Pelepasan air PLTN Fukushima memicu reaksi keras dari negara-negara tetangga. Sekarang Rusia mengikuti langkah China.
Oleh
IRENE SARWINDANINGRUM
·4 menit baca
MOSKWA, SENIN – Rusia mengumumkan akan melarang semua impor makanan laut asal Jepang, Senin (16/10/2023), terkait pelepasan air yang diduga terkontaminasi radioaktif dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima. Kebijakan ini mengikuti langkah China yang telah melarang seluruh impor makanan laut asal Jepang pada akhir Agustus 2023.
Lembaga regulator produk pertanian Rusia, Rosselkhoznadzor, mengatakan, langkah yang diterapkan pada Senin ini merupakan tindakan pencegahan. Pelarangan tetap berlaku hingga tersedia informasi bahwa keamanan produk-produk makanan laut makanan laut Jepang terkonfirmasi aman.
Pada akhir Agustus lalu, pihak China menyebut pembuangan limbah Fukushima sebagai tindakan egois dan tidak bertanggung jawab.
Menurut Rosselkhoznadzor, selama Januari-September, Rusia mengimpor 118 metrik ton ikan dan makanan laut dari Jepang. Sebagian besar ikan dan makanan laut Rusia juga ditangkap di perairan wilayah timur jauh yang relatif dekat dengan Jepang.
Jepang memulai tahap pelepasan pertama air terkontaminasi Fukushima pada tanggal 24 Agustus 2023 lalu. Mereka mengklaim tindakan itu aman karena air limbah telah terlebih dulu diolah sebelum dilepaskan ke Samudra Pasifik. Tahapan kedua mereka mulai pada 5 Oktober 2023. Pelepasan limbah ini juga dianggap aman oleh Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA).
Menurut Pihak Jepang, air itu telah diolah untuk menghilangkan zat radioaktif sehingga hanya menyisakan zat tritium. Air itu kemudian diencerkan dengan air laut sebelum dilepaskan. Langkah ini ditempuh untuk memastikan tingkat radioaktivitasnya tidak melebihi 1.500 becquerel per liter. Angka ini dianggap lebih rendah 40 kali dari standar Jepang untuk radioaktif.
Secara total, Tokyo berencana untuk melepaskan air limbah Fukushima dengan volume 1,3 juta meter kubik ke Samudra Pasifik. Jumlah ini setara sekitar 540 kolam renang Olimpiade. Pembuangan akan dilakukan dalam proses bertahap hingga tahun 2050.
Air PLTN Fukushima ini merupakan air dari ledakan tiga reaktor PLTN Fukushima-Daiichi pada 2011 lalu. Reaktor di timur laut Jepang itu meledak setelah gempa bumi besar dan tsunami yang menewaskan sekitar 18.000 orang di negeri matahari terbit itu.
Kendati pihak Jepang telah mengklaim aman, langkah ini telah memicu reaksi keras dari negara-negara tetangga, terutama China. Produk-produk perikanan menyumbang kurang dari 1 persen perdagangan global Jepang. Namun, China merupakan tujuan ekspor terbesar produk makanan laut dan perikanan dari Jepang.
Menurut data Bea dan Cukai Jepang, nilai ekspor makanan laut dan perikanan Jepang ke China mencapai lebih dari 500 juta dollar AS pada tahun 2022. China merupakan pasar tujuan ekspor makanan laut Jepang terbesar diikuti Hongkong.
Setelah pembuangan air PLTN Fukushima, ekspor produk akuatik yang menuju China mengalami penurunan pertama dalam 2,5 tahun. Barang-barang yang akan dikirim ke China juga menghadapi pemeriksaan yang lebih ketat sejak Jepang mengumumkan rencananya untuk melepaskan air Fukushima sehingga memperlambat pengiriman.
Tak berdasar
Pada Senin, Kementerian Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Jepang mengatakan bahwa larangan yang dilakukan Rusia tidak memiliki dasar ilmiah. Keputusan itu dinilai tidak adil dan patut disesalkan. Mereka menyerukan agar larangan tersebut dicabut. Demikian dilaporkan kantor berita Kyodo.
Informasi itu di antaranya metode pemeriksaan bahan radioaktif, termasuk bukti ilmiah terkait tritium dalam produk akuatik dan keamanan produk akuatik Jepang.
“Jepang akan terus memberikan penjelasan berdasarkan bukti ilmiah kepada Rusia dengan cara yang sangat transparan dan dengan itikad baik, sambil menjalani peninjauan oleh IAEA (Badan Energi Atom Internasional),” kata pernyataan tersebut.
Sebelum Rusia mengumumkan larangan tersebut, Kementerian Luar Negeri Jepang telah memberikan informasi tambahan kepada Rusia pada tanggal 15 Oktober. Informasi itu di antaranya metode pemeriksaan bahan radioaktif, termasuk bukti ilmiah terkait tritium dalam produk akuatik dan keamanan produk akuatik Jepang. Informasi itu diberikan setelah dialog antara badan-badan negara terkait pada tanggal 10 Oktober secara daring.
Laboratorium Lingkungan Kelautan IAEA akan mengunjungi Jepang pada 16-23 Oktober untuk memeriksa pelepasan air Fukushima. Selain IAEA, laboratorium independen dari Kanada, Tiongkok, dan Korea Selatan juga akan berpartisipasi dalam pemantauan pada tahun ini.
Sementara itu, pihak Beijing menuduh Tokyo belum membuktikan otentisitas dan akurasi data limbah radioaktif nuklir. Mereka juga menuduh Jepang belum memberi data yang otentik dan akurat bahwa pelepasan air ke laut tidak membahayakan lingkungan laut dan kesehatan manusia.
Untuk meredakan dampak kehilangan permintaan makanan laut tersebut, Jepang mengalokasikan lebih dari 100 miliar yen atau sekitar 682 juta dollar AS untuk mendukung industri perikanan dalam negeri.
Jepang juga telah melaporkan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) terkait pelarangan impor China ini. Mereka mengatakan bahwa tindakan China itu benar-benar tidak dapat diterima dan akan menjelaskan posisinya di komite-komite WTO untuk mendesak China segera mencabut larangan. Jepang juga telah meminta China untuk mengadakan diskusi mengenai larangan impor berdasarkan ketentuan dalam perjanjian perdagangan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP). (AFP/AP/REUTERS)