ASEAN dan Negara-negara Teluk Jadi Kekuatan Ekonomi Baru
Kerja sama ASEAN-Organisasi Negara-negara Teluk memasuki babak baru. Kerja sama lebih strategis diharapkan terjadi setelah KTT Pertama ASEAN-GCC.
JAKARTA, KOMPAS — Presiden Joko Widodo berharap kerja sama negara-negara ASEAN dan negara-negara Teluk melahirkan kekuatan ekonomi baru. Kerja sama ini sekaligus diharapkan mampu mendorong perdamaian di kawasan Indo-Pasifik.
Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN dan Organisasi Kerja Sama Negara-negara Teluk (Gulf Cooperation Council/GCC) dilangsungkan di Riyadh, Arab Saudi, Jumat (20/10/2023). Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman bersama-sama memimpin KTT pertama ini.
Para pemimpin negara ASEAN, seperti Presiden Filipina Ferdinand Romualdez Marcos Jr, PM Singapura Lee Hsien Loong, PM Vietnam Pham Minh Chinh, Sultan Brunei Darussalam Hasanal Bolkiah, PM Laos Sonexay Siphandone, dan PM Malaysia Anwar Ibrahim, tampak hadir dalam pertemuan tersebut.
Adapun negara-negara GCC terdiri dari Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain, Kuwait, Oman, dan Qatar. Para pemimpin GCC pun lengkap hadir dalam KTT ini. Selain Pangeran Mohammed bin Salman, mereka adalah Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani, Raja Bahrain Hamad bin Isa al-Khalifa, Presiden Uni Emirat Arab Sheikh Mohammed bin Zayed al-Nahyan, Sultan Oman Haitham bin Tariq, dan Emir Kuwait Nawaf al-Ahmad al-Jaber al-Sabah.
Presiden Joko Widodo menyambut baik pertemuan yang disebutnya sebagai momentum sejarah pertemuan pertama ASEAN dengan para pemimpin negara-negara Teluk.
Baca Juga: ASEAN Resmi Rangkul Arab Saudi
Indonesia juga mengapresiasi aksesi semua anggota GCC terhadap persahabatan dan kerja sama ASEAN. Ini menunjukkan komitmen negara-negara Teluk untuk mendukung perdamaian di Asia Tenggara dan kawasan Indo-Pasifik.
ASEAN dan GCC memulai kontak pertama pada tahun 1990. Saat itu, Menteri Luar Negeri Oman sebagai Ketua Dewan Menteri GCC menyampaikan keinginan untuk membuka hubungan formal dengan ASEAN. Karena itu, di tahun yang sama, para menlu ASEAN untuk pertama kalinya bertemu dengan para mitra dari GCC di sela-sela Sidang Umum PBB di New York. Kemudian, satu per satu negara GCC menandatangani aksesi persahabatan dan kerja sama (TAC) ASEAN.
Kini, ASEAN dan GCC adalah dua kekuatan besar yang akan terus tumbuh. Produk domestik bruto kedua wilayah ini lebih dari 5 triliun dollar AS. Populasi penduduknya pun lebih dari 700 juta jiwa.
Ini adalah modal besar bagi kita untuk memainkan peran strategis, sebagai kekuatan positif di tengah kondisi dunia yang terbelah.
”Ini adalah modal besar bagi kita untuk memainkan peran strategis, sebagai kekuatan positif di tengah kondisi dunia yang terbelah,” kata Presiden Jokowi dalam pidatonya.
Untuk bidang ekonomi, Presiden Jokowi mengajak para pemimpin negara ASEAN dan GCC untuk memaksimalkan potensi ekonomi melalui investasi dan perdagangan yang berimbang, terbuka, dan adil, termasuk dengan membentuk kerangka perdagangan ASEAN-GCC. Selain itu, kerja sama pembangunan industri, pemberlakuan sertifikat halal, serta pengembangan wisata halal bisa dilakukan.
ASEAN dan GCC juga perlu membangun ketahanan pangan dan energi secara bersama. ”Keamanan rantai pasok pangan melalui kerja sama teknologi pertanian dan pangan, dan penyelarasan standar komoditas pertanian. Ketahanan sektor energi perlu kita perkuat melalui kemitraan yang saling menguntungkan dan berkelanjutan untuk mempercepat transisi energi,” tambah Presiden Jokowi.
Saya mohon dukungan negara-negara GCC.
Perlindungan pekerja migran juga menjadi pesan berikutnya. Hal ini dinilai sangat penting di tengah situasi global yang semakin tak menentu. ASEAN, menurut Presiden Jokowi, terus meningkatkan perlindungan bagi para pekerja migran. ”Saya mohon dukungan negara-negara GCC,” kata Presiden Jokowi.
Seusai KTT, Presiden Jokowi menyebut KTT ASEAN-GCC berjalan dengan lancar dan produktif. ”KTT ini memiliki makna yang sangat penting, bahwa Indonesia, ASEAN, dan GCC tetap memilih untuk meningkatkan kerja sama di tengah dunia yang semakin terbelah,” katanya.
Keprihatinan Gaza
Keprihatinan terkait situasi terkini di Gaza juga disampaikan Presiden Jokowi. ”Tindakan kekerasan harus dihentikan. Isu kemanusian harus menjadi prioritas saat ini, dan kita harus mencegah agar kondisi tidak semakin buruk,” katanya.
Tindakan kekerasan harus dihentikan. Isu kemanusian harus menjadi prioritas saat ini, dan kita harus mencegah agar kondisi tidak semakin buruk.
Untuk itu, akar masalah berupa pendudukan wilayah Palestina oleh Israel tak boleh dilupakan. Hal ini harus diselesaikan sesuai dengan parameter internasional yang telah disepakati. ”Posisi ASEAN dan GCC harus jelas dan solid untuk mendukung solusi perdamaian yang adil dan langgeng di Palestina,” kata Presiden.
Seusai KTT, Presiden Jokowi mengatakan, terkait Palestina, ke-16 negara anggota ASEAN-GCC sepakat untuk mengupayakan penghentian kekerasan, membuka askes penuh dukungan kemanusiaan, dan menegaskan kembali komitmen solusi dua negara agar kedua negara bisa hidup berdampingan secara damai.
Tambahan kuota haji
Presiden Jokowi juga menjelaskan hasil pertemuan bilateralnya dengan PM Arab Saudi Mohammed bin Salman sehari sebelumnya di Istana Al-Yamamah, Riyadh.
Saya menyampaikan apa adanya bahwa antrean haji di Indonesia sangat panjang, bahkan ada yang harus menunggu 47 tahun, sehingga Indonesia membutuhkan tambahan kuota haji. Alhamdulillah ditanggapi sangat positif dan, kurang dari 12 jam, komitmen tambahan kuota haji langsung diberikan, paling tidak 20.000 (tambahan kuota) untuk tahun depan.
”Saya menyampaikan apa adanya bahwa antrean haji di Indonesia sangat panjang, bahkan ada yang harus menunggu 47 tahun, sehingga Indonesia membutuhkan tambahan kuota haji. Alhamdulillah ditanggapi sangat positif dan, kurang dari 12 jam, komitmen tambahan kuota haji langsung diberikan, paling tidak 20.000 (tambahan kuota) untuk tahun depan,” tuturnya.
Selain itu, hubungan Indonesia-Arab Saudi juga dinilai Presiden Jokowi semakin erat. Sebab, saat Presiden Jokowi bertemu dengan Pangeran Mohammed bin Salman, istri perdana menteri tersebut—Putri Sara binti Talal bin Aldulaziz al-Saud—mengundang Nyonya Iriana di Istana.
”Ibu Negara bercerita kemarin bahwa diterima dengan sangat hangat dan diterima dengan sangat ramah. Ini sebuah hal yang memang tidak biasa terjadi. Info yang saya terima, Princess Sara hampir-hampir tidak pernah menerima istri kepala negara dari negara lain,” tambah Presiden.
JK minta Afghanistan tak diisolasi
Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 RI Jusuf Kalla bertemu dengan dua utusan khusus Uni Eropa untuk Afghanistan, yaitu Tomas Niklasson dan Jenni Gren, Kamis (19/10/2023) sore waktu Brussels, di kantor Komisi Uni Eropa, Brussels, Belgia.
Di Brussels, Kalla menghadiri kegiatan The Fifth EU Community of Practice on Peace Mediation 2023 (EU CoP 2023) sepanjang 18-19 Oktober 2023.
Pengalaman dan komunikasi baik Kalla dengan semua komponen masyarakat dan pemerintah di Afghanistan selama ini dinilai penting.
Dalam pertemuan yang berlangsung hampir dua jam tersebut, Niklasson meminta masukan dari Kalla. Pengalaman dan komunikasi baik Kalla dengan semua komponen masyarakat dan pemerintah di Afghanistan selama ini dinilai penting.
Kalla yang juga Ketua Umum Palang Merah Indonesia dan Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia ini menilai, Afghanistan sekarang jauh lebih tenang dan aman daripada tahun-tahun sebelumnya. ”Kalau toh ada yang perlu disoal, itu adalah masalah kondisi wanita yang tidak dibolehkan memperoleh pendidikan,” katanya.
Kalau toh ada yang perlu disoal, ia adalah masalah kondisi wanita yang tidak dibolehkan memperoleh pendidikan.
Saat ini, perempuan Afghanistan semakin terisolasi dalam aktivitas keseharian mereka, terutama di sektor pendidikan.
Masalah berikutnya adalah kondisi ekonomi yang kian terpuruk. Investor harus diyakinkan bahwa Afghanistan aman. Tanpa rasa aman dan nyaman, tak akan ada investasi dari negara lain.
Baca Juga: JK: Afghanistan Tak Akan Jatuh dalam Perang Saudara
Untuk itu, lanjut Kalla, semua pihak harus menjaga agar tidak ada lagi perang saudara di Afghanistan. Ini menjadi penting karena di Afghanistan banyak kelompok perlawanan yang bersenjata.
Selain itu, lanjut Kalla, jangan mengisolasi Afghanistan sekarang dari pergaulan dunia.
Uni Eropa pun mengharapkan Kalla untuk datang kembali ke Kabul dalam waktu dekat. Kalla juga diminta tetap aktif memberi perhatian dan kerja nyata untuk kebaikan Afghanistan. Uni Eropa juga mengharapkan kerja sama dengan Kalla untuk menyelesaikan masalah Afghanistan.