Gempa Guncang Afghanistan, Lebih dari 1.000 Orang Tewas
Kehidupan rakyat Afghanistan sudah buruk akibat krisis kemanusiaan dan kekeringan. Kini gempa membuat kehidupan rakyat semakin sengsara.
Oleh
FRANSISCA ROMANA
·3 menit baca
KABUL, MINGGU — Jumlah korban tewas akibat gempa bumi di wilayah barat Afghanistan melonjak tajam pada Minggu (8/10/2023). Petugas penyelamat berjuang menyelamatkan penyintas dari reruntuhan akibat gempa yang meratakan bangunan di perdesaan.
Juru bicara pemerintahan Taliban mengungkapkan, jumlah korban tewas sudah lebih dari 1.000 orang. ”Jumlah korban sangat besar. Kami masih menunggu jumlah finalnya,” kata wakil juru bicara Taliban, Bilal Karimi.
Gempa bermagnitudo 6,3 mengguncang Provinsi Herat, diikuti delapan gempa susulan yang kuat pada Sabtu (7/10/2023). Pusat gempa terletak sekitar 40 kilometer sebelah barat laut ibu kota provinsi. Media setempat melaporkan, getaran gempa juga dirasakan di provinsi sebelah Herat, yakni Farah dan Badghis.
Juru bicara di Kementerian Informasi dan Budaya, Abdul Wahid Rayan, mengatakan, jumlah korban tewas akibat gempa di Herat jauh lebih tinggi. Setidaknya enam desa hancur dan ratusan warga masih terkubur reruntuhan.
Warga yang panik menyelamatkan diri ke jalan-jalan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan, lebih dari 600 rumah hancur total atau sebagian di sedikitnya 12 desa di Provinsi Herat. Gempa berdampak pada 4.200 orang.
”Gempa pertama mengguncang seluruh rumah hingga roboh. Mereka yang berada di dalam rumah terkubur. Kami belum mendengar kabar saudara-saudara kami,” ujar Bashir Ahmad (42), warga setempat.
Kami pulang dan melihat tidak ada lagi yang tersisa. Semua berubah menjadi pasir.
Nek Mohammad, salah satu korban, menuturkan, guncangan gempa pertama terjadi pukul 11.00 waktu setempat. ”Kami pulang dan melihat tidak ada lagi yang tersisa. Semua berubah menjadi pasir,” ujarnya.
Pada Sabtu malam, warga dengan peralatan seadanya berusaha menggali di reruntuhan bangunan. Anak-anak dan kaum perempuan menanti di tempat terbuka yang berangin kencang dengan barang-barang yang bisa diselamatkan. ”Saat ini kami tidak punya apa-apa. Tidak ada selimut atau apa pun,” ujar Mohammad.
WHO menyatakan telah memberangkatkan ambulans ke desa-desa terdampak gempa. Melalui media sosial X, mereka menyatakan telah mengerahkan tim ke sejumlah rumah sakit untuk membantu penanganan korban luka dan mengkaji beragam kebutuhan.
Sambungan telepon di Herat terputus sehingga sulit mendapatkan informasi detail dari wilayah tersebut. Jumlah penduduk di provinsi yang berbatasan dengan Iran itu sebanyak 1,9 juta orang. Provinsi ini juga telah lama bergelut dengan kekeringan yang menghancurkan pertanian yang diandalkan masyarakat.
Afghanistan sering diguncang gempa, terutama di jajaran Pegunungan Hindu Kush yang terletak di dekat pertemuan lempeng tektonik Eurasia dan India. Pada Juni 2022, lebih dari 1.000 orang tewas setelah gempa bermagnitudo 5,9 mengguncang Provinsi Paktika yang miskin. Gempa ini tercatat sebagai yang paling mematikan di Afghanistan dalam kurun 25 tahun terakhir.
Kehidupan rakyat Afghanistan sudah buruk akibat krisis kemanusiaan menyusul penarikan besar-besaran bantuan asing setelah kelompok Taliban kembali berkuasa pada 2021. Kekeringan berkepanjangan dan kini gempa membuat kehidupan rakyat semakin sengsara. (AP/AFP/REUTERS)