China merupakan tantangan diplomatik yang menakutkan bagi Amerika Serikat. AS ingin melawan China tanpa memicu konflik terbuka.
Oleh
LUKI AULIA
·4 menit baca
Berharap dapat membantu meredakan ketegangan hubungan bilateral dengan China, enam anggota Kongres Amerika Serikat melawat ke China. Ini merupakan lawatan pertama bagi Kongres AS ke China sejak tahun 2019. Jika urgensi persoalan ini dilihat dari jumlah lawatan petinggi AS ke China saja, berarti upaya memperbaiki hubungan bilateral sudah mendesak.
Pada tahun ini sejumlah petinggi AS sudah melawat ke China, seperti Menteri Luar Negeri Antony Blinken, Menteri Keuangan Janet Yellen, Menteri Perdagangan Gina Raimondo, dan Utusan Khusus Iklim John Kerry. Presiden AS Joe Biden bahkan kemungkinan akan bertatap muka dengan Presiden China Xi Jinping di sela-sela KTT Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) di San Francisco, AS, pada 16-17 November 2023.
Pemimpin Mayoritas Senat AS Chuck Schumer, yang memimpin rombongan Kongres, berharap bisa berdiskusi produktif dengan China karena posisi AS pada dasarnya sama sekali tidak ingin memutuskan hubungan ekonomi dengan China. AS hanya menginginkan agar terjadi persaingan yang setara sehingga perusahaan-perusahaan AS bisa bersaing dengan bebas.
”Kami siap bersaing, tetapi kami tidak mau menimbulkan konflik,” kata Schumer kepada Ketua Partai Komunis China di Shanghai Chen Jining, segera setelah rombongan tiba di Shanghai, Sabtu (7/10/2023).
Rombongan enam senator AS—tiga dari Partai Demokrat dan tiga Republikan—dijadwalkan bertemu dengan sejumlah pejabat partai dan Pemerintah China. Sedang diupayakan agar mereka juga bertemu dengan Xi. Setelah ke China, mereka akan melawat ke Korea Selatan dan Jepang.
China hanya berharap lawatan ini bisa membantu meningkatkan pemahaman Kongres AS terhadap China dan setidaknya menyuntikkan unsur positif dalam pengembangan hubungan kedua negara. Chen menyatakan, hubungan China dan AS yang sehat dan stabil akan menguntungkan seluruh dunia, terlebih dari sisi ekonomi seperti investasi dan perdagangan. Sejauh ini tercatat ada 5.640 perusahaan AS di Shanghai saja.
AS telah memberlakukan tarif dan pembatasan perdagangan lainnya terhadap China karena alasan keamanan nasional, pelanggaran hak asasi manusia, dan masalah lainnya. AS pun memblokir akses China ke semikonduktor canggih dan teknologi penting lainnya. China selama ini meyakini AS hendak membatasi pertumbuhan ekonominya karena China menjadi negara yang kuat di panggung dunia dan berpotensi menjadi ancaman terhadap tatanan internasional yang dipimpin AS.
Kementerian Perdagangan China menyatakan, pembatasan baru yang diberlakukan AS terhadap 42 perusahaan China jelas bentuk pemaksaan ekonomi dan intimidasi sepihak. Schumer mengatakan, AS ingin rakyat China meningkat peluang ekonominya. Hanya saja, banyak warga AS yang merasa China tidak memperlakukan perusahaan AS dengan adil.
Pakar hubungan internasional China dan Direktur Institut Urusan Internasional di Universitas Renmin China, Wang Yiwei, menilai, kunjungan rombongan Schumer ini menandakan ada perkembangan positif dalam perbaikan hubungan China-AS. Jika perundingan ini berjalan baik, ada kemungkinan Xi mau bertemu Schumer. Jika pertemuan itu terwujud, peluang pertemuan Xi dan Biden semakin besar.
Jika tidak ada persoalan lain lagi, kedua negara bergerak ke arah yang positif. Pada awal pemerintahan Biden, Blinken pernah bersumpah AS hanya akan mau berbicara dengan China jika memang pembicaraan di antara mereka menghasilkan sesuatu yang nyata dan bisa menyelesaikan perselisihan. Selang 2,5 tahun kemudian, pendekatan AS berubah.
Pemerintahan Biden berulang kali berupaya mengajak China bicara demi menyelamatkan hubungan yang jatuh ke tingkat berbahaya, tetapi tak berbalas. Terlebih pada tahun ini ketika AS menembak jatuh balon mata-mata milik China. AS terbuka untuk berdialog guna menjaga saluran komunikasi tetap terbuka sehingga tidak sampai terjerumus ke konflik.
Namun, menurut mantan Wakil Direktur Senior di Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih Ivan Kanapathy, kembalinya dialog AS-China dalam isu ekonomi menjadi kemenangan bagi China, terutama karena China terus mengabaikan pengurangan risiko militer, pencurian dunia maya, dan hak asasi manusia.
China merupakan tantangan diplomatik yang menakutkan bagi AS. Pemerintahan Biden ingin melawan perkembangan militer di China tanpa memicu konflik dan menolak praktik bisnis yang dianggap tidak adil sambil menghindari perang dagang habis-habisan.
Salah satu tanda kemungkinan mencairnya hubungan AS-China adalah bantuan China baru-baru ini terkait pemulangan Travis King, tentara AS yang ditahan di Korea Utara dan dipulangkan melalui wilayah China. Hanya saja, masih ada masalah-masalah yang mengganjal seperti akses pasar bagi perusahaan-perusahaan AS di China, pencurian kekayaan intelektual AS, dan agresi China di Laut China Selatan yang disengketakan. (REUTERS/AFP/AP)