, penjualan boneka dan model tiruan kendaraan atau diecast naik 10 persen. Di pasar internasional, pendapatan Mattel juga dipacu penjualan kedua jenis produk itu.
Penjualan Barbie naik 25 persen pada Juli-Agustus 2023. Kenaikan itu, menurut perusahaan riset pasar Circana, tidak lepas dari kegemaran warga selepas penayangan film Barbie di berbagai bioskop.
Kesuksesan Barbie membuat Mattel akan tetap fokus menjual aneka produk yang sedang digemari karena ada film atau produk hiburan terkait. Perusahaan itu bekerja sama dengan sejumlah perusahaan hiburan untuk membuat produk yang ditayangkan di berbagai film dan kemasan hiburan lain.
Bayangan krisis
Kenaikan penjualan aneka boneka dan model tiruan kendaraan itu terjadi dalam bayang-bayang krisis perekonomian. Data perekonomian AS tidak kunjung menggembirakan untuk sebagian pihak. Walau terkendali, inflasi tetap tinggi.
Bahkan, kecemasan pada kemampuan Pemerintah AS memicu kenaikan imbal hasil obligasi tenor 10 tahun yang diterbitkan AS. Senin lalu, imbal hasilnya mencapai 5,02 persen. Pasar terkejut lalu kembali tenang saat imbal hasil kembali turun di bawah 5 persen.
Karena itu, Mattel tidak berharap terlalu muluk untuk penjualan 2023. Bisa menyamai penjualan 2022, senilai 5,4 miliar dollar AS, saja dianggap sebagai target realistis untuk 2023. ”Perusahaan beroperasi di kondisi makroekonomi yang menantang dan penuh ketidakpastian, inflasi tinggi, dan hal itu bisa berdampak pada permintaan konsumen,” demikian pernyataan Mattel.
Kinerja semester III-2023 tidak sebagus periode sama tahun lalu. Kini, Mattel hanya mengumpulkan pendapat bersih 146,3 juta dollar AS. Di periode sama tahun lalu, perusahaan itu membukukan pendapatan bersih 289,9 juta dollar AS.
Tas mahal
Kenaikan penjualan tidak hanya dilaporkan Mattel. Produsen tas dan aneka produk busana kelas atas, Hermes, melaporkan kenaikan penjualan 3,37 miliar euro. Angka penjualan Hermes melebihi taksiran beragam analis pasar. ”Rumah busana Perancis itu mampu mengatasi kondisi ekonomi yang menantang,” kata Kepala Kebijakan Investasi pada Interactive Investor, Victoria Scholar.
Ia menyoroti fakta, Hermes menaikkan harga jual. Kenaikan itu ternyata bukan masalah bagi para konsumennya. Padahal, selama ini ada anggapan penjualan akan menurun saat harga produk dinaikkan. ”Pasar barang mewah tidak ikut aturan itu. Tas mahal seperti Hermes malah semakin banyak terjual kala harganya naik,” kata Scholar kepada Euronews.
Memang, tidak semua rumah mode kelas atas mencatat kinerja memuaskan. Kelompok usaha barang mewah terbesar, LVMH, hanya mencatatkan kenaikan penjualan 9 persen. Padahal, analis menaksir LVMH mencatat kenaikan penjualan 10 persen pada triwulan II-2023.
Sementara Kering Group malah mencatatkan penurunan penjualan hingga 9 persen. Pemilik merek Gucci, Yves Saint Laurent (YSL), dan Balenciaga itu hanya mendapatkan omzet 4,46 miliar euro. Penurunan penjualan Kering melebihi taksiran para analis.
Penurunan terbesar dicatatkan Gucci, hingga 7 persen. Padahal, separuh omzet Kering didapat dari Gucci.
Penurunan penjualan barang mewah terjadi karena setidaknya dua faktor. Pertama, konsumen di AS dan Eropa mengurangi pembelian. Kedua, konsumen di China belum leluasa belanja di luar negeri. Biasanya, pembelian aneka barang mewah oleh konsumen China dilakukan di dalam dan luar negeri.